I
"Kesusahan datang, tidak seperti mata-mata yang datang satu persatu, tetapi seperti satu batalyon pasukan," Shakespeare dalam Hamlet. Kita semua juga telah menyaksikan hal ini. Kesulitan memang sering datang pada waktu yang bersamaan. Untuk beberapa lama semuanya berjalan dengan baik, lalu tiba-tiba seluruh dunia runtuh di sekitar kita. Tak seorang pun bisa mengerti mengapa kesulitan datang bertubi-tubi. Banyak orang yang telah berusaha menjelaskan hukum beruntun yang aneh ini, tetapi setelah semuanya diuraikan, kita tetap menghadapi misteri. Tetapi Allah yang tidak pernah menjauh dari kita bukanlah misteri, betapa pun banyaknya masalah yang kita hadapi. Seperti dikatakan oleh Emerson: "Masa-masa sulit memiliki nilai ilmiah. Itulah kesempatan yang tak akan dilewatkan oleh mereka yang rajin belajar." Tetapi sayangnya sebagian besar dari kita bukanlah orang yang "rajin" belajar. Kita lebih memilih kehidupan yang santai dibandingkan menguasai pelajaran yang terdapat dalam hidup yang penuh kesulitan. Tetapi suatu kebenaran yang harus kita pelajari adalah bahwa di masa sulit dan penuh tekanan, kita sampai pada suatu kesadaran yang baru dan jelas tentang ketergantungan kita pada Allah. Ketika semuanya berjalan lancar, kita percaya pada kemampuan diri sendiri untuk mengurus hidup kita. Kita merasa mampu menangani semuanya sendiri. Tetapi ketika kesulitan mendesak kita dan mengepung setiap sudut maka rasa percaya diri kita luntur. Kita diingatkan dengan cara yang dramatis tentang ketidakberdayaan kita, lalu kita berteriak memohon pertolongan kepada Tuhan. Pada saat-saat seperti inilah kita mulai sadar bahwa kita tidak sekuat perkiraan kita semula dalam mengatasinya. Kesadaran baru ini sangatlah berharga. Kesadaran ini menghasilkan kerendahan hati yang mendorong kita untuk menaikkan tangan dalam doa kepada Tuhan. Kita belajar arti ketergantungan pada Allah bukan dalam jalan yang penuh kesenangan, namun dalam jalan yang penuh kesulitan.
Allah yang pemurah, kapankah aku akan belajar bahwa kehidupan Kristen bukanlah tanggung jawabku, tetapi jawabanku pada kemampuan-MU. Tolonglah aku untuk menyerahkan diriku kepada-MU dan mulai belajar dengan cara yang baru bagaimana harus bergantung kepada-MU. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.