Workbook
0
Perspektif Dasar Kepemimpinan
GEREJA KRISTEN INDONESIA
Komisi Perencanaan Kependetaan
ã Jakarta,
Woekbook
1
Robby I Chandra
Daftar Isi
1. Cakrawala Pikiran -----------------
2. Kepemimpinan di kalangan Kristen
3. Mengapa ada pemimpin yang berhasil
4. Kepercayaan sebagai landasan pacu
5. Apa yang diharapkan orang dari pemimpinnya
6. Apa yang harus dikerjakan pemimpin
7. Keunggulan-keunggulan sebagai prasyarat
8. Pemimpin yang Terus Belajar
9. Pemimpin yang Melayani
10. Ciri Pemimpin yang Melayani
11. Mengukur Keberhasilan Pemimpin yang Melayani
12. Jenis Jenis Pemimpin
13. Pemimpin dan Pengelola
14. Penutup
Perspektif konseptual kepemimpinan
1. Bacalah cerita di bawah ini:
Ilustrasi dari hidup Nehemia, sang Bartender
_
Anggur adalah minuman surgawi yang diseludupkan ke bumi. Demikian menurut legenda kuno. Dalam pembuatannya, anggur merupakan suatu ilmu sendiri. Juga dalam pemilihannya dan penyimpanannya. Ada anggur merah, ada anggur putih. Anggur merah cocok untuk santapan yang berat dan mengandung daging dan lemak. Anggur putih dihidangkan untuk mengiringi ikan dan berbagai santapan laut. Ada lagi anggur yang diberi berbagai rempah.
Nehemia memahami anggur dengan baik. Karenanya, ia dipilih menjadi bartender raja. Jadi, Nehemia mengenal anggur merah mana yang cocok untuk baginda ketika beliau sedang sakit perut. Apakah yang asam, yang kering atau yang terasa buah..
Apa artinya bekerja seperti itu? "Kamu tahu kah? Bekerja sebagai bartender seorang raja yang berkuasa berarti aku harus bergaul dengan orang-orang penting. Berarti pula, akan ada banyak gosip dan informasi yang sangat rahasia masuk ke telingaku. Di suatu hari mungkin aku melihat raja berang dan memaki sang putra mahkota. Esoknya, mungkin aku mengamati raja memberikan sebuah berlian pada salah satu panglimanya, dan sebagainya.. Karena itu salah satu prasyarat seorang bartender adalah aku boleh melihat banyak, mendengar banyak dan memperhatikan banyak hal, namun aku harus sanggup menyimpan segalanya sampai aku mati."
Tentunya, seorang bartender dapat menjadi orang yang sangat berkuasa karena ia sehari-hari berada dekat dengan raja. Ia dapat menjadi pembisik raja dan keluarganya untuk hal-hal yang luput dari pengamatan orang lain. Namun, ia juga harus menanggung resiko besar karena kalau raja dibunuh, iapun akan disingkirkan, karena ia merupakan seorang yang mengetahui terlalu banyak hal yang peka.
Posisi bartender ini bagi Nehemia lebih merupakan keajaiban karena ia berasal dari daerah jajahan yang jauh, daerah yang dibumi hanguskan dan dijarah oleh raja yang kini ia layani. Jadi ia bekerja sebagai seorang dari kalangan minoritas di tengah bangsa yang besar dan lebih berkuasa. Kepada anak-anaknya, ia berkata "Kita harus berterimakasih bahwa, aku dapat memperoleh jabatan ini, padahal kita hanyalah orang-orang buangan di negeri ini."
Hidup Nehemia sangat makmur. Mana mungkin seorang raja dilayani oleh seorang bartender yang bau apek dan berbaju lusuh, bukan? Karena, seorang bartender akan dilihat oleh tamu-tamu kerajaan, maka ia akan dilengkapi dengan kecukupan. Sikap dan keterampilannya perlu cocok dan dipercanggih terus menerus. Ia perlu selalu tampil ceria dan menjadi penyimak yang baik. Apalagi yang diinginkan oleh seorang seperti Nehemia? Tidakkah ia merupakan seorang yang beruntung di antara warga bangsanya yang sudah dihancurkan oleh musuh itu?
Sebenarnya hidup Nehemia dapat berlalu dengan baik. Artinya, ia bekerja, membangun rumahnya, berkeluarga, menjadi tua dan akhirnya mati sama seperti kehidupan yang dijalani oleh seekor badak nil atau kuda kerajaan. Namun Tuhan memiliki rencana yang lain. Secara khusus Tuhan memilihnya.
Pada suatu petang datang Hanani, salah seorang saudara Nehemia, dengan teman-temannya. Nehemia bertanya kepada Hanani keadaan Yerusalem, tempat ia berasal. Yerusalem merupakan inti kehidupan bangsa Israel. Dan berita yang disampaikan saudaranya ini menggoyangkan hatinya, memporak-porandakan ketenangan batinnya. "Tempat itu sudah hancur lebur. Temboknya runtuh, tanaman liar merambat kesana kemari." Kalau Anda ingin dapat memahami situasinya, lihatlah sebuah bangunan yang ditinggalkan pemiliknya dan membusuk tanpa listrik serta air bersih.
Sebenarnya, Nehemia dapat mengabaikan berita sedih yang ia dengarkan tadi. Bukankah ia sendiri cukup memiliki beban dan situasi sulit untuk bekerja di tanah pembuangan ini? Kita tahu bahwa sebagai anggota kaum minoritas ia dapat ditolerir bila tidak ada situasi yang abnomal. Namun kalau ia membuat kesalahan, masalah atau krisis, status minoritas tadi dapat menimbulkan suatu kesulitan besar bagi orang-orang seperti Nehemia. Apalagi bila ia mengangkat masalah bangsanya yang dijajah dan sudah dihancurkan itu ke tengah orang banyak. Mudah bagi Nehemia untuk mengatakan begini: "Aduh, sedih sekali, ya. Koq, sampai hancur begitu. Aku merasakan kesedihan yang dalam bersama kalian. Tapi, aku tidak dapat berbuat banyak. Maafkan saja."
Namun Nehemia memiliki lingkaran keperdulian yang luas dan dalam. Ia menyadari realita yang ada, dan juga menyadari apa yang seharusnya terjadi. Jadi, ia menyadari gap atau kesenjangan antara relaita dan standar yang seharusnya. Ia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Alkitab mencatat bahwa respons Nehemia memang luar biasa. Ia berduka berhari-hari. Jadi ia tidak hanya tergerak sesaat saja lalu melupakan kesedihannya. Ia memilih untuk tidak sekedar memberikan sumbangan uang bagi orang-orang di Yerusalem dan kemudian melupakan mereka. Ia membiarkan kenyamanan dan ketenangan batinnya digantikan dengan kesedihan dan dukacita yang mendalam.
Lebih lanjut, ia tidak hanya membiarkan dirinya larut di dalam nestapa. Ia ingin mengajak Tuhan terlibat dalam masalah ini. Iapun terus berdoa dan berpuasa. Ia menangis. Ia memintakan ampun kepada Tuhan untuk kesalahan bangsanya. "Tuhanku, lebih daripada kesalahan bangsa ku, aku mengakui bahwa diriku dan keluargaku ikut berdosa... ikut terkait dengan persoalan bangsa ku ini." Namun ia memulai doa tadi dengan juga mengingat dan mengingatkan Tuhan atas janji-Nya kepada umat Israel. Walaupun Israel sudah melakukan tindakan yang mengingkari janji, Nehemia yakin bahwa janji Tuhan masih berlaku. Nehemia mengenal sifat Allah, bahwa Ia adalah setia.
Kita tahu memang bahwa janji Tuhan nyata bagi anak-anak-Nya. Namun seringkali orang cenderung terpaku pada masalah hidup sehari-harinya saja. Orang cenderung terpuruk dan ditenggelamkan berbagai kegagalan, kekecewaan, kepahitan, kerugian atau kehilangan. Dalam hal ini, Nehemia tidak membiarkan hal itu terjadi karena ia mengingat bahwa Tuhan pernah mengikat janji dengan Israel. Sama seperti seorang suami yang bertengkar dengan istrinya, tidak membiarkan pertengkaran itu merusak keluarga mereka seterusnya karena mengingat janji pernikahan yang mereka buat.
Disamping mengingat janji Tuhan, Nehemia juga mengingat keterbatasan dirinya. Ia bukan superman. "Apa yang harus kulakukan, ya Allah? Benar memang, sehari-hari aku berada dekat sang raja, namun aku juga adalah orang buangan yang datang dari bangsa yang telah hancur dikalahkan. Tidak banyak yang dapat ku lakukan, tanpa kekuatan-Mu menyertaiku."
Selain menyadari keadaan itu, ia memiliki suatu impian yang kuat agar Yerusalem dibangun kembali. Karenanya, ia meminta agar Tuhan yang Mahakuasa memungkinkannya untuk melakukan sesuatu hal yang besar walaupun modal dirinya sangat terbatas. Semua hal ini terjadi pada bulan Kislew, kira-kira bulan November.
Dalam bulan Nisan, yaitu sekitar April, kesempatan Nehemia untuk berbicara dengan Raja muncul. Raja melihat bahawa bartendernya tidak tampil dengan ceria seperti biasa. Raja yang cukup peka ini menanyakan sebab hal itu. "Nehemia, koq hari ini kau muram? Sakitkah? Atau anakmu sakit? Ada apa?" Nehemia menyadari bahwa, waktu Tuhan sudah tiba. Inilah saatnya, bukan kemarin dan bukan besok. Ia menangkap kesempatan ini.
Beberapa hal muncul dan digali dengan cepat. Pertama, Nehemia menjelaskan kesedihan hatinya. Ia tidak menutupi adanya beban batin yang menekannya. Ia tidak berupaya untuk berbasa-basi berkepanjangan. "Tuanku, ampuni saya, kalau saya tidak tampil ceria dan jadi gangguan pikiran bagi baginda. Aku sedang bersedih..." Lalu ia menguraikan kesedihannya. Dengan melakukan hal ini, ia juga menunjukkan bahwa ia menaruh percaya kepada atasannya ini, yaitu sang raja akan bersedia mendengarkan beban batinnya..
Kemudian, raja menanyakan apa yang Nehemia inginkan. Disini kita melihat bahwa Nehemia menggunakan diplomasi namun juga mengajukan permintaan yang tegas. "Bila tuanku berkenan (aku tidak menuntut, nih), ijinkan aku membangun kembali Yerusalem." Mungkin Nehemia juga menjelaskan kegunaan hal itu bagi sang raja "namamu akan diingat bukan hanya sebagai penakluk, tapi juga sebagai raja yang bijaksana."
Lebih lanjut, raja bertanya kembali tentang rencana Nehemia, baik waktu dan caranya. Disini kita melihat bahwa Nehemia memiliki rancangan yang cukup rinci mengenai waktu, prosedur birokrasi, dan pembentukan team kerjanya. Agaknya masa antara November dan April ini digunakan Nehemia untuk berdoa dan menyiapkan detil rencana dengan seksama.
Selebihnya, walaupun ada tantangan, kritik, gosip dan upaya menyusahkannya, Nehemia tetap tekun. Ia mendapat bantuan oleh orang-orang di Yerusalam dan bahu membahu bersama mereka mendirikan batu-batu yang runtuh. Akhirnya Nehemia berhasil melihat visinya menjadi kenyataan. Yerusalem dibangun kembali.
Bila Nehemia duduk di depan Anda dan bertanya "Apa yang dapat digali dari hidupku bagi dirimu?" Mungkin Anda menjawab begini: Anda, Nehemia adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki hidup yang berdampak kuat pada dunia dan orang-orang di sekitarnya. Bila Anda mengatakan hal itu, Nehemia tentu tersenyum dan mengangguk.
Di zaman modern kita juga dapat melihat teladan dari orang-orang seperti Nehemia juga. Bunda Theresa, Abraham Lincoln, Bishop Tutu, dan berbagai tokoh lain memiliki hidup yang berdampak kuat, bahkan mengubah sejarah dunia.
Pemimpin-pemimpin tadi juga mulai dengan memiliki lingkar keperdulian yang besar. Seorang seperti Nehemia tidak akan menjadi pemimpin bila keperdulian utamanya hanya pada dirinya, masa depannya, serta kebutuhannya saja. Seorang pemimpin tampil lebih dari orang-orang serupa itu dalam kesediaan mereka memikul beban batin secara sukarela karena ia perduli pada orang-orang lain. Semakin luas lingkar keperduliannya, semakin besar lingkup kepemimpinan yang dapat ia sentuh.
Dapat juga dikatakan bahwa Nehemia seperti para pemimpin yang lain menyadari adanya gap lalu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan gap tadi.
Kemudian sang pemimpin memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Tuhan. Semua yang ia tanggung sebagai beban batinnya, ia bicarakan dan rundingkan dengan Tuhan. Ia tidak menanggung semuanya sendiri. Ia tidak hanya mengupayakan suatu tindakan atau proses perubahan sendiri. Ia mengetahui bagiannya dan bagian yang Tuhan akan kerjakan.
Akhirnya, melalui proses tadi muncullah visi atau impian. Visi sang pemimpin adalah hasil percakapan yang mendalam antara dirinya dengan Tuhan. Tuhan tanamkan hal tadi pada dirinya: ada sesuatu yang harus nyata di masa depan agar rencana agung Tuhan terlaksana, dan ia yang merupakan manusia biasa diajak Tuhan untuk ambil bagian mewujudkan hal tadi bersama orang lain. Dengan hal-hal tadi, sang pemimpin menjadi seorang yang mampu menggerakkan orang dan mereka bertumbuh bersamanya mengejar visi tadi.
Nehemia juga sangat bergantung pada Tuhan...Namun ia juga membuat persiapan dan perencanaan agar rancangan Tuhan yang menjadi bagiannya terlaksana. Tak ada kata "aku tak bisa, aku terlalu kecil, atau aku tidak cukup berpengaruh" untuk menghentikan tekadnya...
2. Setelah selesai membaca, daftarkanlah kata-kata kunci yang bermakna bagi Anda dari cerita di atas:
Mengapa membahas kepemimpinan?
Pada saat ini banyak orang membahas masalah kepemimpinan, semoga. Anda juga termotivasi memperdalam pemahaman Anda tentang hal itu.
Menurut Anda, mengapa kita perlu membahas dan meneliti tentang kepemimpinan? Berikan 5 alasan bagi Anda.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------
Kini berikan alasan mengapa tidak perlu membahas hal itu?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- --------
Bila Anda berupaya mendalami masalah kepemimpinan tanpa bimbingan, maka Anda akan bingung. Pada tahun 90-an sendiri telah terdapat lebih dari 850 definisi kepemimpinan. Warren Bennis misalnya, menganggap inti kepemimpinan adalah melakukan hal yang benar. Ahli lain, McGregor Burns mengganggap kepemimpinan adalah memuaskan dan menumbuhkan motivasi dan potensi pengikutnya. Kemudian, masih ada Tom Peters yang menekankan bahwa pemimpin adalah orang yang menangani paradoks-paradoks dan menjelaskan maknanya. Ada juga yang menyatakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah masalah pengaruh.
Definisi kerja tentang Kepemimpinan
Nah, untuk menyederhanakan seluruh konsep yang ada, Anda dapat memahami bahwa pemimpin-pemimpin sejati adalah orang biasa. Orang biasa ini seperti Anda, terlahir dengan berbagai potensi. Namun, orang biasa ini tidak mau hanya hidup secara rutin. Ia juga terus belajar dan bertumbuh untuk menjadi seorang yang semakin kuat pengaruhnya. Jadi seorang pemimpin bukanlah seorang yang dilahirkan dengan daya kepemimpinan.
_
Seorang pemimpin adalah seorang biasa yang mengenali kondisi yang seharusnya dan kondisi yang nyata di sekitar hidupnya. Ia menyadari adanya gap atau kensenjangan antara standar dan realita. Bukan hanya sadar, mereka juga memiliki keperdualian dan keprihatinan yang besar tentang gap itu dan mengambil tindakan.
Contohnya adalah Musa, Nehemia, Hiskia dan orang-orang serupa mereka. Mereka menggali makna keberadaan mereka ketika berhadapan dengan kesenjangan tadi. Mereka tidak hanya diam. Kemudian, mereka mampu merumuskan visi dan misi hidup pribadi mereka. Bahkan mereka mengenali hati orang banyak dan merumuskan visi bersama. Dari keberhasilan tadi, mereka menggerakkan diri orang lain selain dirinya. Mereka mencipta keadaan, suasana dan semangat. Kita merasakan impian kita bertumbuh dan dipertajam. Pemimpin-pemimpin membuat potensi atau hal-hal yang terbaik dari diri kita muncul ke permukaan.
Dalam bahasa yang lebih ilmiah, kita menyebutkan bahwa seorang pemimpin merumuskan visi bersama, menggerakkan orang bersamanya dan menghasilkan transformasi. Mereka melakukan hal itu karena mereka ingin meninggalkan legacy atau warisan bagi dunia yang mereka akan tinggalkan. Jadi, dari sudut pandang Kristen, seorang pemimpin adalah seorang yang memobilisasi dan menghasilkan transformasi agar dirinya dan komunitasnya berada dalam posisi atau kondisi yang Tuhan kehendaki, demikianlah menurut Barna. Ketiga hal itulah yang membedakan seorang pemimpin sejati dari pemimpin kebetulan, seorang pengelola kebanyakan, atau birokrat. (The Transformation Leader, The New Leader)
Temukan lima nama pemimpin yang menurut Anda berhasil merumuskan visi yang menginspirasikan orang mengejarnya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------
Temukan nama lima orang yang berhasil mengadakan transformasi bagi dirinya dan orang yang berjalan bersamanya/pengikutnya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------
_
Di millenium ke tiga ini, kebutuhan akan hadirnya pemimpin sejati semakin kentara. Sebagai masyarakat dunia, sebagai bangsa, juga sebagai suatu komunitas yang lebih terbatas, kita sedang melintasi suatu tahap pendakian yang penuh resiko. Pemimpin yang tidak visioner, berintegritas tinggi serta cerdas akan dapat mencelakakan mereka yang dipimpinnya, bahkan juga kalangan lain. Sayang sekali, sekalipun di Amerika Serikat yang merupakan sebuah negara adidaya, saat inipun orang risau mengenai kepemimpinan. Noel Tichy, seorang pakar dalam proses pengembangan kepemimpinan mencatat "we are not producing enough leader at all levels" (hal XXII. The Cycle of Leadership ...2002" HarperCollins Books). Kata-katanya ini merupakan sebuah repetisi dari seorang yang bernama Weber di tahun 1934.
Bagaimana dengan situasi di dunia ketiga? Tentu keadaannya lebih buruk. Program untuk melahirkan pemimpin-pemimpin baru masih kerap diabaikan karena terbatasnya dana dan daya. Atau masih sempitnya perspektif dari mereka yang masih berkuasa. Di dunia ketiga ini, banyak orang mengganggap dirinya pemimpin kalau sudah menduduki jabatan kepemimpinan, namun faktanya mereka hanya berperan sebagai pengelola.
Kondisi kepemimpinan di kalangan Kristen
Sebutkan nama seorang pemimpin di kalangan Kristen yang Anda kenal. Daftarkan 5 hal yang membuat Anda menyebutnya sebagai pemimpin yang baik.
1. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
_
Tapi percayalah bahwa hal baik yang Anda anggap baik, dapat dibantah oleh orang lain yang sama-sama datang dari lingkungan Kristen. Mengapa? Tiap kalangan Kristen memiliki pemahaman sendiri tentang apa yang bernilai dan tidak.
Untuk menolong Anda memahami kerumitan dan kepelbagaian yang ada, potret kepemimpinan dapat di sederhanakan sebagai berikut: Pertama, ada kalangan Kharismatik yang jelas sangat handal dalam memobilisasi umat dan dananya. Kepemimpinan di dalam kalangan ini merupakan kepemimpinan yang bertumpu pada suatu figur pendeta yang dikagumi. Komunikasi yang digunakan pemimpin sangat merakyat dan dipahami. Mereka tidak sungkan menggunakan alat-alat media modern. Mereka sangat memahami kebutuhan dan keinginan massa. Kelompok-kelompok karismatik menyebar dengan cepat bahkan secara internasional. Namun, kelemahan kepemimpinannya sering terletak pada kurangnya minat mereka menghasilkan sistem yang kuat, sehingga muncul inkonsistensi serta sering terjadinya konflik serta perpecahan antara pimpinan-pimpinan mereka. Padahal semuanya berlandaskan pada nama Tuhan yang sama.
Kedua, di kalangan gereja-gereja yang sudah lama mapan (dapat disebut juga dengan nama gereja arus utama atau mainstream), kepemimpinan seringkali berupa kepemimpinan kolektif. Kurang lebih demikianlah organisasi gereja dan prosedur pengambilan keputusannya ditata. Kepemimpinan di dalam kalangan ini cukup konsisten, namun tidak banyak sosok yang inspiratif dan menonjol karena budaya di kalangan ini sangat mencegah kultus individualisme. Banyak pemimpin yang berbakat dan kuat, namun mereka menjaga dirinya baik-baik agar tidak dikultuskan. Selain itu kepelbagaian teologi dan kurangnya mereka mengadopsi ilmu-ilmu bantu modern membuat kalangan ini asik sendiri berkecimpung dalam wacana teologis dan falsafah agama. Sementara itu karena besarnya kecenderungan kalangan ini untuk mempercayakan diri pada sistem lebih daripada kepada sosok-sosok pemimpinnya, maka banyak pemimpin tidak terlalu tampil bergairah dan kreatif walaupun tingkat kesetiaannya baik. Mereka cenderung menjaga rutinitas dan pertumbuhan dengan falsafah lambat asal selamat. Di daerah-daerah tertentu, mereka juga dipengaruhi feodalisme, yaitu suatu falsafah hidup dimana para pemimpin dan orang-orang istimewa diperlakukan secara khusus, bebas dari aturan-aturan, serta jauh dari "tanah dan lumpur" yang dihadapi orang kebanyakan, namun secara resmi sosok pemimpin tetap ditonjolkan sebagai kepemimpinan bersama.
Ketiga, di kalangan gereja-gereja yang menyebut dirinya Injili. Kepemimpinan didukung oleh tim pengelola atau manajemen yang handal. Semakin besar gerejanya semakin handal mereka mengoperasikan pelayanan dan mendapatkan dukungan dana. Mereka juga cukup handal menerjemahkan visi yang sulit ke dalam tindakan nyata. Namun, kecenderungan individualisme juga amat besar diantara para pemimpin mereka. Satu gunung hanya memiliki satu singa. Singa-singa muda ditumbuhkan, lalu dimakan oleh sang pemimpin singa. Demikianlah ilustrasi keadaannya. Artinya, pengkaderan dan sinergi sering tidak terjadi karena kalangan ini memiliki hirarki spiritual yang entah tersembunyi atau diakuinya. Akibatnya, gerakan pengkaderan apalagi di kalangan muda-mudi mereka seringkali bersifat superfisial karena kalangan pemimpin tua mendominasi semua urusan pelayanan. Selain itu perpecahan sering terjadi karena perbedaan doktrin yang tidak pokok.
Christian Schwartz dari Natural Church Development Institute berupaya menjelaskan gejala serupa itu. Menurut Schwartz pada dasarnya tiap-tiap kelompok di atas cenderung berat sebelah di dalam mengaplikasikan penghayatan mereka tentang Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Tiap kelompok di atas mencerminkan dengan kuatnya salah satu dari tiga sifat yang menonjol dari Trinitas, tetapi tidak menyatukan ketiganya secara utuh. Karenanya, ada pemimpin yang menonjol di dalam fleksibilitasnya, responnya sigap, antusiasmenya nyata, namun lemah di dalam dokrin, atau di dalam kebijaksanaan penataan sistem organisasinya. Selanjutnya ada pemimpin yang kentara di dalam kerapihan penataan, disiplin serta kebijaksanaannya, namun tidak cukup kuat di dalam pelaksanaan konsep-konsepnya apalagi antusiasme. Selanjutnya ada pemimpin yang mampu menghasilkan tindakan nyata, namun tidak cukup bijaksana dalam membuat sistem yang mendukung tindakan tadi serta antusiasme yang kuat. Salah satu di antara ketiga gambaran pemimpin di atas mungkin menggambarkan Anda atau orang yang memimpin Anda.
Pemimpin yang Berhasil: Kepercayaan sebagai kata kunci
Frianto adalah seorang pria pendiam yang berkumis tebal. Sehari-harinya, ia mengajar di sekolah menengah di sebuah kota di Sumatra. Dalam perjalanan karirnya sebagai guru, pada suatu hari ia terpilih untuk ikut ambil bagian menangani pelatihan pengkaderan siswa-siswi SMU. Pelatihan secara sinambung tersebut kami mulai bersama beberapa rekan di awal dekade 90 an. Sepanjang sepuluh tahun Frianto melayani, ikut dilatih, melatih dan serta melakukan berbagai konseling. Setelah sekitar 800 siswa-siswi dilatih oleh kelompok yang menamakan diri Peh Tiga Dua Satu ini, Frianto berdoa dan terpanggil untuk menciptakan program serupa untuk para anggota gereja dan aktivis dimana ia berada.
_
Setelah ia terpilih menjadi penatua, Frianto berhasil mendapat dukungan dari Yatno, pendetanya. Berdua mereka menolong orang untuk menyadari kebutuhan untuk pengkaderan dan pembekalan yang berkesinambungan. Setelah tiga tahun melayani, kini Frianto dan Yatno menjadi koordinator resmi seluruh kelompok jemaat di kawasannya. Tahun lalu, sebagai buahnya, salah satu peserta memasuki sebuah sekolah teologia..
Bagaimana Frianto dan Yatno dapat berhasil ? Dari pemimpin-pemimpin sejati yang kini bekerja keras seperti mereka, diperoleh fakta bahwa mereka berhasil menggerakkan orang bersamanya dan menghasilkan transformasi karena mereka
1. Menerima kepercayaan dari banyak pihak. Hal inilah yang dapat kita garis bawahi. Pekerjaan besar utama yang seorang pemimpin sejati perlu selesaikan adalah mendapatkan kepercayaan dari mereka yang ada disekitarnya. Tanpa kepercayaaan itu mereka akan gagal total. Inilah landasan pacu seorang pemimpin, terutama di Asia Tenggara.
2. Menerima kepercayaan atau panggilan dari Tuhan untuk menjadi pemimpin. Seringkali orang yang menerima panggilan tadi tidak terlalu berminat. Musa, misalnya mencari berbagai alasan agar tidak memenuhi panggilan tadi. Juga seorang tokoh di dalam sejarah gereja mula-mula berusaha tidak memikul jabatan pendeta, sampai umatnya memaksa. Mereka telah menyadari beratnya tantangan yang akan dihadapi. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua orang dipanggil-Nya untuk menjadi pemimpin. Sebagian dipanggil-Nya menjadi konselor, pelatih, atau pengkotbah, namun tidak banyak yang dipanggil untuk memimpin. Bila Anda dipanggil-Nya, tidak penting berapa besar tugas yang akan Anda emban, namun sangat penting untuk dapat mengenali panggilan-Nya tadi serta mematuhinya. Salah satu cara untuk mengenali panggilannya tadi ialah dengan mengenali adanya gejala ini: Anda tidak bahagia walaupun sudah mencapai banyak hal dan mengukir prestasi serta menebar pesona kian kemari sampai Anda memenuhi apa yang Ia tentukan bagi Anda. Lebih lanjut lagi dalam buku kerja akan diberikan gambaran proses rinci untuk mempertajam hal ini.
Pemimpin harus menerima kepercayaan dari dua jurusan: Tuhan dan manusia. Kepercayaan yang diterimanya dari Tuhan tercermin dari panggilan yang Ia berikan pada sang calon pemimpin. Mungkin lebih tepat disebutkan bahwa ia menerima kehormatan dari Tuhan. Tanpa panggilan itu, Anda yang menjadi pemimpin hanyalah akan menjadi pemimpin yang memenuhi dan mengejar ambisi pribadi saja dan menggunakan orang lain sebagai alat pemuas ambisi.
Mendapatkan kepercayaan dari Tuhan berarti Anda dikhususkan dari sekian banyak orang yang mungkin lebih mampu, lebih saleh, dan lebih terdidik dari Anda untuk melayani Dia.
Mendapatkan kepercayaan dari Tuhan berarti diberikan oleh-Nya suatu kesempatan khusus bagi Anda untuk menggunakan keunikan Anda bagi pekerjaanNya. Sekaligus Ia juga memberikan kepercayaan untuk Anda terus belajar, bergantung padaNya, serta memprioritaskan diri-Nya (berarti menomor-duakan banyak hal lain yang orang biasa kejar dan anggap penting) Ingatlah, bahwa mereka yang dipanggil-Nya sering mengalami hal-hal yang tak nyaman.
Seringkali apabila Anda diberi kepercayaan oleh-Nya, artinya Anda akan ditempa. Anda akan berbeda dari orang banyak. Mengapa Ia memberikan kepercayaan ini ? Kita tidak punya jawaban untuk pertanyaan barusan.
1. Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak, pengikut atau atasan, berarti terdapat sejumlah pengalaman, pengetahuan, keahlian, dana dan jaringan relasi yang diberikan oleh mereka.
2. Bila Anda mendapatkan kepercayaan berarti Anda mendapatkan tanggung-jawab dan sekaligus komitmen dari orang lain.
3. Mendapat kepercayaan dari orang banyak berarti juga bahwa Seorang pemimpin akan harus bersedia dipertanyakan intergritasnya secara terus menerus. Seorang pemimpin harus memelihara kualitas karakter serta kinerja tingkat tinggi.
Pada saat ini, tentu Anda tergelitik ingin mengetahui, bagaimana kepercayaan dari orang banyak dapat diperoleh? Jawaban berikut ini cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut:
Pertama, seorang memperoleh kepercayaan karena ia telah menampilkan pengabdian. Artinya, ia cenderung mendahulukan kepentingan komunitasnya daripada kehendak dirinya. Ia rela mengorbankan diri demi visi bersama yang diidamkan. Contohnya terlihat dari sosok Ibu Katherina dari Siena. Kepuasannya ialah agar komunitasnya mencapai kualitas yang lebih baik. Seringkali ciri orang-orang serupa ini terlihat dari kecenderungannya mengabaikan status, uang, fasilitas, atau kelebihan waktu kerja yang ia berikan. Sebaliknya, ia sangat memperhatikan hasil atau risiko-risiko yang ditanggung organisasinya.
Kedua, seorang mendapatkan kepercayaan karena ia memiliki keunggulan-keunggulan. Biasanya kita cenderung mengikuti orang yang dipandang lebih unggul dari kita. Keunggulan-keunggulan tadi mencakup kemampuannya memimpin diri sendiri, memimpin hubungan inter personal, serta menangani pekerjaan atau kegiatan-kegiatan komunitasnya. Contohnya adalah Florence Nightingale, Paulus, Petrus, dan sebagainya.
Ketiga, orang-orang yang memperoleh kepercayaan besar adalah orang-orang yang handal menggali makna hidup atau makna keberadaan komunitas serta organisasinya. Karena keyakinan atas makna itu, mereka menjadikan dirinya sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitar mereka. Hidup bukan hanya serangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang tiada berkesudahan. Hidup diibaratkan sebagai suatu perjalanan menuju suatu sasaran. Hidup adalah pendakian menuju suatu puncak tertentu. Mereka yang dapat mempercayakan dirinya kepada Tuhan dalam perjalanan tadi akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang ada di sekitar mereka. Mereka yang tidak percaya diri atau tidak mampu mempercayakan diri pada Tuhan akan sulit memberikan kepercayaan kepada orang lain dan mendapatkan kepercayaan dari orang-orang di sekitar mereka.
Sangat penting untuk Anda catat bahwa kepercayaan diperoleh karena sang pemimpin sendiri terus belajar untuk mempercayakan diri pada Tuhan lebih intens daripada orang kebanyakan. Kepercayaan serupa ini membuat dirinya memiliki rasa percaya diri yang tinggi (self-confidence) bahwa segala sesuatu akan beres di dalam rancangan-Nya. Dengan keyakinan seperti itu kegagalan, penundaan, kesalahan serta segala kepahitan yang dialami akan dipandang sebagai berkat-Nya untuk menempa si pemimpin lebih erat pada-Nya dan lebih menyadari berkat yang telah disediakan-Nya. Selanjutnya dengan kepercayaan diri serupa itu, sang pemimpin dapat memberi kepercayaan pada orang-orang yang mengikutinya.
Dengan demikian seorang yang tidak dapat memberi kepercayaan pada orang lain sebenarnya mengalami kesulitan untuk percaya diri karena ia sendiri tidak memiliki kepercayaan yang dalam pada Tuhan bahwa segala sesuatu merupakan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya. Melihat pelayanan Frianto dan Yatno, terkesan bahwa mereka mempercayakan diri pada Tuhan untuk relasi yang mereka butuhkan, untuk dana, dan untuk pembicara atau tim pembina yang mereka belum miliki.
Tahun 2002, Infri dan Yatno terbeban merancang suatu pelatihan majelis-majelis jemaat. Pertama-tama, mereka menolong panitia pelatihan mempercayakan diri lebih penuh pada Tuhan. Mereka memberikan komitmen pada Tuhan bahwa mereka akan memburu beberapa babi hutan. Warga jemaat diminta untuk berupaya menjual 500 kilo dagingnya untuk keperluan biaya pelatihan yang diperlukan. Pengalaman bagaimana Tuhan memenuhi kebutuhan mereka akan babi dan dana itu menjadi bagian pelatihan yang tak terlupakan bagi para majelis, pembina, dan mereka berdua.
Kini, setelah membaca hal di atas, evaluasi diri Anda. Berikanlah angka 1 sampai 10 untuk tiap hal yang dituliskan di bawah ini. Perhatikan kelemahan Anda.
Pertama, seorang memperoleh kepercayaan karena ia telah menampilkan pengabdian: 1. mendahulukan kepentingan komunitasnya daripada kehendak diri. 2. rela mengorbankan diri demi visi bersama yang diidamkan. 3. Kepuasan Anda ialah agar komunitas Anda mencapai kualitas yang lebih baik sehingga cenderung mengabaikan status, uang, fasilitas, atau kelebihan waktu kerja yang Anda berikan. Kedua, seorang mendapatkan kepercayaan karena ia memiliki keunggulan-keunggulan:
4. Keunggulan-keunggulan tadi mencakup kemampuan memimpin diri sendiri, 5. memimpin hubungan inter personal, 6. unggul menangani pekerjaan atau kegiatan-kegiatan komunitas Anda Ketiga, orang-orang yang memperoleh kepercayaan besar adalah orang-orang yang handal menggali makna hidup atau makna keberadaan komunitas serta organisasinya: 7. menjadikan diri Anda sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitar Anda. 8. Anda melihat hidup bukan hanya serangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang tiada berkesudahan. 9. Anda melihat hidup diibaratkan sebagai suatu perjalanan menuju suatu sasaran. Hidup adalah pendakian menuju suatu puncak tertentu. 10. Anda mempercayakan dirinya kepada Tuhan dalam perjalanan tadi |
Apa yang harus dikerjakan Pemimpin
_
Apa yang Anda harus lakukan untuk menjadi pemimpin Kristen yang berhasil dan mencegah diri "terbakar" oleh panggilan ini? Di gereja, lembaga pendidikan, atau lembaga parachurch, seringkali apa yang harus Anda kerjakan sebagai pemimpin tidak terungkap dengan nyata. Akibatnya banyak harapan tidak terkendali. Orang menuntut sangat banyak dari pemimpinnya, termasuk hal-hal yang tidak masuk akal. Bukankah sebagai pemimpin Anda sering merasakan bahwa Anda harus hidup sederhana namun tampil mewah, sabar tapi cekatan, atletis namun asketis? Anda harus tegas, sekaligus lemah lembut. Anda berani dalam membuat terobosan namun reflektif. Dengan kata lain, mungkin malaikatpun tak akan mampu memenuhi tuntutan tadi. Mencegah keadaan yang membuat pimpinan dan mereka yang dipimpin menjadi kecewa dan pahit, seorang pemimpin harus menolong orang memperjelas apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang harus dihindarkan, atau harapan mereka sebelum ia mulai bekerja.
Memang sebenarnya, Anda tidak perlu memenuhi hal-hal yang keliru. Namun orang-orang mengharapkan keteladanan dan integritas seorang pemimpin dalam gambar diri, misi hidup dan perilaku yang berporos pada Kristus, dan hal-hal tersebut haruslah dipenuhi. Juga bila orang mengharapkan bahwa prasyarat seorang pemimpin Kristen ialah lebih berani menggantungkan diri pada-Nya, serta menghayati panggilannya untuk memimpin, tuntutan-tuntutan seperti ini memang layak untuk dipenuhi. Ada beberapa pendapat yang perlu dirangkum dalam menentukan tugas pemimpin di dalam pelayanan Kristiani.
1. Dengan menyadari bahwa pemimpin di dalam dunia pelayanan Kristiani adalah seorang pemimpin atau sekelompok pemimpin yang menangani pengikut yang sukarela, maka pemimpin ini harus mampu menjadi inspirasi. Tanpa kemampuan utama ini, kesukarelaan akan menjadi hambatan yang besar. Pemimpin ini akan memiliki pengikut yang bekerja dengan kualitas sesuka-suka hati mereka saja. Sebaliknya bila sang pemimpin mampu menjadi inspirasi, maka kesukarelaan tadi membuat orang memberikan kontribusi waktu, tenaga dan kepandaian serta dana lebih dari hal yang dapat diperkirakan. Sisanya adalah bahwa sang pemimpin harus rela melakukan kepemipinan secara bersama-sama. Ia harus bersama orang lain dan bersama Tuhan. Inilah yang dikenal dengan nama kepemimpinan kolektif
2. Souza, seorang pakar menggaris bawahi bahwa, antara lain seorang pemimpin Kristiani diharapkan untuk melakukan beberapa hal seperti:
To ennoble (Heart perspective) memberikan perspektif yang lebih bermakna terhadap urusan yang dlaksanakan, atau mengangkat hati orang-orang di sekitar sang pemimpin.
To enable (Head perspective) mendidik, menolong orang belajar, melatih, coaching, dan conseling agar orang dapat melaksanakan tugasnya.
To empower; memberikan kesempatan untuk orang lain mencoba melaksanakan dengan baik apa yang telah dipelajarinya.
3. Kouzes dan Possner memberikan pemahaman lain, yang menurut hemat kami merangkum berbagai pandangan menjadi sesuatu yang utuh dan menggigit dalam menjelaskan tugas pemimpin.
Pertama, seorang pemimpin adalah seorang yang dapat menggali makna dari apa yang terjadi dan makna keberadaannya di dunia
Kedua, seorang pemimpin adalah seorang yang dapat merumuskan visi bersama dan menginspirasikan orang untuk bergerak ke arah visi itu
Ketiga seorang pemimpin adalah seorang yang mengkritisi proses yang ada serta memberikan suatu terobosan baru untuk memperbaikinya
Keempat, seorang pemimpin membuat suasana dimana diri dan pengikut serta komunitasnya bertumbuh, belajar dan memampukan semua potensi yang ada
Kelima, seorang pemimpin membuat orang yang bergerak bersamanya menyadari kemajuan-kemajuan yang sudah mereka peroleh atau ia mengangkat hati mereka secara berkala.
Jadi, jelaslah bahwa bila Anda adalah seorang pemimpin, Anda merupakan seorang yang memberikan dampak yang kuat kepada orang lain. Anda juga terbeban untuk menimbulkan perubahan pada pengikut Anda. Anda akan bahagia bila orang yang mengikuti Anda bertumbuh dan mampu memberikan kontribusi yang maksimum bagi dunia. Anda juga akan bahagia bila potensi mereka sepenuhnya berkembang. Terutama bila Anda sangat peduli untuk menumbuhkan bibit-bibit pemimpin baru yang akan melanjutkan karya Anda. Anda akan dapat mencapai hal ini bila orang percaya kepada Anda.
Praktika: Menempa Keunggulan-keunggulan
Anda tentu tahu bahwa orang banyak memberikan kepercayaan karena seorang pemimpin memiliki keunggulan-keunggulan. Ada banyak keunggulan yang menjadi prasyarat yang menghasilkan kepercayaan pada pemimpin serta menimbulkan gerak bersama dan perubahan.
Beberapa dari prasyarat yang jadi keunggulan ini adalah:
Spiritualitas = Kemampuan menggali makna, mengalami rekonsiliasi atau pemulihan dan pengenalan atas panggilan Tuhan bagi dirinya serta perumusan visi pribadi serta visi dan misi bersama.
Skill = Kemampuan menimbulkan hasil nyata
Sikap = Pola perilaku, pola menangkap kenyataam
Pendekatan Sistem = Memiliki perspektif luas dan utuh serta sinergistik dalam bekerja
Sensitifitas = menyadari bias diri, ragam suku atau beda budaya.
Untuk Indonesia kini, kita membutuhkan pemimpin yang lugas bekerja dalam situasi heterogen, berpikir jangka panjang dan sistematis, melayani, serta siap mengorbankan diri.
Pemimpin yang terus belajar
Ada hal-hal penting yang harus dipelajari terus menerus oleh seorang pemimpin yang hidup dengan Kristus. Silahkan mengisi dengan tanda √ bila Anda memenuhi kriteria di bawah ini:
· Merumuskan spiritualitas diri/makna hidup
· Merumuskan Visi dan Misi pribadi, serta pegangan standar etika atau
· Memahami nilai pribadi,
· Mendapat pertolongan dalam memulihkan luka-luka batin masa lalu.
· Kemampuan dan sensitifitas mengenali pola komunikasi pribadi dan orang lain
· Kemampuan dan sensitifitas menyimak dan menyampaikan informasi
· Kemampuan dan sensitifitas mengendalikan peran dari mental pribadi pada waktu
· Menjalin komunikasi
· Kemampuan serta sikap-sikap untuk mengembangkan kerja kelompok
· Kemampuan dan sikap untuk membangun jaringan kerja
· Kemampuan dan sikap untuk menangani tantangan-tantangan
· Kemampuan memimpin sesuai dengan kebutuhan dan kematangan mereka yang dipimpin.
· Pengambilan keputusan
· Pembuatan perencanaan strategis
· System Approach (Pendekatan sistem) dan penerapan Balanced Scorecard
· Pengembangan kualitas kerja
· Menangani perubahan sengaja
· Memberikan kemampuan pelaksanaan tugas: Coaching dan Counseling
Dengan demikian pada umumnya, kini Anda dapat memahami mengapa pada umumnya suatu pelatihan kepemimpinan sering mempergunakan urutan sebagai berikut :
1. Cakupan dan pemahaman tentang tugas kepemimpinan
2. Bagaimana pemimpin menumbuhkan spiritualitas diri
3. Mengenali makna transformasi sebagai hukum semesta
4. Mengenali makna kehadiran di dunia dan visi personal
5. Mengenali luka-luka pribadii
6. Mengenali nilai-nilai utama diri
7. Mengenali titik lemah dan kebutuhan rekonsiliasi dengan masalah dan ingatan kita
8. Bagaimana pemimpin meningkatkan sensitivitas
9. Mengenali hubungan yang positif : Keterbukaan, saling belajar, sinergistik dan jujur
10. Mengenali pola pikir, komunikasi dan kerja yang unik pada tiap individu
11. Bagaimana berkomunikasi secara efektif
12. Bagaimana menjadi sensitif terhadap peran diri dan mengandalikannya.
13. Bagaimana menjalin team work
14. Bagaimana menjalin network
15. Bagaimana mengatasi tantangan kesulitan bersama
16. Bagaimana memimpin orang lain
17. Bagaimana pemimpin membangun skill diri sehingga mencapai sasaran tugasnya.
18. Bagaimana mengambil keputusan
19. Bagaimana membuat perencanaan strategis
20. Bagaimana System Approach dan Balanced Scorecard untuk menghasilkan pertumbuhan yang seimbang
21. Bagaimana mengembangkan kualitas pelayanan
22. Bagaimana mengelola perubahan sengaja dan meneliti dengan system integrity analysis
23. Bagaimana membuat staff mampu bekerja sesuai standar: Coaching dan Counseling.
Pemimpin Yang Melayani
Seseorang
dapat menjadi pemimpin yang melayani bila, memiliki hati yang terdorong
untuk melayani.
Sejauh ini Anda sudah belajar bahwa pada masa ini terdapat banyak sekali konsep kepemimpinan. Misalnya, kita mengenal teori kepemimpinan Kharismatis. Lebih lanjut lagi adapula konsep kepemimpinan Transformatif dan sebagainya. Kini Anda akan mendapatkan suatu telaah tentang kepemimpinan yang melayani, suatu konsep yang modern. Konsep ini sebenarnya dimulai dua ribu tahun yang lalu dari sekitar Laut Tengah.
Di dunia Timur orang sering beranggapan bahwa seorang pemimpin haruslah menjadi orang dihormati dan dilayani oleh para pengikutnya. Tanpa hak-hak serupa itu, maka seorang pemimpin dirasakan tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Semakin otoriter dan berwibawa, atau semakin misterius seorang pemimpin, semakin orang merasakan kepemimpinnya. Berbeda dari pemahaman tentang seorang pemimpin serupa itu adalah paradigma kepemimpinan yang melayani. Bila seorang pemimpin adalah seorang yang menggerakkan dan mentransformasi, maka pemimpin yang melayani adalah seorang yang menggerakkan dan mentransformasi orang secara khas. Teori ini dimulai sejak tahun 1977 ketika R.K. Greenleaf menulis buku "Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness."
Seorang dapat menjadi pemimpin yang melayani
karena menghayati
rasa berhutang atas kasih-kebaikan
Tuhan pada
dirinya
Seorang pemimpin yang melayani hanya dapat melakukan hal itu bila ia menghayati makna peran sebagai orang yang melayani. Seorang yang melayani tidak melakukan hal itu karena ia ingin menebus dosa atau kesalahannya di masa lalu. Ia juga bukan melakukan hal itu agar orang merasa iba padanya. Pemimpin yang melayani melakukan hal itu karena ia ingin dengan melayani orang-orang, ia terdorong untuk membuka kesempatan agar orang-orang di sekitarnya memiliki kebebasan lebih luas untuk berkembang atau mengalami transformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang melayani bila, memiliki hati yang melayani. Artinya, ia meletakkan kebutuhan dan minat orang lain di atas minat dan kebutuhan dirinya. Seringkali ia melakukan hal ini karena ia pernah merasakan dilayani seseorang, mengalami pemulihan karena ditolong seorang pemimpin, atau mampu mengembangkan visi yang tajam karena dialog dengan seorang pemimpin dan sebagainya. Andapun dapat menjadi pemimpin yang melayani karena menghayati rasa berhutang atas kasih dan kebaikan Tuhan pada diri Anda.
Seorang pemimpin yang melayani dapat didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang sangat perduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya serta komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tadi daripada pencapaian ambisi pribadi atau pola atau kesukaannya saja. Impiannya ialah agar orang yang ia layani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga.
Ciri pemimpin yang melayani
Anda ingin tahu tentang ciri-ciri nyata seorang pemimpin yang melayani? Seorang yang bernama Spears pada tahun 1995 menerjemahkan konsep di atas ke dalam ciri-ciri nyata dari pemimpin yang melayani.
1. Pemimpin yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau organisasinya. 2. Pemimpin yang melayani memberikan teladan-teladan hidup bagi para pengikutnya sebagai pedoman mereka dalam berperilaku dan bersikap. Ia tidak memaksakan orang lain untuk mengadaptasi suatu wujud perilaku atau berbagai aturan serta hal-hal yang ia idealkan. Ia memberi ilham melalui ilustrasi, memberi teladan serta batas-batas berperilaku dengan terlebih dahulu melaksanakannya sendiri. 3. Pemimpin yang melayani memiliki pribadi yang nyata antara lain kerendahan hati, keberanian untuk bertanggung-jawab , serta integritas. Lebih lanjut lagi, seorang pemimpin yang melayani harus memiliki integritas antara harga diri, gambar diri, serta ambisinya. Ia juga harus mampu menampilkan dirinya sebagai manusia biasa dengan kelemahan-kelemahan. 4. Pemimpin yang melayani juga mendedikasikan diri dalam perkara-perkara moral serta berani mengambil risiko untuk menegakkan prinsip etika tertentu. 5. Pemimpin yang melayani memiliki visi yang jelas dan mampu memberdayakan orang lain. 6. Pemimpin yang sungguh melayani mampu memberikan kepercayaan dan pemahaman akan keadaan pengikutnya. 7. Pemimpin yang melayani berpikir jangka panjang. Ia tidak mengharapkan hasil yang spektakuler terjadi dalam waktu singkat, karena ia menyadari bahwa untuk menggerakkan dan mentransformasi orang diperlukan waktu yang panjang dan proses yang berkesinambungan. Gereja-gereja di India Utara tidak akan berkembang seperti sekarang bila para misionaris yang datang ingin mencapai hasil yang cepat. Mereka mendirikan sekolah, klinik, percetakan, lembaga pendidikan, dan kemudian barulah Injil diberitakan. 8. Pemimpin yang melayani melakukan komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah. Dalam Kisah Rasul pasal 7 terlihat bagaimana seharusnya menanggapi kritikan dan gosip, yaitu dengan sikap tenang dan proaktif. 9. Pemimpin yang melayani juga harus dapat hidup di tengah kepelbagaian pendapat, bahkan ia merasa tidak nyaman berada di dalam lingkup pendapat, paradigma, serta gaya kerja yang homogen. Ia tidak mencari solusi yang mudah sesuai keinginannya belaka. 10. Pemimpin yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang pada pengikutnya. Ia memiliki gambaran positif dan optimis tentang mereka. Pemimpin serupa ini memberdayakan mereka dengan membagi pengetahuan, keahlian, juga sudut pandangnya. Ketika Tuhan Yesus menyapa Natanael, kata-kata yang digunakannya sangatlah positif. 11. Pemimpin yang melayani menggunakan pengaruh serta logikanya untuk mempengaruhi orang, selain dengan peneladanan. Paulus dan Silas meneladani orang lain untuk tidak lari dari penjara yang terkena gempa bumi dan kemudian membujuk kepala penjara untuk tidak membunuh dirinya. 12. Pemimpin yang melayani tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan dan melahirkan pahlawan-pahlawan. Yohanes Pembaptis memiliki seorang murid yaitu Polycarpus. Sikap Polycarpus mendapat ancaman aniaya serta kematian dari orang Romawi membuat banyak orang menjadi Kristen. 13. Pemimpin yang melayani mengerjakan banyak hal dan juga menghindar dari berbagai hal yang orang lain dapat lakukan. Nehemia merupakan contoh keberhasilan karena ia mempertajam fokusnya. |
Anda perlu mencatat bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia tidak juga menjadi sosok yang dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam pekerjaan sehari-hari seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang menjadi terinspirasi, terdorong, belajar, dan mengambil alih teladannya. Pendekatannya bukanlah pendekatan kuasa tapi pendekatan hubungan atau inspirasional.
Mengukur Keberhasilan seorang pemimpin
_
Bagaimanakah Anda dapat mengukur keberhasilan seorang pemimpin ? Apakah Josef Broztito adalah seorang yang berhasil menghasilkan negara yang baik serta melahirkan pemimpin-pemimpin yang cakap untuk melanjutkan pekerjaannya ? Ternyata tidak. Anda mengenal kenyataan sejarah bahwa bangsanya tercabik-cabik. Bagaimana dengan Yesus Kristus, anak seorang tukang kayu yang sederhana dari Betlehem ? Setelah kematian-Nya, justru muncul pemimpin-pemimpin yang melanjutkan tugas-Nya sampai abad ini. Kedua sosok tadi sama-sama menghadapi pengikut yang berbeda-beda visi dan mungkin sejak semula sudah saling memendam kecurigaan. Jadi, dimanakah perbedaan dan ukuran keberhasilan seorang pemimpin ?
Di dalam budaya timur seorang pemimpin dinilai berhasil bila ia mencapai suatu tingkat kearifan dan wibawa yang tinggi di tengah masyarakat di mana ia berada. Di dalam budaya barat, seorang pemimpin dinilai berhasil berdasarkan prestasi dan sumbangsihnya di tengah masyarakat. Yang mana yang Anda sukai?
Sukses seorang pemimpin diukur
dari berapa
pemimpin baru
yang ia lahirkan
dan tumbuhkan,
bukan hanya
dari berapa
banyak
pengikutnya
Dalam kerangka pikir pemimpin yang melayani, maka masalah ini sangat perlu dibahas agar jelas tolok ukur yang dapat dipakai untuk menilai karya seorang pemimpin.
Secara umum wibawa atau prestasi yang dimiliki seorang pemimpin tidak akan berumur panjang bila ia tidak menyiapkan pemimpin baru. Kubilai Khan merupakan contoh kegagalan yang besar.
Dengan gamblang ada seorang yang mengatakan keberhasilan seorang pemimpin tidak dinilai berdasarkan berapa banyak pengikutnya, berapa arifnya dirinya, atau berapa hebat prestasinya saja, namun dari kualitas-kualitas pemimpin baru yang dilahirkannya.
Pemimpin baru tadi tidak harus sama dengan dirinya. Sangat keliru bila seorang pemimpin bekerja keras untuk melatih dan membina calon pemimpin baru agar orang ini memiliki pola kerja, gaya, dan paradigma yang sama dengan dirinya. Seorang pemimpin yang matang akan menyadari bahwa pola atau gaya dan paradigmanya memang baik untuk masa dimana ia melayani, namun di masa depan corak lingkungan kerja, dinamika organisasinya serta komunitasnya akan berbeda sehingga diperlukan suatu pendekatan, pola dan gaya kepemimpinan yang baru. Dengan pemahaman tadi ia tidak akan berkeberatan bila dirinya dikritik bawahannya atau orang yang menjadi calon penggantinya. Ia juga tidak akan berkeberatan untuk dikritik oleh pemimpin yang melanjutkannya karena mereka berada di dalam konteks yang berbeda dan tidak dapat dibandingkan dengan mudah.
Dengan demikian seorang pemimpin yang berhasil adalah seseorang yang juga memiliki suatu kesadaran mengenai life cycle atau daur hidup komunitas yang dipimpinnya. Ada masa lahir, ada masa pertumbuhan, ada masa puncak dan ada masa penurunan serta uzur. Untuk tiap masa diperlukan pemimpin yang coraknya berbeda-beda. Justru kematangan seorang pemimpin akan terlihat dalam kesediaanya menerima fakta bahwa orang yang dipersiapkannya mungkin akan menentang, mengritik kebijakannya, dan mengubah banyak hal.
_
Jadi bagaimana kemudian kita mengukur keberhasilan seorang pemimpin? Tentu dari dampak kehadiran dan kinerjanya.
Pertama, dilihat dari bagaimana visi komutasnya apakah tercapai atau gagal. Kegagalan dan keberhasilan ini tidak selalu terlihat dalam jangka pendek, namun terlihat dari kelanggengan akibat dari munculnya visi tadi.
Kedua, dilihat dari bagaimana pengikut serta dirinya sendiri mengalami transformasi atau perubahan dalam proses berderap bersama. Kualitas tranformasi itu akan memperlihatkan apakah ia berhasil atau gagal
Ketiga, keberhasilan dapat dilihat dari pola kepemimpinannya yang seiring dengan siklus hadir-tumbuh-puncak- dan menurun dari organisasinya.
Keempat, keberhasilan dilihat dari bagaimana ia menjadi seorang pemimpin yang baik sekaligus seorang pengelola yang baik.
Kelima, keberhasilan diukur dari jumlah buah karyanya yaitu pemimpin-pemimpin yang melanjutkan karyanya dikemudian hari.
Kini carilah sebuah nama yang telah memenuhi semua hal di atas tersebut: _________________________________________________________________
Jenis-jenis pemimpin
_
Bowo bekerja di sebuah perusahaan distributor kimia. Tanpa dirinya, gudang dan distribusi tidak akan berjalan baik. Dengan lugas ia memimpin tiga puluh anak buahnya mencapai prestasi yang tinggi secara terus-menerus. Bowo adalah seorang pemimpin. Indri memimpin di sebuah perguruan tinggi. Ia membuat lembaganya mendapat pengakuan internasional dalam kualitas layanan mereka. Indri adalah seorang pemimpin. Pak Suja'i adalah kepala "orang-orang pandai" di Tengger. Ia menjadi panutan walaupun sehari-hari ia bertani dan bekerja seperti orang lainnya. Pak Suja'i adalah seorang pemimpin.
Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai kepemimpinan, tentu Anda minta dijelaskan, apakah memang hanya ada satu jenis pemimpin di dalam suatu masyarakat, komunitas atau suatu organisasi? Bila diteliti secara sederhana, memang ternyata ada berbagai jenis pemimpin. Ada orang-orang yang jelas memiliki status pemimpin dan berada dalam jajaran puncak suatu organisasi. Namun, ada pula pemimpin-pemimpin yang ada di dalam urusan operasional dan ada pula pemimpin yang tidak formal. Bagaimana cara kita memahami kehadiran dan peran mereka?
Pemimpin
lini lokal,
Pemimpin
network,
dan
pemimpin
eksekutif
Menurut penelitian di Harvard, salah satu cara memahami jenis-jenis pemimpin adalah dengan mencatat bahwa sekurangnya terdapat tiga jenis pemimpin yaitu pemimpin lini lokal, pemimpin network, dan pemimpin eksekutif. Pemimpin lini lokal adalah mereka yang menangani urusan operasional harian atau mereka yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk menangani perubahan pada tingkat lokal. Mereka dapat berupa pemimpin tim pengembangan produk baru, seorang koster, kepala pool kendaraan, kepala tukang parkir, staf cleaning service, para kuli pacul, dan sebagainya. Tidak ada suatu komunitas atau organisasi berjalan efektif dan efisien tanpa dukungan pemimpin lini lokal ini.
Pemimpin network adalah mitra dari pemimpin lini lokal. Walaupun seorang pemimpin lini lokal bekerja dengan antusias dan serius, sistem kerja mereka membuat mereka tidak memiliki kontak yang cukup dengan divisi, bagian atau departmen lain. Mereka seakan terkurung di dalam detil pekerjaan mereka dan kesibukan mereka cukup menyita waktu dan perhatian mereka. Pemimpin network-lah yang menolong mengaitkan suatu informasi, hubungan, dan kerja antar berbagai fungsi dan status di organisasi. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan menembus batas birokrasi, departmen atau kelompok-kelompok masyarakat serta seluruh kecenderungan untuk bersikap tertutup. Mereka berfungsi sebagai pembawa berbagai benih. Namun karena mereka merupakan pemimpin informal, posisi mereka sulit di identifikasi padahal pengaruh mereka dalam proses perjalanan komunitas atau organisasinya menuju visi yang mau diraih sangat penting.
Pemimpin eksekutif adalah satu langkah lebih luas dalam tugasnya di organisasi atau masyarakat. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan kinerja yang baik secara umum, namun mereka harus bekerja melalui tangan atau pengaruh orang lain, khususnya bawahan mereka. Perubahan-perubahan di masa kini membuat mereka menyadari bahwa mereka perlu untuk memiliki paradigma baru kepemimpinan. Mereka belajar mengenali bahwa bawahan mereka atau pengikut mereka adalah mitra kerja, atau bila tidak maka mereka menjadi tirani-tirani kecil dan jadi terpencil.
Seorang pemimpin di bidang pelayanan nirlaba akan memiliki urusan yang berbeda dengan peminpin di dunia bisnis. Di dalam pelayanan nirlaba, unsur kesukarelaan merupakan faktor besar yang harus senantiasa diperhitungkan. Pemimpin harus selalu mempertimbangkan penerimaan orang pada dirinya. Di dalam dunia bisnis, perhitungan serta hasil pada suatu jangka waktu tertentu sering menjadi tolok ukur utama. Masalah penerimaan orang menjadi soal sekunder, namun hasil nyata akan menjadi faktor penentu. Di dalam komunitas agama, wibawa spiritual, yaitu wibawa yang orang akui hadir dalam diri pemimpin karena kualitas spiritualnya menjadi faktor yang sangat vital. Selain itu keseluruhan integritas dirinya menjadi penentu juga. Di dalam dunia politik, kepemimpinan dikaitkan dengan kemampuan seseorang merekatkan berbagai kelompok yang berbeda di masyarakat. Hal-hal lain menjadi hal sekunder. Bagaimana juga, walaupun konteks kepemimpinan berbeda-beda, namun seorang pemimpin tetap merupakan sosok yang harus dapat menggerakkan dan mentransformasi komunitasnya.
Pemimpin dan Pengelola atau Manajer
_
Seringkali orang tidak membedakan antara pemimpin dan pengelola/manajer. Seorang manajer adalah seorang yang mengelola sesuatu. Hal yang ia kelola adalah manusia, waktu, mesin, dana atau informasi serta network. Jadi, ukuran keberhasilan seorang manajer adalah seberapa baiknya ia mengelola apa yang dipercayakan kepadanya. Semakin rapi, teratur, dan indah apa yang ditanganinya semakin dianggap baik dirinya. Bagi seorang manajer, ia harus melakukan apa yang ditanganinya dengan benar. Jadi, manajer adalah seorang yang mengemban fungsi tertentu.
Seorang pemimpin adalah seorang yang melakukan sesuatu demi organisasi, kelompok, atau komunitasnya. Ia diukur berdasarkan perubahan apa yang dihasilkan bersama pengikutnya atau mereka yang terkait dengannya. Ia juga diukur dengan transformasi yang dilakukannya, serta adanya kelanjutan dari pekerjaannya. Dalam proses memimpin organisasinya, seorang pemimpin tidak harus selalu rapih, teratur, atau indah. Namun yang terpenting adalah bahwa ia melakukan hal-hal yang benar untuk kepentingan bersama.
Jadi, seorang manajer bertugas melakukan dengan benar hal-hal yang dipercayakan kepadanya, sedangkan seorang pemimpin melakukan hal yang tepat. (Managers do things right while leaders do the right thing). Manajemen adalah fungsi sedangkan kepemimpinan adalah panggilan atau kualitas diri,
Ringkasan tentang beda manajer dan pemimpin dapat digambarkan sebagai berikut:
Pemimpin Manajer
Hubungan berdasarkan pengaruh Hubungan berdasarkan otoritas
Memberikan arah dalam
tindakan dan sikap Menghasilkan sesuatu
Melibatkan visi dan penilaian Menyelesaikan,
dan melibatkan hal-hal yang lebih rutin
People who do the right thing People who do things right
Jadi, manajer lebih bersifat mekanistis (orientasi semata-mata pada memenuhi suatu ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan baginya) dan menekankan pada pengendalian kerja bawahan. Dibandingkan dengan manajer, pemimpin memiliki kepekaan terhadap arah, kerja sama kelompok, inspirasi, teladan dan penerimaan diri oleh orang lain.
Dalam kenyataan, seringkali dituntut bahwa seorang pemimpin harus juga menjadi seorang manajer. Tentunya, yang diharapkan adalah didapatkan seorang pemimpin yang baik dan sekaligus berfungsi menjadi manajer yang baik.
MUTU PENGELOLAAN
TIDAK BAIK BAIK
BAIK
KEPEMIMPINAN
TIDAK BAIK
Tentu Anda bertanya mengapa demikian? Seorang pemimpin yang baik, namun merupakan manajer yang buruk perlu dilengkapi oleh seorang manajer yang baik di dalam timnya. Sebaliknya seorang pimpinan yang buruk namun memiliki kemampuan manajerial yang baik belum tentu diikuti oleh orang lain di organisasinya. Jika tidak demikian, maka kepemimpinan lemah akan menghasilkan stagnasi, sedang manajemen yang lemah akan menghasilkan konsep belaka atau wacana tanpa aplikasinya.
Beberapa fungsi manajerial yang bertumpang tindih dengan fungsi kepemimpinan antara lain:
1. Perencanaan meliputi: pencarian informasi yang dibutuhkan, merumuskan tugas, maksud dan tujuan kelompok, juga menyusun rencana yang dapat dikerjakan.
2. Mengatur meliputi: pemberian penjelasan mengapa rencana itu perlu, menetapkan standar kelompok, memformulasikan metode efektif untuk menyelesaikan tugas, mengorganisasikan orang, material, waktu dan sumber sehingga sasaran dapat tercapai. Mencari orang-orang yang cocok untuk tugas tertentu termasuk mengalokasikan tugas dan sumber kepada mereka sedemikian rupa, sehingga setiap orang tahu apa yang diharapkan darinya dan memahami makna dari kontribusi yang ia lakukan.
3. Memberi pengarahan meliputi: menjelaskan tugas dan rencana dari awal supaya memastikan tercapainya sasaran. Menuangkan dalam jadwal dan membuat pembagian tugas untuk memastikan tindakan tang diambil sesuai dengan sasaran.
4. Mengawasi meliputi: pengawasan terhadap kerja bawahan untuk menjaga agar segalanya berjalan sesuai dengan rencana, termasuk mengantisipasi kemungkinan masalah juga mengatasi masalah dengan cepat.
5. Mengevaluasi yaitu: melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kerja kelompok, membantu kelompok menilai pelaksanaan kerjanya sendiri, dan menyatakan pendapat tentang apa yang sudah dikerjakan.
Penutup
Kini Anda menyadari bahwa kepemimpinan memang merupakan suatu hal yang kaya dan memiliki banyak aspek. Perbandingan secara konseptual dan praktika tentang kepemimpinan di budaya Timur dan Barat juga merupakan suatu bidang yang perlu diteliti dan masih belum dipahami secara utuh. Namun sejauh ini, pemahaman tentang kepemimpinan yang melayani merupakan suatu konsep yang dianggap utuh dan bermanfaat di masa kini. Dalam rangka menyiapkan Anda untuk menjadi pemimpin, kini buatlah action plan atau perencanaan tindakan untuk meningkatkan bekal atau prasyarat yang Anda perlu penuhi dalam perjalanan menjadi pemimpin.
Setelah mengikuti pembelajaran di atas, maka saya akan meningkatkan diri yaitu dengan cara:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------
Tentukan kapan Anda akan mencapai perubahan di atas?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------
Tentukan siapa yang Anda akan mintakan bantuannya untuk menemani Anda di dalam proses persiapan menjadi pemimpin
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ingatlah kata-kata kunci ini sebagai titik berangkat dalam memahami masalah kepemimpinan:
1. memiliki keprihatinan dan kepedulian ketika menyadari gap
2. menggali makna
3. merumuskan visi dan misi pribadi
4. meninggalkan legacy/warisan
5. merumuskan visi bersama
6. menginspirasikan orang dengan menggerakkan dan mengelola
7. menimbulkan suasana belajar dan menumbuhkan orang
8. mengangkat hati orang atau melihat segalanya secara keseluruhan atau sistemik.
9. Mendapatkan kepercayaan
10. Menghasilkan pemimpin-pemimpin baru.