Saat saya terus berdoa, pikiran saya melayang pada Yusuf. Yusuf adalah pahlawan saya karena integritasnya. Saya berdoa, "Tuhan, berikan saya kekudusan pribadi Yusuf."
Kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki Yusuf datang dalam sekejap. Hal demikian seringkali menyebabkan kesombongan dan asumsi bahwa ia tidak perlu menaati hukum. Kita semua tahu bahwa mereka yang berkuasa cenderung menyalahgunakan kekuasaannya. Sebagai seorang pemimpin, Anda mungkin mulai merasakan cengkeramannya.
Tetapi Yusuf tetap tidak dirusak oleh kekuasaan. Dari apa yang dikatakan Kitab Suci kepada kita, ia menghindari hal-hal yang tidak pantas secara finansial, skandal politik, dan rayuan seksual. Ia tetap tidak tergoyahkan sampai pada akhirnya.
Apa kunci dari integritas Yusuf? Saya percaya ia melihat kepemimpinannya sebagai kepengurusan yang kudus di mana suatu hari nanti ia akan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Saya percaya Yusuf hidup dengan menyadari bahwa para pemimpin harus memiliki tingkat otoritas moral yang tinggi jika mereka ingin memimpin dengan baik. Otoritas moral datang dari hati yang sungguh-sungguh tunduk, pikiran yang tidak tercela, dan hati nurani yang bersih di hadapan Allah. Yusuf memiliki tipe integritas yang mengarah pada otoritas moral dan ia menjaganya sepanjang hidupnya.
Saya memerlukan integritas seperti itu. Orang-orang yang mengikuti kepemimpinan saya perlu memiliki keyakinan bahwa saya tidak akan menyeleweng; bahwa saya tidak akan menjalani kehidupan ganda; bahwa saya tidak akan bermain-main dengan uang; bahwa saya tidak akan tergoda oleh rayuan. Orang-orang memerlukan keyakinan mengenai integritas saya.
Tetapi saya tahu bahwa cara satu-satunya untuk mencegah agar tidak tergelincir ke dalam kebobrokan moral adalah dengan menyerahkan diri di hadapan Allah setiap hari dan berdoa memohon kuasa-Nya yang menguatkan.
Saya diingatkan oleh sebuah pujian kuno yang menggambarkan kehidupan saya lebih dari yang saya harapkan:
Ditakdirkan untuk mengembara, Tuhan aku merasakannya.
Ditakdirkan untuk meninggalkan Tuhan yang aku kasihi.[1]
Saya membenci semangat mengembara, memberontak yang muncul di dalam diri saya dari waktu ke waktu. Tetapi saya tidak dapat mengabaikannya atau menolak untuk mengakuinya. Ia ada dan nyata dan saya harus mengakuinya. Lalu saya harus melawannya dengan praktek-praktek spiritual. Praktek-praktek ini, saya akui, sangat membebani. Tetapi saya tahu nilainya, jadi saya berpegang padanya seperti orang tenggelam bergelantungan pada pelampung.
Saya memerlukan disiplin harian dengan menuliskan doa-doa saya agar tetap terfokus. Tuhan memberkati Anda jika Anda tidak memerlukan disiplin keras itu, tetapi saya memerlukannya.
Catatan Kaki:
[1] "Come, Thou Fount of Every Blessing" oleh John Wyeth dan Robert Robinson.
Sumber Buku | Judul Buku | : | Kepemimpinan yang Berani | Judul Artikel | : | Tuhan, Jadikan Aku Seperti Yusuf | Pengarang | : | Bill Hybels | Penerbit | : | Gospel Press | Halaman | : | 247-248 |