HUKUM HUBUNGAN YANG BAIK

Seorang Pemimpin akan Terlebih Dulu Menyentuh Hati Baru Minta Tolong


Saya suka berkomunikasi. Ini adalah salah satu sukacita dalam hidup saya dan salah satu hobi saya. Walaupun saya telah menghabiskan lebih dari tiga puluh tahun berbicara secara profesional, saya selalu mencari cara-cara untuk tumbuh dan menjadi lebih baik dalam bidang ini. Itulah sebabnya mengapa sebisa mungkin saya selalu berusaha berjumpa langsung dengan komunikator kelas satu. Umpamanya, saya pergi ke San Jose, California, untuk menghadiri sebuah acara yang disponsori oleh kamar dagang setempat. Hari itu yang berbicara adalah komunikator-komunikator ulung: Marl Rusell, yang menggunakan humor dengan demikian efektifnya; Mario Cuomo, yang segala ucapannya selalu bersemangat; Malcon Forbes yang brilian, yang wawasannya menjadikan setiap topik yang dibicarakannya tampak baru; dan Colin Powell, yang kepercayaan dirinya memberikan rasa tenteram serta pengharapan kepada para pendengarnya. Semua komunikator itu kuat dan dapat mengembangkan simpati pada para pendengarnya. Namun sebaik apa pun mereka itu, tak seorang pun lebih baik dari pada pembicara kegemaran saya. Elizabeth Dole lebih unggul dari pada mereka semua itu.

SAHABAT TERBAIK PENDENGAR

Pasti Anda pernah mendengar tentang Elizabeth Dole. Profesinya adalah pengacara, sempat menjadi anggota kabinet dalam pemerintahan Reagen dan Bush, dan sekarang ini menjadi presiden dari American Red Cross (Palang Merah Amerika). Ia adalah komunikator ulung. Karunia khususnya, yang ia perlihatkan di San Jose hari itu, menjadikan saya serta pendengar lainnya merasa seolah-olah ia benar-benar sahabat kami. Ia membuat saya senang hadir. Ujung-ujungnya, ia benar-benar tahu bagaimana berhubungan dengan sesama.

Pada tahun 1996, ia perlihatkan kemampuan itu kepada seluruh rakyat, ketika ia berbicara pada Republican National Convetion (Konvensi Nasional Republikan). Jika Anda menontonnya di televisi, Anda pasti tahu maksud saya. Ketika Elizabeth Dole muncul malam itu, mereka merasa bahwa ia adalah sahabat terbaik mereka. ia dapat mengembangkan hubungan yang menakjubkan dengan mereka. Saya juga merasakan hubungan tersebut, sekalipun saya duduk di ruang keluarga saya menontonnya lewat televisi. Setelah pidatonya selesai, saya pasti akan mengikutinya kemana-mana.

BOB TIDAK PERNAH SEHEBAT ITU

Juga berbicara pada konvensi itu adalah Bob Dole, suami Elizabeth - tidak heran karena ia adalah calon presidennya partai Republik. Siapa pun yang menyaksikannya pasti merasakan perbedaan luar biasa dalam kemampuan komunikasi di antara keduanya. Sementara Elizabeth penuh dengan kehangatan serta keterbukaan, Bob tampak tegas dan jauh. Selama kampanye itu, Bob tampaknya tak pernah dapat berhubungan dengan orang.

Banyak faktor yang berperan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, antara lain kemampuan sang calon untuk berkomunikasi dengan pendengarnya. Banyak yang telah ditulis tentang perdebatan antara Kennedy dengan Nixon pada pemilihan tahun 1960. Salah satu alasan mengapa Kennedy sukses adalah karena ia mampu membuat pemirsa televisi merasa diajak berkomunikasi. Hal yang sama berkembang antara Ronald Reagen dengan para pendengarnya. Dan pada pemilihan tahun 1992, Bill Clinton bekerja sangat keras untuk mengembangkan komunikasi dengan rakyat Amerika - untuk itu ia bahkan muncul dalam acara obrolan Arsenio dan main saxophone.

Saya percaya Bob Dole itu orang yang baik. Namun saya juga tahu bahwa ia tidak pernah mampu berkomuniksasi dengan orang lain. Ironisnya, setelah pemilihan presiden lewat, ia muncul di Saturday Night Live, pertunjukan yang mengoloknya selama kampanye, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa ia tidak punya rasa humor dan tidak terbuka. Pada pertunjukan tersebut Dole tampak rileks, terbuka, dan dapat mengolok dirinya sendiri. Dan pemirsa pun senang kepadanya. Mau tidak mau saya bertanya-tanya, bagaimana jadinya seandainya ia bersikap demikian ketika berkampanye.

YANG PENTING HATINYA DULU

Pemimpin yang efektif tahu bahwa Anda terlebih dulu harus menyentuh hati orang sebelum minta tolong kepada mereka. itulah Hukum hubungan yang baik. semua komunikator ulung menyadari kebenaran ini dan menerapkannya hampir secara naluriah. Anda takkan dapat menggerakkan orang kecuali terlebih dulu menggugah emosinya. Perasaan lebih penting dari pada rasio.

Komunikator ulung sekaligus pemimpin Amerika keturunan Afrika di abad kesembilan belas adalah Frederick Douglas. Katanya, ia punya kemampuan luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain serta menggugah hati mereka ketika ia bicara. Sejarawan Lerone Bennet mengatakan tentang Douglass, "Ia bisa membuat orang menertawakan seorang majikan budak yang mengkhotbahkan ketaatan Kristiani; membuat mereka melihat penghinaan terhadap seorang pembantu berkulit hitam yang diperlakukan tidak baik oleh majikan yang brutal; membuat mereka mendengar isak tangis seorang ibu yang terpisah dari anaknya. Lewat dia, orang bisa menangis, mengutuk, dan merasakan; lewat dia orang bisa merasakan perbudakan".

HUBUNGAN PUBLIK SERTA PRIBADI

Membina hubungan dengan orang lain bukanlah sesuatu pemimpin sedang berkomunikasi dengan sekelompok orang, melainkan perlu terjadi secara individual. Semakin kuat hubungan serta komunikasi antar individu, semakin besar kemungkinan sang pengikut ingin menolong sang pemimpin. Itulah salah satu prinsip terpenting yang telah saya ajarkan kepada staf saya selama bertahun-tahun. Staf saya di Skyline suka mengeluh setiap kali saya mengatakan, "Orang takkan peduli seberapa banyak yang Anda ketahui hingga mereka tahu seberapa jauh Anda peduli", namun mereka juga tahu bahwa itu benar. Dengan membina hubungan dengan orang lain serta memperlihatkan ketulusan Anda dalam membantu mereka, Anda akan mengembangkan kredibilitas.

Pemimpin terbesar mampu berhubungan baik secara individual maupun dengan sekelompok pendengar. Contoh sempurnanya adalah Ronald Reagen. Kemampuannya untuk mengembangkan simpati pada sekelompok pendengar tercermin dalam julukannya sebagai presiden: Komunikator Ulung. Namun ia juga memiliki kemampuan untuk menyentuh hati individu-individu yang dekat dengannya. Mantan penulis pidato Presiden Reagen, Peggy Noonan, mengatakan bahwa ketika presiden kembali ke White House setelah lama melakukan perjalanan dinas dan para staf mendengar helikopternya mendarat, semua orang akan berhenti bekerja, dan Donna Elliot, salah seorang staf ketika itu akan mengatakan, "Ayah pulang!" itu adalah indikasi akan kasih sayang yang dirasakan orang-orangnya kepadanya.

Anda tidak membutuhkan karisma seperti Ronald Reagen untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Terkadang, Anda akan menemukan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain ditempat yang paling tidak Anda duga. Saya diingatkan akan hal ini baru-baru ini ketika saya membaca tentang pemakaman Sonny Bono. Walaupun ia telah sukses di tahun-tahun belakangan ini dalam dunia politik, setelah menjabat sebagai walikota Palm Springs dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, kebanyakan orang mengenang Bono karena pertunjukannya dulu. Ia sulit dianggap serius. Ia suka mengenakan pakaian yang aneh-aneh. Ia selalu menjadi bulan-bulanan isterinya ketika itu, Cher, dan ia tidak bisa nyanyi. Namun ia mampu berhubungan dengan orang lain. Pada pemakamannya, Juru bicara Gedung Putih, Newt Gingrich, mengatakan tentang Bono:

Jika Anda memandangnya, Anda akan berkata dalam hati: "Mana mungkin dia terkenal". Ia tersenyum, mengatakan sesuatu, lalu Anda berkata dalam hati: "Orang ini tidak bisa diajak serius". Setelah mendengar empat lelucon serta dua kisah berikutnya, Anda sudah menumpahkan isi hati Anda kepadanya, ia membantu Anda menyelesaikan suatu persoalan dan Anda mulai menyadari bahwa ia adalah pria pekerja keras, sangat penuh pertimbangan, yang menutupi banyak kemampuannya dengan rasa humornya yang kocak serta keinginannya untuk membuat Anda lebih besar dari padanya agar ia dapat melayani Anda, yang selanjutnya akan membuatnya lebih mudah bagi Anda untuk melakukan sesuatu yang perlu Anda lakukan berdua lakukan.

Bono memahami Hukum hubungan yang baik. Ia terlebih dulu memenangkan hati orang sebelum minta tolong kepada mereka. Ia tahu bahwa Anda harus terlebih dulu menyentuh hati sebelum minta tolong.

JALINLAH HUBUNGAN SATU PERSATU

Kunci untuk menjalin hubungan dengan orang lain adalah menyadari bahwa bahkan dalam kelompok pun, Anda harus berhubungan secara individual dengan orang lain. Jendral Norman Schwarzkopf berkomentar, "Saya telah melihat para pemimpin yang kompeten berdiri di hadapan sebuah pasukan dan mereka lihat hanyalah pasukan. Namun para pemimpin besar berdiri dihadapan sebuah pasukan dan melihatnya sebagai 44 individu, yang masing-masing ingin hidup, yang masing-masing ingin berbuat baik".

Saya telah mendapatkan kesempatan untuk berbicara kepada berbagai kelompok hadirin yang mengagumkan sepanjang karir saya. Yang paling besar jumlahnya mencapai 60.000 hingga 70.000. Beberapa rekan saya yang juga mencari nafkah dengan menjadi pembicara suka bertanya kepada saya, "Kok bisa sih Anda bicara kepada orang sebanyak itu?" Rahasianya sederhana saja, saya tidak berusaha berbicara kepada ribuan orang. Saya fokuskan perhatian untuk berbicara kepada satu orang. Itulah satu-satunya cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

INI ADALAH TUGAS SEORANG PEMIMPIN

Ada pemimpin yang mengalami kesulitan dengan hukum hubungan yang baik karena mereka percaya bahwa menjalin hubungan adalah tanggung jawab para pengikut. Ini terutama terjadi pada para pemimpin atas dasar posisi. Mereka sering berpikir, Kan saya bosnya. Saya yang pegang posisi. Mereka kan Cuma bawahan saya. Biar saja mereka datang kepada saya. Namun pemimpin sukses yang mentaati Hukum hubungan baik selalu mengambil inisiatif. Mereka mengambil langkah pertama lalu beruplaya untuk membina hubungan. Itu tidak selalu mudah, namun penting bagi suksesnya organisasi. Seorang pemimpin harus melakukannya, seberapa berat pun hambatannya.

Saya mendapatkan pelajaran ini pada tahun 1972 ketika saya dihadapkan pada situasi yang sulit. Ketika itu saya pindah ke Lancaster, Ohio, di mana saya akan mengambil alih kepemimpinan dalam sebuah gereja. Sebelum saya menerima posisi tersebut, dari seorang teman saya dengar bahwa gereja tersebut baru saja mengalami pertikaian besar karena sebuah proyek pembangunan. Yang memimpin salah satu saksi yang bertikai adalah orang berpengaruh nomor satu di gereja tersebut, yang bernama Jim Butz, yang terpilih sebagai pemimpin awam dalam jemaat. Dan saya juga dengar bahwa Jim memiliki reputasi negatif dengan sikap lain dari pada yang lain. Ia suka menggunakan pengaruhnya untuk menggerakkan orang ke arah yang tidak selalu membantu organisasi.

Karena pendeta senior yang sebelumnya telah adu kepala dengan Jim lebih dari satu kali, saya tahu bahwa kesempatan saya yang terbaik untuk dapat sukses dalam kepemimpinan di sana adalah dengan menjalin hubungan dengan Jim. Maka hal pertama yang saya perbuat ketika bergabung adalah membuat janji ketemu dengannya di kantor saya.

Jim berperawakan besar. Tingginya kira-kira enam kaki empat inci, dengan berat kira-kira 250 pon - orang yang bisa berburu beruang dengan tangan kosong. Ia sangat mengintimidasi, dan kira-kira usianya enam puluh lima tahun. Saya, sebaliknya, baru berusia dua puluh lima tahun. Ketika ia masuk, saya berkata, "Jim, saya tahu Anda sangat berpengaruh di gereja ini, dan saya ingin Anda tahu bahwa saya telah memutuskan untuk melakukan semampu saya untuk membina hubungan dengan Anda. Saya ingin kita makan siang bersama setiap Selasa di Hollyday Inn untuk membicarakan berbagai persoalan yang ada. Walaupun saya yang jadi pemimpinnya di sini, saya takkan mengambil keputusan apa pun menyangkut orang-orang di sini tanpa terlebih dulu mendiskusikannya dengan Anda. Saya benar-benar ingin bekerjasama dengan Anda. "Tapi saya juga ingin Anda tahu bahwa saya dengar Anda tahu bahwa sangat negatif", kata saya, "dan bahwa Anda suka bertikai. Jika Anda memutuskan untuk menentang saya, ya kita akan bertentangan. Dan karena Anda punya pengaruh yang begitu besar, saya tahu Anda akan banyak menangnya pada mulanya. Tapi saya juga akan mengembangkan hubungan dengan orang-orang disini dan memasukkan orang baru ke sini, dan suatu hari nanti, saya akan punya pengaruh lebih besar dari pada Anda.

"Tapi saya tidak mau bertikai dengan Anda", saya melanjutkan. "Usia Anda kan sudah enam puluh lima tahun. Katakanlah Anda masih punya kesehatan baik serta produktivitas tinggi sepuluh hingga lima belas tahun lagi. Kalau Anda mau, Anda bisa menjadikannya tahun-tahun yang paling berarti dalam hidup Anda. Kita bisa melakukan banyak hal besar bersama-sama di gereja ini, tapi itu terserah Anda."

Setelah saya selesai bicara, Jim tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia bangkit, berjalan keluar, dan berhenti untuk minum. Saya mengikutinya dan menunggu. Setelah sekian lama, ia bangkit dan berbalik. Ketika ia berbalik, saya dapat melihat air mata berlinangan di pipinya. Dan kemudian ia memeluk saya erat-erat dan berkata, "Percayalah bahwa saya akan mendukung Anda."

Dan Jim menepati janjinya. Ternyata benar, ia hidup sepuluh tahun lagi, dan karena ia bersedia membantu saya, kami sempat mencapai beberapa hal positif bersama-sama. Namun hal itu takkan pernah terjadi jika saya tidak berani menjalin hubungan dengannya pada hari pertama saya di sana.

SEMAKIN BERAT TANTANGANNYA, SEMAKIN KUAT HUBUNGANNYA

Jangan pernah meremehkan pentingnya membangun hubungan dengan orang lain sebelum minta mereka untuk menjadi pengikut Anda. Jika Anda pernah mempelajari kisah hidup para komandan militer yang terkenal, Anda mungkin sudah memperhatikan bahwa yang terbaik selalu menerapkan Hukum hubungan yang baik. saya pernah membaca bahwa ketika Perang Dunia I di Perancis, Jendral Douglas MacArthur mengatakan kepada seorang komandan batalion sebelum melancarkan serangan yang berani, "Mayor, jika tandanya diberikan, saya minta Anda berangkat duluan, di depan orang-orang Anda, Pasti mereka akan mengikuti Anda." Lalu MacArthur mencopot lencana Distinguished Servce Gross (tanda jasa) dari seragamnya dan memasangkannya pada seragam sang mayor. Berarti, ia memberikan tanda jasanya sebelum sang mayor membuktikannya. Dan tentu, sang mayor pun memimpin orang-orangnya, dan mereka berhasil.

Tidak semua contoh militer dalam hal Hukum hubungan yang baik, sedramatis itu. Umpamanya, katanya, Napoleon punya kebiasaan untuk mengetahui nama setiap petugasnya dan mengingat tempat tinggal mereka serta pertempuran mana saja yang telah mereka perjuangkan bersamanya. Robert E. Lee dikenal suka mengujungi orang-orangnya di perkemahan mereka pada malam sebelum suatu pertempuran besar. Sering kali ia menghadapi tantangan keesokan harinya itu tanpa tidur. Baru-baru ini, saya baca bagaimana Norman Schwarzkopf seringkali menemukan cara-cara untuk menjalin hubungan dengan pasukannya. Pada hari Natal tahun 1990 selama Perang Teluk Persia, ia melewatkan harinya di antara pria dan wanita yang begitu jauh dari keluarga mereka. Dalam otobiografinya ia mengatakan,

Saya mulai dari Lockheed Village … ada pasukan yang telah mulai makan malam, walaupun masih sore, karena mereka makan bergiliran. Saya berjabatan tangan dengan banyak orang. Berikutnya saya ke Escan Village, di mana ada tiga tenda ruang makan yang besar. Pada tenda yang pertama, saya berjabatan tangan semua yang sedang antri, masuk ke balik konter pelayanan untuk menyalami para koki serta pembantunya, dan terus mengelilingi ruang makan itu, mengucapkan selamat hari Natal kepada semua orang. Lalu saya masuk ke tenda ruang makan yang kedua dan ketiga dan melakukan hal yang sama. Saya kembali ke tenda ruang makan yang pertama dan mengulanginya, karena ketika itu sudah ada wajah-wajah baru yang antri. Lalu saya duduk bersama beberapa pasukan dan makan malam. Dalam waktu empat jam, saya pasti telah menyalami empat ribuan orang.

Schwarzkopf sebenarnya tidak perlu melakukannya, namun ia toh melakukannya juga. Ia menggunakan salah satu metode yang paling efektif untuk berhubungan dengan orang lain, sesuatu yang saya sebut berjalan perlahan-lahan melalui kerumunan orang banyak. Mungkin kedengarannya janggal, namun benar: orang takkan peduli seberapa banyak yang Anda ketahui, hingga mereka tahu sejauh Anda peduli.

HASIL HUBUNGAN YANG BAIK

Jika seorang pemimpin telah menjalin hubungan dengan orang-orangnya, Anda dapat melihatnya dalam cara berfungsinya organisasi yang bersangkutan. Di antara para karyawannya ada loyalitas yang luar biasa serta etika kerja yang kuat. Visi sang pemimpin menjadi aspirasi orang-orangnya. Dampaknya sungguh luar biasa.

Anda juga dapat melihat hasilnya dalam hal lain. Pada Hari Bos tahun 1994, ada sebuah iklan sehalaman penuh di harian USA Today. Iklan tersebut dipasang dan dibayar oleh para karyawan Southwest Airlines, dan ditunjukkan kepada Herb Kelleher, Directur Utama perusahaan tersebut:

Terima kasih, Herb

Karena mengingat nama kami semua

Karena mendukung Ronald McDonald House

Karena membantu beban pada hari Thankgiving (Hari Bersyukur)

Karena memberikan kecupan kepada semua orang (benar-benar semua orang)

Karena bersedia menjadi pendengar yang baik

Karena memimpin satu-satunya perusahaan penerbangan besar yang menguntungkan

Karena bersedia menyanyi pada pesta liburan kita

Karena menyanyi hanya sekali setahun

Karena memperbolehkan kami mengenakan celana pendek serta sepatu santai ke tempat kerja

Karena bermain golf di The LUV Clasic dengan hanya satu tongkat pemukul

Karena unggul terhadap Sam Donaldson

Karena mengendarai Harley Davidson ke Kantor Pusat Southwest

Karena menjadi sahabat, bukan sekedar bos

Selamat Hari Boss dari setiap Karyawan Anda yang 16.000 orang jumlahnya

Pamer seperti itu hanya terjadi jika seorang pemimpin telah bekerja keras untuk menjalin hubungan dengan orang-orangnya

Jangan meremehkan pentingnya membangun jembatan hubungan dengan orang-orang yang Anda pimpin. Ada suatu ungkapan kuno yang mengatakan: untuk memimpin diri sendiri, gunkanlah rasio Anda; untuk memimpin orang lain, gunakanlah hati Anda. Itulah sifat dari 'Hukum hubungan yang baik'. Sentuhlah hatinya tolong kepada seseorang.