Sesudah zaman Nabi Nuh manusia masih tidak menuruti perintah Allah SWT. Mereka menyembah makhluk dan benda-benda yang diciptakan Allah, bukannya menyembah Allah itu sendiri. Oleh karena kedurhakaan mereka terhadap Allah ini, mereka tidak mungkin dapat disebut anak-anak Allah sekalipun mereka diciptakan oleh Allah. Mereka adalah anak-anak Iblis karena mereka menyembah dewa-dewa dan roh-roh jahat. Tetapi Allah belum lupa janji-Nya kepada Nabi Adam dan Siti Hawa.
Allah SWT. mengutus rasul-Nya yang bernama Nabi Ibrahim. Kebanyakan orang yang tinggal di daerah Nabi Ibrahim menyembah dewa-dewa. Tetapi Nabi Ibrahim percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar. Pada satu hari, Allah berkata kepada Nabi Ibrahim, "Tinggalkanlah negerimu, kaum keluargamu dan rumah ayahmu, lalu pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan memberikan kepadamu keturunan yang banyak dan mereka akan menjadi bangsa yang besar. Aku akan memberkati engkau dan akan membuat namamu mahsyur, sehingga engkau akan menjadi barokah bagi semua bangsa di bumi."
Maka Allah berjanji bahwa dari garis keturunan Nabi Ibrahim akan datang satu orang yang akan mengalahkan Iblis. Tetapi yang aneh adalah Nabi Ibrahim berumur 75 tahun ketika ia dipanggil Allah SWT. Sarah, istrinya, sudah berumur 65 tahun, dan mereka belum mempunyai anak. Nabi Ibrahim berangkat dari Haran dan pergi ke Tanah Kanaan bersama-sama dengan Sarah. Mereka membawa segala harta benda beserta pelayan-pelayannya. Sesudah menempuh perjalanan yang panjang, mereka sampai di negeri Kanaan. Di Kanaan, Allah SWT. menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim dan berkata kepadanya, "Inilah negeri yang akan Kuberikan kepada keturunanmu." Lalu Nabi Ibrahim mendirikan tempat ibadah di situ dan sholat untuk menyembah Allah.
Ketika Allah SWT. berjanji kepada Nabi Ibrahim bahwa dia akan diberi banyak keturunan, sebanyak bintang-bintang di langit, Nabi Ibrahim sudah berumur 75 tahun. Istrinya, Sarah, sudah berumur 65 tahun. Akan tetapi mereka belum mempunyai seorang anak pun. Sebetulnya mereka sudah terlalu tua untuk memperoleh seorang bayi. Bagaimana janji Allah akan digenapi? Walaupun mereka sudah tua sekali, mereka percaya kepada janji Allah. Oleh sebab itu, mereka dikenan oleh Allah dan meninggalkan negerinya untuk menaati perintah Allah.
Setelah 10 tahun Nabi Adam dan Sarah masih belum ada anak. Pada waktu itu Sarah menawarkan hambanya, Hagar, kepada Nabi Ibrahim supaya melalui Hagar melahirkan seorang anak. Dengan demikian lahir seorang anak laki-laki bernama Ishmael. Setelah kelahiran Ishmael, hilang kerukunan keluarga Nabi Ibrahim. Hagar menjadi sombong, dan Sarah menjadi iri hati. Allah SWT. menampakkan diri lagi kepada Nabi Ibrahim. Allah menjelaskan kepada Nabi Ibrahim bahwa Dia akan memberkati Nabi Ishmael, tetapi janji khusus itu akan digenapi melalui keturunan Nabi Ibrahim dan Ibu Sarah. Mereka akan mempunyai anaknya sendiri.
Pertanyaan: Siapakah yang dipilih Allah SWT. untuk menjadi satu bangsa yang baru dan besar? Mengapa Nabi Ibrahim sekeluarga meninggalkan negerinya? Apa janji Allah SWT. kepada Nabi Ibrahim dan Ibu Sarah?
Acuan: Kejadian 12-18 Nabi Ibrahim Menyerahkan Ishak
Nabi Ibrahim sudah berumur 100 tahun dan Sarah, istrinya, 90 tahun. Mereka sudah terlalu tua untuk memperoleh keturunan, tetapi Allah SWT. sudah berjanji kepada mereka bahwa mereka akan mempunyai banyak keturunan. Allah SWT. selalu menepati janji-Nya. Sarah pun hamil walau masa melahirkan bagi Sarah sudah lewat. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Sarah melahirkan seorang anak laki-laki.
Anak itu diberi nama Ishak. Arti nama Ishak ialah tertawa. Sarah ingat bahwa ia tertawa ketika Allah SWT. memberitahukan kabar itu kepada suaminya, Nabi Ibrahim. Ishak disunat waktu masih bayi. Ia terus bertumbuh menjadi besar. Nabi Ibrahim dan Sarah sangat mengasihi anaknya yang tunggal itu. Mereka mengajarkan hal-hal ketauhidan kepada Ishak. Keluarga Nabi Ibrahim berbahagia dan diberkati oleh Allah.
Ishak sudah menjadi seorang pemuda ketika Allah SWT. ingin menguji iman Nabi Ibrahim. Allah SWT. memanggil, "Ibrahim!" Lalu Nabi Ibrahim menjawab, "Di sinilah aku hamba-Mu, ya Allah, ya Tuhanku." Kata Allah SWT., "Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat kaukasihi. Di situ persembahkanlah anakmu sebagai kurban bakaran kepada-Ku."
Keesokan harinya, Nabi Ibrahim membelah kayu untuk kurban bakaran dan mengikatkan kayu itu di atas keledainya. Ia berangkat dengan Ishak ke Gunung Moria. Sesudah tiga hari perjalanan, Nabi meletakkan kayu bakar untuk kurban itu pada pundak Ishak. Ia membawa pisau dan bara api untuk membakar kayu. Sambil berjalan bersama-sama, lalu Ishak berkata, "Ayah!" Nabi Ibrahim menjawab, "Ada apa, anakku?" Ishak bertanya, "Kita sudah membawa api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban itu?" Nabi Ibrahim menjawab, "Allah SWT. sendiri akan menyediakan anak domba itu." Lalu keduanya berjalan terus.
Ketika mereka sampai di tempat yang dikatakan Allah SWT. kepada Nabi Ibrahim, ia mendirikan sebuah tempat pengurbanan dan menyusun kayu bakar itu di atasnya. Lalu ia mengikat Ishak dan membaringkannya di tempat pengurbanan, di atas kayu bakar itu. Nabi Ibrahim mengambil pisau, hendak menyembelih anaknya. Tetapi malaikat Allah berseru kepadanya dari langit, "Ibrahim, Ibrahim!" Jawab Nabi Ibrahim, "Ya Allah, Ya Tuhan." Kata Allah SWT. melalui malaikat itu, "Jangan membunuh Ishak! Sekarang Aku tahu bahwa engkau bertaqwa kepada-Ku karena engkau tidak menolak untuk menyerahkan anakmu yang tunggal itu kepada-Ku."
Lalu Nabi Ibrahim melihat ada seekor domba jantan. Tanduknya tersangkut dalam semak-semak. Allah SWT. menyuruh Nabi Ibrahim mengambil domba itu, lalu ia mempersembahkannya kepada Allah SWT. sebagai kurban pengganti Ishak, anaknya. Allah SWT. menyediakan domba itu untuk dikurbankan. Nabi Ibrahim mengambil domba itu dan menyembelihnya sebagai domba kurban. Itu menjadi tanda ketaatannya kepada Allah SWT.
Pertanyaan: Apakah janji Allah SWT. kepada Nabi Ibrahim dan Sarah? Mengapa manusia mempersembahkan kurban kepada Allah SWT.? Sebagai ujian, apakah yang Allah SWT. perintahkan untuk dilakukan? Apa yang Allah SWT. sediakan sebagai pengganti Ishak?
Acuan: Kejadian 21-22 Allah SWT. melepaskan bani Ibrahim dari Perbudakan
Nabi Ishak mempunyai anak laki-laki yang kita kenal sebagai Nabi Yakub. Kemudian Nabi Yakub mempunyai 12 anak laki-laki, dan pada zaman itu keluarganya pindah dari Tanah Kanaan ke Mesir karena ada kelaparan. Setelah ratusan tahun keturunan Nabi Ibrahim itu memperbanyak, tetapi mereka diperbudakkan oleh Firaon dan orang-orang Mesir. Lama-kelamaan penderitaan mereka menjadi berat sekali. Walaupun begitu, Allah SWT. tetap memperhatikan keturunan Nabi Ibrahim dan janji-Nya. Dari keturunan Nabi Yakub, Allah mengutus Nabi Musa untuk menyelematkan mereka.
Nabi Musa pergi menemui Firaon, raja Mesir, dan memberitahu bahwa Allah SWT. ingin supaya umat-Nya, yaitu keturunan Nabi Ibrahim, dibebaskan dari perbudakan di Tanah Mesir. Untuk menyatakan kuasa Allah SWT. Nabi Musa melakukan berbagai macam keajaiban. Dengan demikian, Allah SWT. menyatakan kepada Firaun dan orang-orang Mesir bahwa Allah bani Ibrahim adalah Allah SWT. Yang Mahakuasa. Tetapi Firaun tetap berkeras hati. Oleh sebab itulah Allah menimpakan adzab-Nya kepada orang Mesir supaya hati raja Firaun yang keras itu mau menuruti kehendak Allah SWT. Air Sungai Nil menjadi darah, ternak-ternak mati, ada wabah penyakit bisul yang menyakiti semua orang Mesir, turun hujan es yang dahsyat yang merusak panen, dan hama belalang memakan semua pohon dan tumbuhan yang hijau. Setiap kali terjadi bencana, Firaon meminta agar adzab dilenyapkan melalui doa Nabi Musa. Setiap kali Firaon berjanji melepaskan bani Ibrahim dari perbudakan. Tetapi setelah adzab dan bencana itu lewat, ia keras kepala lagi.
Lalu Allah SWT. memberitahu Nabi Musa bahwa pada hari yang ditentukan seorang malaikat akan membunuh semua anak sulung orang Mesir. Setiap orang laki-laki umat Allah harus menyembelih seekor anak domba sebagai kurban. Anak domba itu harus jantan, berumur satu tahun, dan tidak bercacat. Pada petang harinya, ketika domba disembelih, darah domba itu harus dioleskan pada tiang dan ambang pintu rumah mereka. Allah SWT. mengatakan bahwa jika Ia melihat ada tanda darah pada pintu rumah mereka, Dia akan melewati rumah itu; orang-orang yang di dalamnya akan selamat. Darah itu merupakan bukti bahwa seekor domba sudah disembelih sebagai pengganti anak sulung keluarga itu. Hari itu akan disebut Idul Nahri pada masa depan.
Pada malam itu juga Allah SWT. membunuh semua anak laki-laki sulung bangsa Mesir, mulai dari anak raja sampai kepada anak orang tahanan di penjara. Tetapi keturunan Nabi Ibrahim tidak ada seorang pun yang meninggal. Raja Firaun memanggil Nabi Musa. Bani Ibrahim disuruh berangkat keluar dari Mesir. Waktunya sudah tiba bagi mereka untuk kembali ke tanah yang dijanjikan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub, yaitu Tanah Kanaan. Allah selalu memenuhi janji-Nya.
Pertanyaan:
Mengapa Allah SWT. mengirim bencana kepada orang-orang Mesir?
Apa yang memaksa raja Firaun mengizinkan bani Ibrahim keluar dari negeri Mesir?
Apakah syarat-syarat kurban yang dapat disembelih sebagai kurban bagi Allah SWT.?
Mengapa Allah SWT. tidak membunuh anak-anak sulung dari bani Ibrahim?
Apakah yang akan terjadi jika umat Allah tidak mengoleskan darah pada tiang dan ambang pintu rumah mereka?
Acuan: Keluaran 1-12
Sepuluh Syariat Allah SWT.
Keturunan Nabi Yakub, yang sekarang disebut kaum Israil, berjalan dari Mesir dan akhirnya tiba di Jabal Tsur (Gunung Sinai). Allah SWT. memimpin Nabi Musa sampai mereka dapat beribadah di gunung itu. Di situ Allah SWT. berkata kepada Nabi Musa, "Sekarang kalau kalian bertaqwa kepada-Ku dan setia kepada perjanjian-Ku, kalian akan Kujadikan umat-Ku sendiri." Lalu Allah SWT. memberi sepuluh syariat.
Nabi Musa menceritakan kepada bani Ibrahim semua yang dikatakan Allah SWT. Orang banyak itu berkata, "Kami mau melakukan segala sesuatu yang difirmankan Allah SWT." Kemudian Nabi Musa kembali ke puncak Jabal Tsur untuk menerima Taurat dengan peraturan mengenai kurban, penyucian, dan kaidah-kaidah untuk umat Allah. Selama 40 hari 40 malam Nabi Musa berada disana bersama dengan Allah.
Anehnya umat itu mulai gelisah. Mereka mengira Nabi Musa tidak akan kembali kepada mereka. Lalu mereka membuat sebuah patung seekor sapi dari emas. Jemaat Israil menyembah patung itu! Mereka melanggar perintah Allah SWT., padahal mereka telah berjanji akan menaati perintah-Nya. Allah marah kepada umat-Nya dan menyuruh Nabi Musa turun dari gunung. Nabi Musa turun membawa dua lempengan batu yang bertuliskan syariat-syariat Allah SWT. Ketika Nabi Musa melihat patung sapi emas ia melemparkan dua lempengan batu itu ke tanah. Kedua lempengan batu itu pecah sebagai tanda bahwa hubungan di antara kaum Israil dan Allah telah putus.
Nabi Musa memusnahkan sapi emas itu, dan kaum Israil bertobat dari dosa itu. Allah SWT. berfirman lagi bahwa bani Ibrahim akan diberkati kalau mereka menuruti petunjuk dan jalan Dia sediakan. Umat Allah itu berminat memenui syariat-syiarat Allah, tetapi mereka selalu bersifat pemberontak dan berbuat dosa lagi. Sebagai hukuman mereka dipaksa putar-putar di padang gurun disana selama 40 tahun sebelum masuk Tanah Kanaan. Sebelum Nabi Musa meninggal dunia, Allah berjanji lagi mengutus seorang Penyelamat dari keturunan Nabi Yakub. Walaupun umat Allah tetap menyeleweng, Allah akan menempati janji-Nya.
Pertanyaan:
Di mana Nabi Musa menerima syariat Allah SWT?
Coba ingat 10 hukum Allah SWT.
Apakah kaum Israil rela melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT.?
Selama Nabi Musa di Jabal Tsur, apa yang orang-orang Israil lakukan?
Acuan: Kejadian 19-20, 32; Ulangan 18:14-20
Keturunan Raja
Setelah bangsa Israil tinggal di Tanah Kanaan, tanah yang Allah SWT. janjikan kepada mereka sejak zaman Nabi Ibrahim, mereka ingin mempunyai seorang raja. Jadi, Allah memilih seorang raja bagi mereka. Dia bernama Daud. Daud adalah seorang nabi juga. Sebelum ia menjadi raja, yaitu ketika Nabi Daud masih remaja, dia menggem-balakan domba-domba. Waktu dia menjaga domba-domba, Nabi Daud suka bermain kecapi dan bernyanyi. Dia suka mengarang nyanyian-nyanyian kepada Allah. Lagu-lagu ini masih ada di Kitab Suci Zabur. Nabi Daud disebut "orang yang berkenan kepada hati Allah". Allah berjanji kepada Nabi Daud bahwa salah seorang dari keturunan Nabi Daud akan menjadi Imam Mahdi untuk menyelamatkan dunia.Nabi Daud bersandar pada Allah SWT. dalam segala-galanya. Dia memberikan pempinan yang baik kepada umat Israil, dan Allah membiarkan dia mengalakan musuh-musuhnya. Setelah itu, Nabi Daud merasa lebih santai. Pada satu hari dia melihat dari atas istananya ada seorang wanita yang cantik sedang mandi di bawah. Raja Daud menyuruh seorang hamba bertanya tentang perempuan itu. Namanya Batsyeba, istri Uria seorang perwira dalam tentara Israil. Sesudah menerima kabar itu, Nabi Daud menyuruh hamba itu membawa Batsyeba ke istana. Batsyeba datang, mereka tidur bersama-sama, dan dia menjadi hamil. Supaya perzinaan itu tertutup, Nabi Daud menyuruh Uria pulang dari peperangan di Yordania untuk tidur dengan istrinya. Tetapi Uria mersasa bersalah kembali ke rumah sementara kawan-kawannya berada di medan peperangan. Karena itu Daud mengirim surat kepada jendralnya agar diatur Uria di bunuh di dalam peperangan. Itulah yang terjadi, dan Uria mati setelah kembali ke Yordania. Kemudian Raja Daud menikah dengan Batsyeba.
Allah SWT. marah karena apa yang Nabi Daud lakukan. Allah menyuruh Nabi Natan kepada Raja Daud untuk menegor dia. Dosa itu tidak mungkin ditutupkan. Daud merendahkan dirinya dan bertobat, dan Allah Yang Maha Murah dan Maha Penyayang mengampuninya. Tetapi ada akibat-akibat juga. Anak yang dilahirkan kepada mereka karena dosa mereka mati. Selanjutnya keluarga Nabi Daud tidak berbahagia lagi. Bahkan ada perang bersaudara dianatara anak-anak Nabi Daud. Walaupun kesultitan ini, Nabi Daud tetap percaya kepada Allah SWT. Dia tahu bahwa Allah tidak akan melupakan janji-Nya untuk mengutus seorang raja khusus dari keturunan Daud.
Selama ratusan tahun ada raja-raja dari keturunan Nabi Daud, tetapi tidak ada satu pun yang sempurna. Raja-raja itu bukan raja yang dijanjikan kepada Nabi Daud. Akhirnya, karena kejahatan Israil begita besar, Allah SWT. membuang bani Yakub dari Tanah Kanaan ke Babel. Setelah 70 tahun mereka sempat kembali, tetapi keturunan Nabi Daud tidak sebagai raja lagi. Kapan janji Allah mengenai Raja Penyelamat digenapi?
Pertanyaan :
Siapakah seorang raja yang juga seorang nabi?
Buku apa yang diberikan kepada Nabi Daud?
Apakah Nabi Daud tidak pernah berbuat dosa?
Apa akibat-akibat dosa Nabi Daud?
Janji apa yang Allah SWT. berikan kepada Nabi Daud?
Acuan: 1 Samuel 13:14; 2 Samuel 11-12