Sejak zaman dahulu, para nabi senantiasa berpesan agar umat manusia tunduk kepada Allah S.W.T. dan mematuhi perintahNya. Di dalam ketaatan kepada-Nya kita beroleh surga sementara di dalam ketidaktaatan dan dosa kita berjumpa dengan siksa neraka.
Ketika syaitan memperdaya Nabi Adam dan Siti Hawa sehingga mereka melanggar larangan Allah, keduanya harus meninggalkan firdaus, dan menjalani sisa hidup di dunia. Mereka kehilangan segala kenikmatan surga, juga hubungan yang dekat dengan Allah. Anak cucu Nabi Adam turut menanggung akibat tersebut, yaitu hidup di dunia, terpisah dari Allah S.W.T. Dosa memisahkan kita semakin jauh dari-Nya. Hanya melalui ketundukan dan ketaatan kita dapat menemukan kembali makna hidup yang sesungguhnya seperti ketika Allah menciptakan manusia.
Kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi, Nabi Musa menerima Hukum Allah di puncak Jabal Tsur. Hukum Taurat tersebut sampai sekarang masih dapat kita baca, berisi segala peraturan hidup yang harus ditaati sebagai tanda kepatuhan pada Allah. Dengan rincian peraturan yang sangat jelas, kita tentu mengira bahwa umat Nabi Musa pasti dapat menaatinya tanpa cela. Tetapi ternyata tidak. Apa yang terjadi adalah, ketika Nabi Musa turun dari gunung setelah 40 hari, ia menemukan umatnya dalam keadaan kacau dan tidak kuasa mengamalkan seluruh peraturan Allah dengan sempurna. Al Quran menyatakan, mereka bahkan menciptakan berhala baru berupa patung lembu emas. Berulangkali kejadian-kejadian lain timbul sebagai tanda ketidakberdayaan umat manusia mentaati secara sempurna peraturan Allah.
Sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi, Allah kembali mengangkat seorang pemuda menjadi nabi-Nya. Gembala tersebut yang kita kenal dengan nama Nabi Daud dengan Kitab Zaburnya, dipilih sebagai raja bagi umat Allah. Dibawah kepemimpinan beliau, kedamaian dan kemakmuran berhasil diwujudkan, karena Nabi Daud berusaha keras untuk menaati perintah Allah. Namun sekali lagi, sejarah menyatakan, bahkan Nabi Daud terjerumus dalam dosa. Sesungguhnya Allah S.W.T. sangat membenci dosa, bahkan yang dilakukan seorang nabi sekalipun. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini ialah bahwa seorang manusia tidak dapat lari dari dosa, bahkan pemimpin yang terbaik sekalipun melakukan dosa.
Setelah Nabi Daud, bergantian raja bertahta dan memerintah umat Allah. Ada yang baik dan yang buruk, namun tiada yang sempurna. Allah S.W.T. pun terus-menerus mengutus nabi-nabi-Nya untuk memimpin mereka di jalan yang lurus. Namun, ada hal penting lain yang disampaikan para nabi, yaitu menyadarkan umat manusia bahwa kita tidak akan mampu memecahkan masalah dosa dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Bercerminlah pada diri sendiri dan jujurlah, apakah kita bisa melewatkan hari-hari kita tanpa berdosa sedikitpun, baik yang disadari atau tidak?
Betapa memprihatinkan keadaan itu. Tetapi, para nabi juga menyampaikan sebuah kabar yang menggembirakan bagi umat manusia. Allah Ar-rahman dan Ar-rahiim tidak membiarkan manusia jatuh begitu saja ke dalam dosa dan menghadapi siksa api neraka. Ketika Nabi Adam dan Siti
Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah telah berjanji, pada suatu saat nanti, akan mengutus seorang "Imam Mahdi" untuk membebaskan umat manusia. Janji tersebut diulangi Allah pada Nabi Ibrahim dengan menambahkan, bahwa Imam tersebut akan datang dari anak cucu Nabi Ibrahim sendiri, dan menjadi berkah bagi seluruh manusia. Pada Nabi Daud, Allah berfirman, bahwa Imam tersebut adalah keturunan langsung raja-raja umat Allah. Para Nabi menubuatkan bahwa orang yang terpilih ini akan dilahirkan melalui cara yang ajaib yaitu tanpa adanya seorang ayah. Mereka juga menggambarkan imam tersebut sebagai orang yang akan membuat banyak mukjizat dan melepaskan belenggu dosa, membawa umat manusia kembali pada Allah S.W.T. Beberapa nabi bahkan telah menubuatkan mengenai kematian Imam Mahdi ini sebagai suatu pengurbanan di jalan Allah yang kita kenal sebagai mati syahid. Kedengarannya sungguh ajaib dan mustahil, tetapi umat Allah menanti dengan tekun, berabad lamanya.
Nabi Isa Almasih, dilahirkan 2000 tahun yang lalu tepat seperti yang dinubuatkan para nabi. Namanya: Almasih, berarti "orang yang diutus Allah untuk membebaskan", sama seperti Imam Mahdi. Hingga kini, belum pernah ada orang yang dapat melakukan mukjizat seperti yang beliau lakukan: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati, dan meredakan taufan badai. Ia fasih berbicara dan menantang para pemuka agama Yahudi yang berlaku zalim. Walaupun Isa hanyalah seorang miskin, ibunya merupakan keturunan langsung Nabi Daud, sang raja. Karena itu, masyarakat mengharapkan dia tampil sebagai raja baru--raja yang sesungguhnya. Namun, bukan seperti itu rencana Allah.
Janji Allah adalah seorang imam--bukan raja gagah perkasa--yang akan memimpin manusia kepada kesempurnaan, membebaskan manusia dari belenggu dosa yang menuntun mereka ke jurang neraka. Dengan cara inilah Nabi Isa menjadi imam, yaitu perantara manusia dengan Allah. Inilah yang terjadi pada Nabi Isa, sesuai kehendak Allah, beliau
Allah. Inilah yang terjadi pada Nabi Isa, sesuai kehendak Allah, beliau mengorbankan dirinya dan dijatuhi hukuman mati oleh penguasa dan pemuka agama. Beliau wafat di jalan Allah. Manusia biasa melihatnya sebagai kekalahan, bahkan menolak kematian Isa karena kelihatan seperti kegagalan. Sesungguhnya, apa yang dilihat manusia, tidak selamanya sama dengan yang direncanakan Allah. Manusia melihat hal-hal yang terlihat di depan mata saja, tetapi Allah memiliki rencana sendiri. Karena justru di dalam alam kubur, Isa menunaikan tugasnya menghancurkan kuasa syaitan atas diri manusia, dan kembali kepada Allah dengan kemenangan.
Tiga hari setelah kematiannya, Ia bangkit dari kubur sebagai tanda kemenangan atas kematian, dan naik ke surga dengan disaksikan ratusan manusia yang terpana melihat kemuliaan Allah.
Tugas dari Allah tersebut diembannya dengan sempurna, menjadikan Nabi Isa sebagai jembatan menuju surga. Apa yang harus dilakukan manusia kini adalah bertobat atas dosa-dosa dan memohon pertolongan Allah. Kita harus berjalan di jalan yang lurus seperti pesan para nabi terdahulu, dan shiraatalmustaqiin itu ialah Isa Almasih. Dialah Imam Mahdi kita. Yang menjembatani jalan ke surga.
Mungkin kabar ini belum pernah Anda dengar sebelumnya. Tetapi inilah pesan yang sesungguhnya disampaikan para nabi. Bukalah Kitab-kitab Suci. Belajarlah untuk mengetahui lebih banyak mengenai jalan yang lurus melalui kisah-kisah para nabi yang ada dalam Kitab Taurat, Zabur dan Injil.