Memandang Positif Kesulitan yang Ada
Salah satu kalimat yang menarik perhatian saya tentang kepemimpinan ialah bahwa "setiap pemimpin akan menghadapi banyak kesulitan". Pernyataan ini memancing bermacam-macam reaksi untuk menentukan sikap dalam mengelola satu pekerjaan. Kesulitan selalu menyajikan alternatif baru bagi tiap pemimpin, yakni "maju" atau "mundur".
Maju tidaknya seorang pemimpin tergantung pada bagaimana ia memandang situasi itu agar dari kesulitan yang datang, menghasilkan perkara-perkara yang baru.
Memandang positif kesulitan yang ada.
Seseorang yang berpandangan luas tidak terlalu sulit menganalisis suatu perkara dengan positif. Umumnya, kesulitan yang timbul itu memungkinkan seorang pemimpin mulai membuat sejarah baru dalam kepemimpinannya.
Sisi lain dari setiap kesulitan ialah bahwa kesulitan dapat membawa kita kepada ketidakmampuan, yang akhirnya frustrasi. Akan tetapi, pemimpin yang sesungguhnya ialah yang senantiasa melihat kesulitan sebagai kesempatan untuk menemukan perkara yang baru dalam membuat satu sejarah, sedangkan pemimpin yang melihat kesulitan sebagai "satu kesulitan" ialah pemimpin yang pesimis. Alkitab (wahyu Allah) memberikan banyak janji indah yang sangat tepat untuk tiap pemimpin, antara lain: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata." (2 Kor. 4:7-13)
Seorang pendeta yang dipakai Tuhan dalam kebangunan rohani di Inggris telah mengalami suatu kemenangan yang besar melalui ayat 13 di atas. Inilah firman Tuhan yang membuat dia bergairah terus selama melayani Tuhan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Itulah John Wesley: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata." Bagian wahyu Allah yang dikutip di atas mengemukakan satu kesaksian menarik yang sangat perlu bagi kepemimpinan, yakni "bahwa beriman kepada Yesus Kristus merupakan kekuatan yang luar biasa untuk mengatasi setiap kesulitan dan menghadapi setiap masalah". Mau tidak mau, setiap pemimpin harus masuk ke dalam dilema ini. Oleh sebab itu, pandangan yang positif sangat menolong untuk menembusi rahasia-rahasia yang mahal yang terdapat dalam kesulitan yang ada.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah |
Judul bab | : | Beberapa Sikap Praktis yang Perlu |
Judul asli artikel | : | Memandang Positif Kesulitan yang Ada |
Penulis | : | Dr. P. Octavianus |
Penerbit | : | Gandum Mas |
Halaman | : | 181-182 |