HUKUM PRIORITAS

Para Pemimpin Memahami bahwa Kegiatan Belum Tentu Berarti Prestasi


Para pemimpin tidak pernah tumbuh sedemikian rupa sehingga tidak perlu lagi menentukan prioritas. Menentukan prioritas adalah sesuatu yang terus dilakukan para pemimpin yang baik, entah mereka memimpin kelompok kecil, menjadi pendeta sebuah gereja, menjalankan sebuah usaha kecil, ataupun memimpin perusahaan milyaran dolar. Saya diingatkan akan hal ini tahun lalu ketika saya pindahkan perusahaan-perusahaan saya dari San Diego, California, ke Atlanta, Georgia.

Seorang pemimpin adalah dia yang memanjat pohon tertinggi, mensurvei seluruh situasinya, lalu berseru, 'bukan yang ini hutannya!' - Stephen Covey

Dulunya saya suka berpikir bahwa saya akan menghabiskan sisa hidup saya di San Diego. Kota ini sungguh indah dengan salah satu iklim yang terbaik di dunia. Letaknya hanya sepuluh menit dari pantai dan dua jam dari bukit untuk main ski. Ada kebudayaannya, tim olah raga profesionalnya, dan restoran yang baik. Dan saya bisa main golf sepanjang tahun. Mengapa saya sampai ingin meninggalkan tempat yang seperti itu?

Namun suatu hari saya duduk dan mulai mengevaluasi prioritas-prioritas saya. Saya sangat sering terbang sebagai pembicara dan konsultan. Saya sadar bahwa karena saya tingal di San Diego, saya menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menuju ke berbagai bandara perantara. Maka saya minta Linda, asisten saya, untuk menghitung berapa banyak waktu persisnya yang saya habiskan hanya untuk itu. Bahkan saya terkejut mendengar hasilnya. Pada tahun 1996, saya menghabiskan waktu dua puluh tujuh hari bolak balik antara San Diego dengan Dallas hanya untuk melanjutkan penerbangan. Ketika itulah saya mulai mempertimbangkan kemungkinan memindahkan INJOY serta perusahaan-perusahaan saya yang lainnya ke kota di mana ada bandara perantaranya. Stephen Covey berkomentar, "Seorang pemimpin adalah dia yang paling tinggi, mensurvei seluruh situasinya lalu berseru, "Bukan yang ini hutannya!" saya merasa agak seperti itu ketika saya sadar akan situasi saya.

Kami akhirnya memilih Atlanta sebagai lokasi yang ideal. Pertama, di sana ada bandara perantara yang besar. Dari sana saya dapat menjangkau 80 persen dari Amerika Serikat dengan penerbangan dua jam-an. Itu akan memberi saya banyak waktu ekstra di tahun-tahun mendatang. Kedua, daerah itu indah, dan ada kebudayaan, rekreasi, serta hiburan yang sempurna. Akhirnya, orang-orang saya yang ikut pindah dari California dapat menikmati standar hidup yang baik. kepindahan itu lumayan berat, namun berjalan lancar berkat kerja keras serta kepemimpinan yang kuat dari orang-orang yang bekerja untuk saya.

TIGAR

Segera setelah kepindahan kami ke Atlanta, saya juga meluangkan waktu untuk mengevaluasi kembali prioritas-prioritas pribadi saya. Selama beberapa tahun terakhir, jadwal saya semakin padat saja. Dan organisasi kami pun semakin besar. Empat tahun yang lalu, karyawan kami kurang dari dua puluh orang. Sekarang kami punya lebih dari seratus orang karyawan. Namun hanya karena kami melakukan lebih banyak tidaklah otomatis berarti bahwa kami sukses dan mencapai misi kami. Untuk itulah Anda harus melihat Hukum Pioritas saya. Yang pertama adalah Prinsip Pareto. Saya sudah sering mengajarkannya kepada orang-orang yang mengikuti konferensi kepemimpinan selama bertahun-tahun, dan saya juga menjelaskannya di buku saya berjudul Developing the Leader Within You. Gagasannya begini: jika Anda fokuskan perhatian Anda pada kegiatan-kegiatan yang masuk kategori 20 persen paling penting, Anda akan mendapatkan hasil sebesar 80 persen dari upaya tersebut. Umpamanya, jika Anda punya sepuluh orang karyawan, seharusnya Anda berikan 80 persen waktu serta perhatian Anda kepada dua karyawan terbaik Anda. Jika Anda punya seratus pelanggan, dua puluh pelanggan yang utama akan membawa 80 persen bisnis. Jika daftar hal-hal yang harus Anda kerjakan memuat sepuluh hal, dua hal yang terpenting akan memberikan manfaat 80 persen terhadap penggunaan waktu Anda, jika Anda belum mengamati hal ini, cobalah, maka akan Anda temukan bahwa prinsip ini benar.

Panduan kedua adalah Tiga R. Bukan, bukannya membaca, menulis, dan aritmatika. Tiga R. saya adalah requirement (tuntutan), return (hasil), dan reward (imbalan). Agar efektif, para pemimpin harus mengatur hidup mereka menurut tiga pertanyaan berikut ini:

  • APAKAH YANG DITUNTUT DARI ANDA?

    Kita semua bertanggung jawab kepada seseorang - seorang pemberi kerja, sebuah dewan direksi, pemegang saham, atau seseorang lainnya. Karena alasan ini, daftar prioritas Anda harus selalu dimulai dengan apa yang dituntut dari Anda. Tuntutan apa pun yang tidak harus Anda kerjakan sendiri seharusnya didelegasikan atau dihilangkan.

  • YANG MANAKAH YANG MEMBERIKAN HASIL TERBESAR?

    Sebagai pemimpin, seharusnya Anda menghabiskan sebagian besar waktu Anda untuk bidang-bidang di mana Anda punya kekuatan. Jika sesuatu dapat dikerjakan 80 persen sama baiknya oleh orang lain dalam organisasi Anda, delegasikanlah. Jika sebuah tanggung jawab secara potensial dapat memenuhi standar tersebut, kembangkanlah seseorang untuk menanganinya.

  • YANG MANAKAH YANG MEMBERIKAN IMBALAN TERBESAR?

    Tim Redmond mengakui, "Ada banyak hal yang menarik perhatian saya, namun hanya sedikit yang menawan hati saya". Hal-hal yang mendatangkan kepuasan pribadi terbesar adalah penyulut semangat hidup seorang pemimpin. Tak ada yang lebih membuat penuh vitalitas ketimbang semangat hidup.

  • MENGATUR ULANG PRIORITAS

    Prioritas saya yang terutama seelah pindah ke Atlanta adalah meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarga saya. Maka saya pun mendiskusikannya dengan isteri saya, Margaret, dan kami mencapai kesepakatan menyangkut pengaturan waktu kami. Lalu saya kumpulkan keempat presiden organisasi saya dan beberapa pemain kunci lainnya untuk membantu saya mengevaluasi prioritas-prioritas saya yang lainnya dan menentukan bagaimana saya akan menghabiskan waktu saya ditahun mendatang. Sementara kami membicarakannya, mereka sampaikan kebutuhan mereka, dan saya sampaikan visi saya. Bersama-sama, kami tegaskan jumlah waktu yang akan saya berikan untuk masing-masing bidang kunci saya. Inilah hasilnya:

     Bidang Waktu yang Dialokasikan 1. Kepemimpinan 19 % 2. Berkomunikasi 38 % 3. Manciptakan 31% 4. Membina jaringan 12 % 

    Saya sangat bersemangat dalam keempat bidang ini. Semuanya mutlak diperlukan untuk pertumbuhan serta kesehatan organisasi, dan waktu saya. Sejauh ini, panduan-panduan ini tampaknya telah banyak membantu perusahaan-perusahaan saya maupun diri sendiri. Namun setiap tahunnya kami evaluasi kembali dan menentukan seberapa efektif kami jadinya. Kegiatan itu belum tentu prestasi. Jika kita ingin terus efektif, kita harus bekerja menurut Hukum Prioritas.

    PRIORITAS ADALAH NAMA PERMAINANNYA

    Periksalah kehidupan pemimpin besar manapun, maka Anda temukan dia menentukan prioritasnya. Setiap kali Norman Schwarzkopf mendapatkan tugas baru, ia tidak sekedar mengandalkannya pada intuisi kepemimpinannya saja; ia juga memeriksa ulang prioritas unitnya. Ketika Lee Iacocca mengambil alih kepemimpinan di Chryslre, hal pertama yang dilakukannya adalah mengatur kembali prioritasnya. Ketika penjelajah Ronald Amundsen sukses membawa timnya ke Kutub Selatan dan kembali lagi, itu antara lain adalah berkat kemampuannya untuk menentukan prioritas secara benar.

    Para pemimpin sukses hidup menurut Hukum Prioritas. Mereka sadar bahwa kegiatan itu belum tentu prestasi. Namun para pemimpin terbaik tampaknya dapat membuat Hukum Prioritas membantu mereka dengan memuaskan berbagai prioritas dengan setiap kegiatan. Ini benar-benar memungkinkan mereka untuk meningkatkan fokus mereka sambil mengurangi jumlah kegiatan mereka.

    Seorang pemimpin yang pandai dalam hal ini adalah salah satu idola saya: John Wooden, mantan pelatih kepala basket untuk tim UCLA Bruins. Ia disebut Tukang Sihir Westwood karena prestasi-prestasinya yang begitu luar biasa di dunia olahraga universitas.

    Bukti kemampuan Wooden untuk membuat Hukum Prioritas membantunya dapat dilihat dalam caranya memandang latihan basket. Wooden mengklaim bahwa ia mempelajari beberapa metodenya dengan mengamati Frank Leahy, mantan pelatih kepala tim rugby Notre Dame. Katanya, "Saya sering pergi ke latihan-latihan Leahy dan mengamati bagaimana ia memecah-mecahnya menjadi beberapa periode. Lalu saya pulang dan menganalisa mengapa ia melakukan hal-hal tertentu dengan cara tertentu. Sebagai pemain, saya sadar bahwa banyak waktu yang terbuang percuma. Konsep Leahy memperkuat gagasan saya dan membantu saya mengembangkan apa yang saya lakukan sekarang."

    SEGALANYA ADA MAKSUD/TUJUANNYA BERDASARKAN PRIORITAS

    Teman-teman di militer mengatakan bahwa mereka sering kali harus buru-buru dan menunggu. Tampaknya demikian jugalah cara kerja sementara pelatih. Sebentar para pemain mereka diminta berlatih keras, sebentar mereka dibiarkan begitulah cara kerja Wooden. Ia merancang setiap saat latihan serta merencanakan setiap kegiatan dengan maksud/tujuan khusus dalam benaknya.

    Setiap tahun, Wooden menentukan sederet prioritas keseluruhan untuk tim, berdasarkan pengamatan terhadap musim bertanding sebelumnya. Hal-hal tersebut mungkin mencakup berbagai tujuan seperti, "Membangun kepercayaan diri dalam Drollonger serta Irgovich", atau Menggunakan 3 untuk 2 latihan kesinambungan setidaknya tiga kali seminggu". Biasanya, ia punya banyak hal yang ingin dicapainya sepanjang musim itu. Namun Wooden juga mengevaluasi agenda untuk timnya setiap harinya. Setiap pagi, ia dan asistennya merencanakan latihan hari itu dengan seksama. Biasanya mereka menghabiskan waktu dua jam menyusun strategi latihan yang mungkin bahkan tidak berlangsung seemikian lama. Ia mencari gagasan dari catatan-catatan yang ditulisnya pada kartu-kartu berukuran tiga kali lima cm yang selalu dibawanya serta. Ia merencanakan setiap latihan, menit demi menit, dan mencatat informasinya pada sebuah buku catatan sebelum latihan. Wooden pernah menyombongkan diri bahwa jika Anda menanyakan apa yang dilakukan timnya pada suatu tanggal tertentu pukul tiga tahun 1963, ia dapat menceritakan latihan apa persisnya yang sedang dilakukan timnya.

    Wooden selalu memelihara fokusnya, dan ia mencari jalan agar para pemainnya juga demikian. Talenta khususnya adalah membereskan beberapa bidang prioritas sekalilgus. Umpamanya, untuk membantu pemain melatih lemparan bebas mereka - sesuatu yang dirasakan sangat berat oleh mereka - Wooden menentukan suatu kebijakan melakukan lemparan bebas yang akan mendorong mereka berkonsentrasi dan menjadi lebih baik ketimbang hanya mencatat waktu. Semakin cepat seorang pemain membuat sejumlah lemparan, semakin cepat ia bisa beraksi. Dan Wooden terus mengubah jumlah lemparan yang harus mereka latih secara bergantian. Dengan demikian, semua orang, terlepas dari posisinya atau status awlnya, mendapatkan pengalaman bermain, suatu prioritas penting dalam pengembangan kerjasama total ala Wooden.

    Aspek yang paling mengagumkan tentang John Wooden - dan yang paling mengungkapkan kemampuannya untuk memfokuskan diri pada prioritas-prioritasnya - adalah bahwa ia tidak pernah meremehkan tim lawan. Ia hanya memfokuskan perhatian pada upaya untuk membantu para pemainnya mencapai potensi mereka. Dan ia lakukan segalanya itu lewat latihan serta interaksi pribadi dengan para pemainnya. Sasarannya tidaklah pernah untuk meraih kemenangan dalam kejuaraan atau bahkan mengalahkan tim lawan. Hasratnya adalah mendorong setiap pemainnya memaksimalkan potensinya dan memasang tim terbaik untuk bertanding. Dan tentu, hasil-hasil Wooden sungguh luar biasa. Dalam lebih dari empat puluh tahun melatih, hanya satu musim bertanding timnya kalah - yaitu musim bertandingnya yang pertama. Dan ia memimpin tim UCLA nya keempat musim bertanding tak terkalahkan dan rekor sepuluh kejuaraan NCAA. Tak ada tim universitas lain yang pernah mencapai rekor sebaik ini. Wooden adalah pemimpin besar. Ia bisa saja menjadi pelatih terbaik dalam olahraga apa pun. Mengapa? Karena setiap harinya ia hidup menurut Hukum Prioritas.

    MEMFOKUSKAN ULANG PADA SKALA DUNIA

    Salah seorang pemimpin yang paling efektif hari ini dalam soal Hukum Prioritas adalah Jack Welch, pimpinan puncak merangkap Direktur Utama General Electric, yang saya singgung ketika membahas Hukum Reproduksi. Ketika Welch mengambil alih kepemimpinan GE pada tahun 1981, perusahaan ini adalah perusahaan yang baik. Sejarahnya sudah sembilan puluh tahun, nilai sahamnya dijual dengan harga $4 per saham, dan nilai perusahaan ini adalah kira-kira $12 milyar, yang terbaik kesebelasan di pasar saham. Perusahaan ini besar, beragam, mencakup 350 bisnis strategis. Namun Welch percaya bahwa perusahaan ini bisa menjadi lebih baik. Apa strateginya? Ia gunakan Hukum Prioritas.

    Dalam beberapa bulan setelah menjadi pemimpinnya, ia memulai apa yang disebutnya revolusi perangkat keras, yang mengubah seluruh profil serta fokus perusahaan ini. Kata Welch,

    Terhadap ratusan bisnis serta lini produk yang ada di perusahaan ini, kami terapkan suatu kriteria tunggal : bisakah mereka itu menjadi nomor 1 atau nomor 2 dalam apa pun yang mereka kerjakan di pasar dunia? Dari 348 bisnis atau lini produk yagn tak memenuhi kriteria ini, kami tutup beberapanya dan diinvestasikan yang lainnya. Penjualan mereka menghasilkan hampir $10 milyar. Kami investasikan $18 milyar dalam yang selebihnya dan memperkuatnya lebih lanjut dengan akuisisi bernilai $17 milyar.

    Sisanya [pada tahun 1989], selain dari beberapa operasi pendukung yang relatif kecil, adalah 14 bisnis kelas dunia … seluruhnya terposisikan dengan baik untuk tahun 90-an … masing-masingnya menjadi yang nomor satu atau dua di pasar dunia yang ditekuninya.

    Kepemimpinan Welch yang kuat serta kemampuannya untuk memfokuskan perhatian telah membuahkan hasil berlipat-lipat. Semenjak ia memegang kepemimpinan, nilai saham GE telah mengalami stock-split (pemecahan saham) empat kali. Dan harganya mencapai lebih dari $80 persaham ketika saya menulis ini. Sekarang ini, GE di ranking sebagai perusahaan yang paling dikagumi di Amerika Serikat menurut majalah Fortune, dan baru-baru ini telah menjadi perusahaan paling berharga di dunia, dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari $250 milyar.

    Apakah yang telah menjadikan GE salah satu perusahaan terbaik di dunia? Kemampuan Jack Welch untuk menggunakan Hukum Prioritas dalam kepemimpinannya. Ia tidak pernah keliru menyangka suatu tindakan sebagai suatu prestasi. Ia tahu bahwa sukses terbesar datang hanya jika Anda memfokuskan orang-orang Anda pada hal-hal yang benar penting.

    Luangkanlah waktu untuk mengevaluasi kembali prioritas kepemimpinan Anda. Seperti GE di awal tahun 80-an, apakah Anda tidak fokus, melainkan menyebar ke mana-mana? Atau apakah Anda terfokus pada beberapa hal yang membawakan imbalan tertinggi? Jika Anda belum menerapkan Hukum Prioritas, Anda mungkin saja kerja percuma.