Dalam hidup kita semua tentu pernah mengalami kekecewaan. Seorang teman yang kita harapkan untuk menolong justru mengecewakan kita, suatu peristiwa yang sangat kita harapkan akan terjadi ternyata gagal, suatu janji yang penting bagi kita ternyata tidak ditepati. Menghadapi kekecewaan seperti itu tidaklah mudah. Tiga prinsip berikut ini jika diikuti dan diterapkan akan dapat menolong. Pertama, kita harus menghadapi kenyataan bahwa sesuatu yang terjadi sudah benar-benar terjadi. Bila dalam usaha menghindari rasa sakit karena kekecewaan, kita berpura-pura seolah-olah itu tidak terjadi, atau terjadi dengan cara yang berbeda, maka kita menipu diri sendiri. Kejujuran hati kita menuntut apapun yang benar, apa pun yang nyata, harus dihadapi. Kedua, kita harus mengakui perasaan kita,. Ketika kita merasa terluka, marah, frustasi, atau emosi negatif yang lain, kita harus bersedia mengahdapinya. Emosi yang tidak diakui justru sering menyebabkan masalah. Ketiga, kita harus membawa masalah itu kepada Allah dalam doa, dengan mengingat bahwa Dia dapat mengangkat setiap kekecewaan dalam hidup ini dan membuat kekecewaan itu menguntungkan dan tidak merugikan kita (lih. Roma 8:28-29). Seorang penyair Kristen menyampaikan kebenaran yang sama dengan puisinya ini. Jauh didalam tambang yang tak terukur Tambang kemampuan yang tak pernah gagal Dia menyimpan rancangan-Nya yang indah Dan melaksanakan kedaulatan kehendak-Nya.
Bapa, terimakasih bahwa Engkau mengingatkanku akan kemampuan-Mu mengubah penghalang menjadi berkat. Ampuni aku yang pernah meragukannya. Tolonglah aku untuk percaya bahwa kekecewaan ini akan Kau ambil dan dipakai untuk kebaikanku. Terima kasih. Bapa. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.