Dari sekian banyak pemimpin yang ada di dunia ini, pastilah ada pemimpin yang mengendalikan suatu organisasi besar dan mampu merangkul begitu banyak pengikut, tapi ternyata tidak memiliki karakter. Mereka mampu memberikan perintah dengan jelas. Mereka menunjukkan keberanian dan kemampuan. Dan mereka bahkan mau menerima nasihat orang lain. Kepemimpinan mereka berhasil dan sukses, namun apakah tampuk kepemimpinan itu sanggup bertahan lama?
Anda memang dapat memimpin tanpa memiliki karakter. Kendatipun begitu, karakter menentukan apakah seorang pemimpin itu layak diikuti. Integritas tidaklah diperlukan bila Anda bisa dengan mudah membujuk orang-orang untuk mengikuti Anda. Namun, bila Anda ingin memenangkan respek dari para pengikut Anda, integritas mutlak dibutuhkan. Karunia dan keteguhan hati bisa pula menunjukkan kemampuan Anda, tetapi karakter Andalah yang menjadi milik pusaka Anda.
Studi-Studi Pendukung
Penulis James Kousez dan Barry Posner melakukan survei terhadap hampir 1.500 manajer dari berbagai negara. Mereka mengajukan pertanyaan seperti ini: "Dari pemimpin Anda, karakter, nilai, atau ciri apa yang paling Anda kagumi?" Dengan kata lain, apa yang membuat seorang pemimpin layak diikuti?
Lebih dari 225 karakter, nilai, dan ciri berhasil teridentifikasi. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi lima belas kategori utama. Ternyata, lima karakter yang paling banyak diharapkan orang dari pemimpinnya adalah "integritas," "jujur," "dapat dipercaya," "memiliki karakter," dan "memiliki pendirian."
Studi lain yang dilakukan di Universitas Santa Clara dan beberapa perusahaan dalam seminar berantai selama dua tahun, melibatkan lebih dari 2.600 manajer tingkat atas. Mereka diminta mengisi daftar karakteristik atasan mereka. Hasilnya, "kejujuran" menempati posisi teratas, disusul oleh "kemampuan", "kecerdasan", dan "membangkitkan inspirasi".
Hasil studi yang dilakukan Korn/Ferry International bekerja sama dengan Columbia Graduate mendukung temuan-temuan di atas. Dengan melakukan survei terhadap lebih dari 1.500 eksekutif tingkat atas di dua puluh negara, fokus survei tersebut terletak pada strategi pertumbuhan, bidang keahlian, dan karakteristik seorang pemimpin yang ideal. "Etika" menempati posisi yang tertinggi, atau dengan kata lain pemimpin yang diharapkan adalah yang tak bercela.
Ujian di Puncak Kepemimpinan
Sesungguhnya, sebagai pemimpin Anda dinilai bukan dari ke mana Anda mengarahkan orang-orang yang mengikut Anda, tapi lebih berdasarkan bagaimana Anda mengarahkan mereka. Mereka akan selalu memperbincangkan karakter Anda sebagai seorang manusia, bukan hanya keahlian memimpin yang Anda miliki. Mereka yang memutuskan untuk mengikut Anda berharap Anda memiliki kepribadian yang lebih baik daripada mereka. Karena alasan inilah, karakter memiliki peran yang sangat signifikan dalam kepemimpinan.
Sebuah definisi karakter yang sederhana, namun cukup menggigit berbunyi: karakter adalah kerelaan melakukan yang benar sekalipun sulit. Sebagai seorang pemimpin, Anda dituntut untuk bisa membuat keputusan yang tepat -- keputusan yang terkadang bertentangan dengan keinginan, emosi, kata hati, kecenderungan umum, dan akal sehat. Karakter Anda berkaitan dengan kerelaan untuk membuat keputusan yang benar dan yang harus dilakukan.
Ada harga yang harus dibayar ketika Anda memutuskan untuk melakukan yang benar. Waktu, uang, kesempatan, reputasi, dan bahkan kemajuan karier Anda terkadang harus dipertaruhkan, meski setidaknya untuk jangka waktu pendek. Sering kali orang beranggapan bahwa hal-hal dilematis seperti ini akan menghilang begitu kesuksesan sudah ada dalam genggaman. Ini asumsi yang salah karena kesuksesan justru meningkatkan risiko. Ketika kesuksesan sudah dicapai, ada satu tantangan yang tak bisa dihindari, yaitu mempertahankan kesuksesan. Lebih mudah untuk memenangkan pertandingan basket kelas dunia daripada mempertahankan gelar juara tersebut. Lebih menyenangkan memecahkan rekor penjualan daripada mencoba menyamai rekor tersebut pada periode berikutnya. Seseorang yang berada di puncak karier mengalami tekanan jauh lebih banyak daripada yang bisa Anda bayangkan.
Seorang teman saya berhasil membuat perusahaannya "go public" beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya, ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki integritas tinggi, penuh kharisma, dan karakter yang sangat menarik untuk orang lain. Dalam waktu singkat ia berhasil mengumpulkan modal yang diperlukannya. Selama proses itu, ia berupaya agar tidak mengambil jalan singkat secara moral maupun etika.
Namun, saat berhasil mencapai puncak, besarnya finansial yang ia peroleh dan ketamakan para pemegang saham mulai memengaruhinya. Usahanya untuk berkembang tergantikan oleh ketakutan bahwa semua yang telah ia dapatkan akan hilang. Ia bersyukur pada Tuhan atas berkat-Nya sehingga ia mencapai kesuksesan. Tapi ia mulai meragukan apakah Tuhan akan menolongnya untuk mempertahankan kesuksesan yang telah Ia berikan.
Melakukan hal yang benar meski harus membayar harga adalah tanda seorang pemimpin yang hebat. Saat Anda memutuskan untuk memegang teguh apa yang benar sekalipun keyakinan itu mengorbankan sesuatu yang berharga bagi Anda, maka Anda telah menjadi seorang pemimpin yang layak diikuti.
Alkitab memberikan contoh dalam Perjanjian Lama, yaitu kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka bertiga, bersama Daniel, dikirim ke Babilonia sebagai budak. Melalui campur tangan Tuhan, akhirnya mereka memperoleh posisi tinggi dan hidup yang berkelimpahan. Masalah mulai muncul saat Raja Nebukadnezar membangun sebuah patung emas dan memerintahkan setiap orang untuk menyembahnya. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, sebagai orang beriman, tidak mengindahkan perintah raja. Ketika raja mengetahui hal itu, ia memanggil mereka dan memberikan kesempatan kedua pada mereka untuk menyembah patung itu. Tetapi ketiga pemuda itu tidak membutuhkan kesempatan kedua. Mereka tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak menyembah patung berhala tersebut, meskipun nyawa mereka menjadi taruhannya karena raja memerintahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam dapur api.
Akan tiba waktunya dalam kepemimpinan Anda, karakter Anda akan diuji. Sering kali di tengah kesuksesan, pemimpin melupakan kepercayaan dan standar yang mereka pegang dalam perjalanannya menuju sukses. Tekanan untuk berkompromi demi mempertahankan kesuksesan akan senantiasa menghantui. Akibatnya, mereka melupakan siapa sumber kesuksesan mereka.
Apa yang membuat ketiga pemuda Ibrani tersebut berani memegang teguh sikap yang benar? Mereka menyadari bahwa segala kemewahan dan hidup nyaman yang mereka peroleh semata-mata adalah karunia dan anugerah dari Tuhan, bukan Nebukadnezar. Inilah cara pandang yang kerap kali hilang dari para pemimpin masa kini: tidak melupakan sumber berkat. Jadi, untuk apa mereka mengabaikan prinsip-prinsip Tuhan untuk mempertahankan berkat yang datangnya dari Tuhan?
Ketika ujian terhadap karakter itu datang, sesungguhnya Anda diberi sebuah kesempatan untuk menjadi seorang pahlawan. Jika Anda berani mengambil risiko untuk melakukan yang benar, saat Anda kembali menengok ke belakang, Anda akan melihat bahwa pada saat itu Anda benar-benar menempatkan diri sebagai seorang pemimpin dan pribadi yang baik dan layak diiikuti.
Sumber diringkas dari:
Judul buku | : | The Next Generation Leader | Judul bab | : | Karakter Menentukan Pusaka Seorang Pemimpin | Penulis | : | Andy Stanley | Penerjemah | : | Jody Rondonuwu | Penerbit | : | Harvest Publication House, Jakarta 2005 | Halaman | : | 123 -- 140 |