PENTINGNYA MENETAPKAN TUJUAN
Dasar dari semua kepemimpinan adalah kepemilikan visi. Dan untuk
melangkah dalam visi tersebut, sebuah komitmen amat dibutuhkan.
Komitmen ini disebut misi. Namun ketika dalam pencapaiannya muncul
masalah, dibuatlah serangkaian tindakan yang spesifik untuk
menyelesaikan misi itu. Tindakan inilah yang disebut tujuan. Oleh
karena itu, seorang pemimpin yang tidak memiliki tujuan sama seperti
sebuah kapal yang tak bernakhoda.
Agar efektif, seorang pemimpin harus menegaskan fokus misinya secara
berkala melalui penetapan tujuan yang efektif. Semakin jelas tujuan
yang dimiliki, semakin tajam fokusnya, demikian sebaliknya.
Penetapan tujuan yang efektif menjadikan visi semakin terfokus
karena menjelaskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai
visi tersebut.
Visi memang penting, namun visi itu tidak akan terwujud bila tujuan
suatu program tidak terencana dan dilaksanakan dengan benar. Sebuah
visi akan tetap sama dalam jangka waktu yang lama, sedangkan sebuah
misi akan menyesuaikan dengan visi. Namun, suatu tujuan harus
ditinjau secara berkala agar seorang pemimpin dapat menyesuaikannya
dengan situasi yang terus berubah.
Ketika menetapkan tujuan, kita menuliskan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyempurnakan visi kita. Agar tujuan yang
ditetapkan efektif, seorang pemimpin perlu memahami karakteristik
tujuan yang baik. Karakteristik ini tertuang dalam prinsip SMART
(dijelaskan lebih rinci pada kolom Tips pada edisi kali ini--red).
Prinsip Tujuan
Selain SMART, ada juga beberapa prinsip yang berguna untuk
menjadikan tujuan efektif.
- Tentukan tujuan Anda sendiri, dan jangan mengharapkan bantuan
dari siapa pun atau apa pun.
Ada banyak rumah sakit, gereja, organisasi Kristen, dan
universitas yang bertujuan untuk mendapatkan dana dari orang-
orang kaya. Bila sang dermawan meninggal, mereka akan goncang dan
hancur. Tujuan kita seharusnya berdasar pada hal-hal yang kita
kendalikan. Namun, ini menjadi masalah khusus bagi organisasi
Kristen dan organisasi nirlaba yang bergantung pada bantuan
donatur. Dalam hal ini, kehebatan sang pemimpin akan terbukti
lewat termotivasinya orang-orang untuk melayani.
- Izinkan pemikiran Anda berkembang.
Jangan membatasi Tuhan atau hal-hal luar biasa yang Ia sediakan
untuk kita dengan membiarkan pengalaman kita terdahulu atau
penelitian tentang kinerja orang lain melumpuhkan visi kita.
Seorang pengabar Injil, D.L. Moody, sekali waktu bertanya pada
sekelompok jemaatnya, "Siapa yang percaya bahwa Tuhan mampu
membuat gedung ini penuh dengan jiwa-jiwa?" Semua mengangkat
tangan. Ia melanjutkan pertanyaannya, "Siapa yang percaya Tuhan
akan memenuhi kursi di aula ini dengan jiwa-jiwa?" Kurang dari
tiga puluh orang yang mengangkat tangan. Ia kemudian
menyimpulkan, "Tidak membutuhkan iman yang besar untuk mengatakan
bahwa Tuhan sanggup. Namun, dibutuhkan iman yang sangat besar
untuk mengatakan Tuhan akan melakukannya." Izinkan pemikiran Anda
berkembang supaya dari tujuan yang Anda miliki, dapat tercermin
kerinduan untuk melakukan yang terbaik untuk Tuhan.
- Tuliskan tujuan Anda secara terperinci.
Lord Bacon bahkan berkata, "Menulis membuat seorang menjadi
sempurna." Dengan menulis, apa yang ada dalam pikiran kita akan
terpatri dan gagasan yang kita miliki menjadi spesifik.
- Nyatakan tujuan Anda dengan positif.
Jika kita mengatakan bahwa tujuan kita adalah "agar saya tidak
suka menunda-nunda lagi", itu tidaklah efektif. Tujuan perlu
motivasi agar melakukan apa yang kita mau, ingin menjadi seperti
apa kita. Bagaimana kita akan memvisualisasikan "tidak akan
menunda-nunda lagi" itu?
- Pastikan bahwa tujuan Anda meliputi perubahan karakter.
Kita tidak bisa mengharapkan berat badan kita akan turun, bila
kebiasaan yang kita miliki adalah menyantap banyak lemak dan gula
sepanjang hari. Kita harus menetapkan tujuan untuk berubah dan
mengembangkan karakter apa pun yang kurang dalam diri kita.
Perubahan dalam diri merupakan faktor penting dalam penetapan
tujuan.
- Jadikan tujuan Anda sebagai tujuan pribadi.
Dalam menetapkan tujuan pribadi, diperlukan karakter yang kuat,
terutama bila tujuannya berbeda dengan norma masyarakat. Adalah
hal yang mustahil bila kita harus memimpin dengan tujuan yang
dibebankan oleh orang lain pada kita. Dalam suatu organisasi,
tiap orang menetapkan tujuannya sendiri. Seorang manajer bisa
memandu bawahannya yang akan menetapkan tujuannya sendiri dalam
organisasi tersebut karena bagaimanapun tujuan pribadi hendaknya
tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. Tujuan pribadi
penting karena dengan begitu anggota akan punya kecenderungan
memenuhi tujuan pribadinya itu dan tidak menyalahkan orang lain
bila tujuannya tidak tercapai.
Permasalahan dalam Menetapkan Tujuan
Saat menetapkan tujuan, kita juga harus menetapkan prioritas.
Sering kali dua tujuan yang ingin dicapai justru menyebabkan
konflik. Misalnya, membeli rumah baru atau membiayai kuliah anak.
Prioritaskan nilai kita untuk menentukan manakah yang lebih penting.
Terkadang, waktu dapat menyelesaikan konflik. Pada tahun 1912, ayah
saya melarikan diri dari penyiksaan di Timur Tengah dan tiba di
Amerika Serikat ketika berusia 15 tahun. Saat berusia 20 tahun, dia
ingin keluar dari sekolah dan mempersiapkan pelayanannya. Ibunya
lalu berkata, "Kamu adalah satu-satunya orang Kristen di keluarga
ini. Kakak laki-lakimu hidup terhilang dari Tuhan. Bagaimana bisa
kamu pergi belajar tentang bagaimana membawa orang pada Kristus
sedangkan kakakmu sendiri kamu abaikan?"
Mengingat keluarga ini berasal dari tradisi yang kuno, sedang sang
ayah sudah meninggal, jadi pendapat seorang ibu adalah keputusan
yang harus dituruti. Maka tidak ada jalan lain bagi ayah saya selain
mengikuti nasihat ibunya. Ia pun memutuskan untuk menunda sekolahnya
selama tiga tahun. Dan pada selang waktu itu, kakak laki-laki dan
iparnya laki-laki datang kepada Tuhan.
Konflik dalam tujuan juga dapat terjadi karena adanya tujuan yang
berbeda-beda dari orang yang terlibat dalam pencapaian visi.
Misalnya, visi kita adalah mendirikan sebuah universitas Kristen
untuk mendidik orang-orang muda. Anggota staf lainnya mungkin
memiliki visi yang sama, tapi tujuan pribadi yang berkaitan dengan
perngembangan profesi atau pembagian saham akan menganggu
tercapainya tujuan mendirikan universitas tersebut. Dalam hal ini,
tugas sang pemimpinlah untuk menyelesaikannya.
Manfaat Penetapan Tujuan
Tanpa penetapan tujuan, pencapaian visi hanyalah sebuah impian.
Selain terpenuhinya visi, yang merupakan manfaat utama, ada juga
beberapa hal yang akan didapat bila kita menetapkan tujuan dengan
baik.
- Tujuan mempermudah proses pengambilan keputusan.
Bila keputusan yang dibuat mendukung tujuan yang dimiliki sang
pemimpin, dia tidak akan punya waktu untuk melakukan kegiatan
lain karena harus menentukan keputusan mana yang harus dijalankan
sesuai dengan nilai dan prioritasnya. Dengan menetapkan tujuan,
pemimpin bisa menghemat waktu karena hanya berorientasi pada
tujuan yang dirancang dengan baik.
- Tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Sering kali stres disebabkan oleh kebingungan dan ketakutan.
Namun dengan memiliki tujuan, seorang pemimpin akan terhindar
dari dua hal tersebut. Dalam buku "Getting Well Again", Dr. O.
Carl Simonton dan istrinya, Dr. Stephanie Matthews Simonton,
bersama James Creighton bahkan menyaksikan bahwa cara yang paling
efektif untuk menyembuhkan pasien mereka adalah dengan meminta si
pasien untuk menetapkan tujuan hidup mereka. Dengan begitu,
pasien mendapatkan kembali tujuan dan semangat mereka untuk
hidup.
- Tujuan menimbulkan respek.
Sudah umum diketahui, orang cenderung mengikuti pemimpin yang
memiliki tujuan pasti. Dengan adanya tujuan jelas, orang lain
akan tergerak untuk mendukung sang pemimpin.
- Tujuan bisa digunakan sebagai tolok ukur.
Tujuan sangat diperlukan untuk kepuasan psikologis orang, yang
muncul saat ada perasaan bahwa dirinya mampu dan berguna, yang
muncul jika sesuatu telah terpenuhi. Pencapaian tujuan bisa
menjadi salah satu faktor pendorongnya.
- Tujuan menghasilkan kegigihan.
Bob Pierce, pendiri World Vision, bercerita bahwa di kala ia
masih muda, seorang pastor berkata kepadanya, "Dalam banyak
kasus, banyak organisasi yang dipimpin oleh seorang yang lebih
memenuhi kualifikasi karena pendidikannya, kepopulerannya,
talentanya, dan relasinya yang kuat, namun justru tenggelam.
Sedangkan organisasi yang dipimpin oleh mereka yang terlihat
memiliki sedikit kesempatan justru terus bertahan bahkan
mendapatkan pencapaian yang luar biasa." Ini terjadi karena
mereka menerapkan kekuasaan yang berkesinambungan. Saat berada di
ujung tanduk dan hampir jatuh ke jurang yang dalam, orang yang
menang adalah mereka yang tetap bertahan. Dengan cara
bagaimanapun, Tuhan akan menolong karena Dia menghargai mereka
yang tetap bertahan dan melepaskan mereka dari kesulitan." Tujuan
orang-orang tersebut mendorong mereka untuk tetap bertahan.
- Di bawah pimpinan Tuhan, sebuah tujuan akan menghindarkan
seorang pemimpin dari jerat pujian orang lain.
Tidak ada risiko lebih besar yang mengancam keefektifan suatu
kepemimpinan selain pujian dari banyak orang. Sebelum meninggal,
Pendeta Dr. J.C. Massee berkata, "Penyakit yang paling berbahaya
bagi pengabaran Injil di Amerika adalah hasrat untuk dihormati
dan dipuja." Seperti yang dikatakan di Yohanes 5:44,
"Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat
seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang
dari Allah yang Esa?"
Pada awal tahun 1960-an, sebelum pensiun editor Boston Herald
berkata, "Massee adalah pendeta yang paling diperhitungkan di
Boston selama 40 tahun saya bekerja di surat kabar, tapi
nampaknya pujian tidak berpengaruh padanya." Massee berkhotbah
sebanyak 2.600 kali selama pelayanannya di Boston. Sebuah
panggilan yang lebih tinggi daripada kemasyhuran, yang dijalankan
dengan tujuan yang jelas, membuatnya tetap rendah hati meski
dipuji orang banyak.
Kekhawatiran dalam Menetapkan Tujuan
Mengapa banyak orang yang tidak menetapkan tujuan mereka, padahal
itu sangat penting? Kemungkinan alasan utamanya adalah penetapan
tujuan yang efektif sulit untuk dilakukan. Diperlukan tekad dan
komitmen yang kuat untuk melakukannya. Ada empat alasan mengapa
orang enggan untuk menetapkan tujuan.
- Khawatir tujuan yang ditetapkan tidak sempurna.
Beberapa orang tidak menetapkan tujuan karena mereka takut tujuan
yang dibuat tidak sempurna. Memang tujuan yang kita buat tidak
sempurna, dan tidak akan menjadi sempurna. Namun, kita memiliki
kewajiban dan bertanggung jawab kepada Tuhan untuk mengerti apa
yang harus kita lakukan.
- Khawatir akan dikalahkan.
Rasa takut akan kekalahan sangat berkaitan dengan rasa takut
akan tidak sempurnanya tujuan kita. Tidak dapat dihindari,
kekalahan itu bisa saja kita alami. Namun dalam kekalahan
tersebut, kita mendapat pelajaran berharga yang membuat
kesuksesan kita pada akhirnya lebih besar. Biasanya, karakter
Kristen yang paling sehat terbentuk dari kekalahan sementara.
Kekalahan adalah kekuatan yang menghancurkan bila diterima
sebagai suatu kegagalan. Namun, ketika kita menerimanya sebagai
suatu pelajaran yang kita butuhkan, kekalahan adalah anugerah.
Kekalahan adalah ujian terbesar dari Tuhan di mana Ia membakar
semua yang tidak berguna dalam hati manusia dan menyucikan
semangat spiritual sehingga manusia dapat menanggung ujian yang
lebih berat.
- Khawatir akan diremehkan.
Ketika berumur 22 tahun, saya membeli sebuah buku berjudul
"Thirty Days to a More Powerful Vocabulary," yang ditulis oleh
William Funk dan Norman Lewis. Kemudian saya menyadari bahwa
semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin luas dan
semakin dalam penetrasi pemikirannya. Tak pelak lagi, saya pun
menjadi terlalu sering menggunakan kata-kata baru itu. Seorang
yang sudah saya anggap sebagai saudara menyindir, "Untuk dapat
memahami khotbah John Haggai, kita harus membawa buku teologi
sistematis dan Kamus Lengkap Webster." Menyakitkan sekali! Ketika
saya berencana untuk meninggalkan pelajaran kosakata, seorang
pendeta berkata, "Jangan merasa malu. Saya mengagumi Anda.
Pertamanya mungkin Anda terdengar kaku dalam berbicara, tapi saya
mendorong Anda bukan hanya untuk melanjutkan, tapi juga untuk
tetap menjaga kedisiplinan itu selama Anda hidup. Itu akan
memperluas kapasitas pengetahuan Anda."
Ketika menetapkan tujuan, kita bisa mengantisipasi timbulnya
pertentangan dan ejekan. Mereka yang melakukan hal itu sebenarnya
merasa tertuduh karena seharusnya mereka melakukan hal yang sama.
Jadi, berpikirlah positif bahwa ejekan itu adalah pujian yang
terselubung.
- Khawatir akan dianggap sombong bila menetapkan tujuan.
Beberapa orang mungkin tidak menetapkan tujuan karena ada ayat
yang mengatakan, "Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang
kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak
bercela dan bebas dari pelanggaran besar" (Mazmur 19:13). Namun,
penetapan tujuan sebenarnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita
tidak menentang kehendak Tuhan bila menetapkan tujuan karena
tujuan itu adalah sarana untuk melaksanakan kehendak Tuhan.
(t/lanny)
Sumber diringkas dan diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Lead On! |
Penulis | : | John Haggai |
Penerbit | : | Word Books, Waco, Texas 1986 |