BAB VI

KEAGUNGAN KRISTUS

Bagian terpenting dari berbagai usaha penginjilan adalah memberitakan Yesus Kristus. Dia adalah sumber yang harus kita beritakan pada dunia. Ungkapan yang mengatakan bahwa "Kekristenan adalah Kristus" ternyata adalah benar. Pada puncak penginjilan Paulus di Athena, Paulus membuat pernyataan yang jelas mengenai pribadi dan karya Kristus. Demikian pula dalam penginjilan kita, kita tidak hanya mengabarkan prinsip kekristenan saja tetapi yang utama adalah mengabarkan Pribadi Yesus Kristus. Kita mengundang orang untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan kita juga mengundang mereka untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan.

Dr. E. Stanley Jones sering memberikan penjelasan mengenai penginjilan kepada para pendengarnya yang beragama Hindu di India, meskipun pemimpin pertemuan tersebut orang Hindu. Pada suatu ketika, pemimpin pertemuan adalah gubernur suatu propinsi, pada waktu memberikan kata sambutan dia berkata: "Saya akan menyimpan ucapan terakhir saya, tidak masalah dengan segala sesuatu yang akan dibicarakan oleh pembicara ini, karena saya pasti menemukan kesamaan dengan kitab suci kami." Pada akhir pertemuan pemimpin itu kehilangan kata-katanya. Dr. Jones tidak menyampaikan "sesuatu", dia menjelaskan pribadi Yesus Kristus, dan pribadi ini hanya terdapat dalam Injil dan tidak terdapat dalam kitab suci mereka.{1}

KEPRIBADIAN TUHAN YESUS KRISTUS

Paulus mengatakan bahwa Allah "akan menghakimi dunia dengan adil oleh seorang yang telah ditentukan-Nya (Yesus)" (Kisah Para Rasul 17:31a). Apakah keistimewaan pribadi Yesus ini? Apakah yang membedakan Yesus dengan para pendiri agama lain? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini kita harus meneliti beberapa keterangan, antara lain:

  1. Pengakuan-Nya.
  2. Hidup-Nya yang tak bercacat.
  3. Kebangkitan-Nya.
  4. Kehidupan baru yang diberikan-Nya.

PENGAKUAN-NYA YANG UNIK

Beberapa pertimbangan yang paling jelas, saat memikirkan keagungan Kristus adalah pengakuan Dia mengenai diri-Nya sendiri. Guru-guru lain berkata bahwa mereka mengajarkan kebenaran. Kristus berkata, "Akulah kebenaran" (Yohanes 14:6). Guru-guru lain mengajak orang untuk mengikuti ajaran-ajarannya, tetapi Kristus mengajak orang untuk mengikut Dia. Lebih dari 20 kali dalam Injil, Yesus Kristus berkata tentang perlunya mengikut Dia. Pemimpin besar lain mengajar orang untuk menyembah Tuhan. Budha dan Muhammad akan melompat terkejut dengan adanya ide orang untuk menyembah mereka. Dan Yesus menerima penyembahan dari Thomas (Yohanes 20:28). Yesus membuat pernyataan yang benar-benar menjelaskan bahwa Dia adalah Tuhan, tetapi beberapa pendengar-Nya merasa sangat tersinggung dengan ucapan-Nya ini sehingga dua kali mereka akan melempari-Nya dengan batu karena mereka menganggap Yesus telah melakukan penghujatan kepada Tuhan Allah (Yohanes 8:54-59; 10:30, 31).

Tujuh pernyataan "Akulah" muncul dalam Injil Yohanes, yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus mengakui dirinya sebagai sumber kehidupan yang kekal. Dia berkata, "Akulah roti kehidupan" (6:35); "Akulah terang dunia" (8:12); "Akulah pintu gerbang itu" (10:7,9); "Akulah gembala yang baik (10:11); Akulah kebangkitan dan hidup" (11:25); "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (14:6); "Akulah pokok anggur yang benar" (15:1). Leon Morris mengingatkan bahwa "dalam bahasa Yunani setiap penggunaan bentuk "Akulah" menunjukkan suatu ketegasan." Setiap kata benda termasuk kata ganti orang pertama "Aku". "Tidak perlu mengikut sertakan kata ganti orang jika penekanan tidak diperlukan." Karena itu Morris menyimpulkan bahwa menurut orang Yahudi, kata "Akulah" berhubungan dengan sesuatu yang bersifat ilahi.{2} Hal ini dan pernyataan lain mengenai Yesus Kristus ini sesuai dengan pernyataan J.T. Seamand bahwa keunikan Yesus Kristus "bukanlah suatu 'pengakuan' kita pada Kristus, tetapi sesuatu yang Kristus 'hadapkan' pada kita.{3}

HIDUP-NYA YANG TIDAK BERCACAT

Apa yang dapat kita lakukan dengan pengakuan Kristus? Kalau pengakuan tersebut benar, kita harus menanggapinya dengan serius dan menaatinya. Tetapi bila hal tersebut tidak benar, Yesus Kristus berarti seorang penipu, atau penderita sakit jiwa, atau seorang yang lemah mental. Tetapi setelah kita menilai kehidupan-Nya yang tidak bercacat-cela, hidup-Nya yang penuh kasih, tidaklah mungkin bagi kita untuk memberikan kesimpulan seperti itu. Bahkan seorang yang non-Kristen pun dapat menerima Kristus sebagai contoh kehidupan yang tak bercacat. Mahatma Gandhi mengatakan,

"Kristus adalah figur yang sangat lembut, sangat sabar, sangat ramah, penuh kasih, dan penuh pengampunan, seperti yang Ia ajarkan kepada para pengikut-Nya agar tidak membalas ketika dianiaya atau dicela, bila engkau ditampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu - ini adalah suatu contoh yang sangat bagus dari seorang yang sempurna. {4}

Tetapi Gandhi menolak menerima keunikan Kristus yang sempurna. Sebaliknya Gandhi menyamakan kebenaran semua agama. Tetapi orang yang menerima kehidupan Kristus sebagai teladan hidup bagi dunia, seharusnya dia juga percaya pada pengajaran-Nya.

Keunikan Kristus tidak muncul dari pernyataan-Nya yang terpisah. Ini merupakan pokok dari ajaran-ajaran-Nya yang sering muncul. Kita boleh saja tidak setuju dengan pernyataan dari orang yang baik dan kita tetap menganggap dia orang baik. Tetapi dalam hal ini Yesus adalah seseorang yang terbaik yang pernah hidup, Dia membuat pernyataan yang mengejutkan mengenai diri-Nya sendiri secara konsisten sehingga kita tidak bisa memisahkan Dia dengan pernyataan- Nya. Dengan mengatakan bahwa Yesus itu baik, berarti kita menerima pokok ajaran mengenai siapakah Yesus yang baik ini. Hidup dan pernyataan Yesus mengenai keunikan yang dimiliki-Nya tidak dapat dipisahkan.

Teman saya yang berasal dari Sri Lanka, yang merupakan pensiunan guru, dibesarkan menurut agama Budha. Dia adalah seorang kutu buku, dan suatu saat dia meminjam buku mengenai kehidupan Kristus dari sebuah perpustakaan umum di kotanya. Ketika membaca buku itu, dia berkesimpulan bahwa hidup Kristus tidak bisa disamakan dengan sejarah manusia. Dia tahu bahwa Kristus harus ditanggapi. Dia tidak hanya bisa mengagumi Kristus saja dan dia menyerah dengan ketuhanan Kristus, akhirnya dia menjadi seorang Kristen.

KEBANGKITAN YESUS SEBAGAI BUKTI

Ada satu bukti keunikan Kristus yang lebih meyakinkan daripada hidup-Nya yang tidak bercacat. Paulus mengatakan bahwa kebangkitan Kristus memberikan bukti mengenai kekristenan. Kesimpulan dari pernyataan Paulus kepada orang Athena adalah, "Allah memberikan kepada semua orang bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati" (Kisah Para Rasul 17:31b).

Melalui kotbah yang ada dalam Kisah Para Rasul, George E. Ladd menuliskan: "Kebangkitan Kristus merupakan pesan yang paling utama bagi orang Kristen mula-mula." Ladd menyebut Kebangkitan sebagai dasar yang utama dari seluruh isi Perjanjian Baru.{5} Kita tidak akan berusaha memberikan bukti fakta tentang kebangkitan Yesus Kristus di sini, sebab hal ini sudah dibahas oleh buku-buku yang lain. Sebaliknya, kita akan menunjukkan bagaimana Kebangkitan Kristus membuktikan keunikan Kristus dalam karya penyelamatan-Nya. Karena Dia telah bangkit dari antara orang mati kita bisa mengatakan bahwa Kristus sendirilah yang dimaksudkan sehingga Kristus dapat melakukan apa yang telah Dia katakan. Tetapi Paulus menuliskan, "Dan menurut Roh kekudusan, oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." (Roma1:4). Kemudian dalam kotbah Petrus pada hari Pantekosta, Petrus memberikan fakta secara jelas bahwa kematian dan kebangkitan memenuhi syarat Kristus sebagai Tuhan (Kisah Para Rasul 2:32-36).

Apakah hubungan antara kebangkitan dan ketuhanan Kristus? Hubungan itu mempunyai dua sisi. Sisi pertama, mendukung pernyataan yang mengejutkan dari Kristus sendiri. Pernyataan Kristus yang mengejutkan tersebut adalah bahwa Dia akan bangkit dari kematian. Jika hal tersebut terbukti benar, hal ini akan mendukung pernyataan Kristus yang lain mengenai diri-Nya dan apa yang telah Dia lakukan. Seperti yang dikatakan Donald Guthrie, "Kebangkitan mengungkapkan kepuasan Allah terhadap karya Kristus. Keagungan seseorang adalah usahanya dalam mempertahankan misinya." {6}

Sisi kedua, kebangkitan menunjukkan pada kita bahwa Kristus merupakan Tuhan dari segala sesuatu, melalui kebangkitan-Nya, Dia telah mengalahkan kekuatan jahat yang menghalangi manusia dari keselamatan yang akan Allah berikan. Ia telah mengalahkan semua musuh manusia sehingga Dia layak menjadi Tuhan. Kemenangan Kristus telah menguatkan Ketuhanan yang dimiliki-Nya.

Bukti Kebangkitan Kristus adalah:

  1. Kebangkitan Kristus mengalahkan dosa manusia.
  2. Kebangkitan Kristus mengalahkan maut.
  3. Kebangkitan Kristus mengalahkan kuasa jahat.

  1. KEBANGKITAN KRISTUS MENGALAHKAN DOSA MANUSIA

    Dengan kebangkitan Kristus dari antara orang mati, Kristus telah menghapus dosa manusia. Yesus Kristus berfirman bahwa Dia datang untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi orang banyak (Matius 20:28; Markus 10:45). Kemudian Yohanes Pembaptis menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Domba Allah yang menghapus dosa manusia" (Yohanes 1:29). Bagaimana kita tahu Yesus Kristus dapat melakukannya? Kematian Yesus Kristus diharapkan dapat menjadi tebusan bagi dosa kita. Bagaimana kita tahu bahwa kematian Kristus sungguh berguna? Yesus Kristus membuktikan hal itu dengan benar-benar bangkit dari kematian. Paulus mengatakan, "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu." (1Korintus 15:17). Kebangkitan membawa kemenangan atas dosa yang telah dibayar lunas melalui kematian. Kebangkitan menunjukkan kepada kita bahwa pengorbanan Kristus untuk menebus dosa kita akan membawa jalan bagi kita kepada Tuhan Allah. Seperti pernyataan Paulus, "Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita." (Roma 4:25).

    Salah satu ciri Kekristenan yang sulit diterima dan dipahami oleh orang non-Kristen adalah bagaimana Kristus dapat membayar lunas hukuman atas dosa-dosa kita. Mereka bertanya, "Bagaimana mungkin seseorang mati bagi orang lain?" Bagaimana kita tahu bahwa melalui kematian-Nya Dia bisa membatalkan akibat dosa kita? Kebangkitan menunjukkan kepada kita bahwa rencana Kristus untuk menyelamatkan manusia benar-benar berhasil. Hal ini merupakan bukti bahwa pengorbanan Kristus adalah untuk membayar dosa-dosa kita. Kalau Kristus sanggup mengalahkan dosa yang merupakan musuh terbesar manusia maka Dia memang layak menjadi Tuhan.

  2. KEBANGKITAN KRISTUS MENGALAHKAN MAUT

    Ketika Kristus bangkit dari kematian-Nya, Dia juga telah berhasil mengalahkan musuh besar manusia-maut. Melalui semua kemajuan ilmu pengetahuan, manusia gagal dalam mengalahkan maut. Manusia bisa menunda kematian, manusia bisa mengurangi rasa sakit, tetapi kematian tetap menjadi kenyataan yang harus dihadapi manusia. "Tetapi yang benar adalah, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal." (1Korintus 15:20). Ini berarti bahwa mereka yang bersama-sama dengan Dia juga akan dibangkitkan sebagaimana Dia telah bangkit. (1 Korintus 15:21-23, 26). Kebangkitan-Nya juga membebaskan kita dari rasa takut menghadapi kematian (Ibrani 2:14,15). Adanya kenyataan bahwa Kristus telah mengalahkan kematian, yang merupakan musuh yang besar manusia, juga mengesahkan Dia sebagai Tuhan atas seluruh umat manusia.

  3. KEBANGKITAN KRISTUS MENGALAHKAN KUASA JAHAT

    Kebangkitan Kristus dari antara orang mati meyakinkan kita bahwa kuasa jahat telah dikalahkan dan bahwa kekalahan kuasa jahat ini akan diwujudkan pada saatnya. Ketika Kristus bangkit dari antara orang mati, Dia menunjukkan bahwa kuasa jahat akan dikalahkan. Kristus telah berulang-kali menyatakan Kerajaan Allah, dan Dia menyatakan bahwa melalui kedatangan-Nya ke dunia berarti Dia telah membuka kerajaan- Nya. Tetapi Kristus juga menyatakan bahwa Dia akan menyempurnakan Kerajaan-Nya dan mengalahkan semua kuasa jahat. Surat-surat Paulus dan Kitab Wahyu menjelaskan kekalahan kuasa jahat ini secara rinci.

    Saat ini kuasa jahat memang memiliki kuasa dalam dunia, tetapi kuasanya dibatasi oleh ruang dan waktu. Kebangkitan Kristus menjadi awal dari proses kekalahan kuasa jahat, suatu proses yang akan berakhir dengan kesempurnaan total dari Kerajaan Tuhan (1Korintus 15:23-28). Terminologi dari Perang Dunia Kedua telah digunakan untuk menjelaskan proses ini. Karya kematian dan kebangkitan Kristus setara dengan hari D, saat setan memberikan pukulan yang menentukan. Sekarang adalah saat untuk menyingkirkan kuasa jahat sebelum kemenangan yang total pada hari kemenangan (v-day). Tetapi kemenangan itu sudah pasti disebabkan oleh apa yang telah Kristus lakukan. {7}

    Banyak orang yang bertanya-tanya apakah ada gunanya mengikut jalan Kristus dalam kondisi masyarakat sekarang ini dimana setan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Bagi orang non-Kristen, untuk mengikut Kristus harus membayar mahal. Mengikut Kristus bisa berarti penganiayaan. Dia mungkin mengira bahwa apabila mereka mengikut Kristus maka mereka akan mendapat tekanan dan ancaman karena dianggap murtad dari kepercayaannya yang dahulu. Kebangkitan Kritus memberikan suatu jaminan kepastian pada kita bahwa mengikut Kristus dan menjadikan Dia sebagai Tuhan merupakan tindakan yang sangat berharga. Ketika Kristus bangkit dari antara orang mati Dia tidak hanya mengalahkan kuasa jahat, Dia juga memastikan adanya pembinasaan akhir pada kuasa jahat. Bahkan kita tahu bahwa Dia menggunakan alat-alat kekuatan kuasa jahat untuk mengalahkan kuasa jahat itu sendiri (Kisa Para Rasul 4:25-28). Dengan demikian mengikut Yesus Kristus merupakan pilihan yang paling bijaksana yang harus dilakukan, karena Kristus sendirilah yang akan memimpin menuju kemenangan yang total.

    Kebangkitan Kristus membuktikan Ketuhanan Kristus dengan menunjukkan bahwa Dia telah mengalahkan semua musuh terbesar manusia, yaitu dosa, mati dan maut.

HADIAH BAGI HIDUP YANG BERKELIMPAHAN

Kebangkitan memperlihatkan keagungan Kristus dalam membantu kita mengalami "kebangkitan hidup" di bumi. Melalui hal itu kita dapat mengalami dan merasakan hidup yang berkelimpahan di dalam Tuhan. Kebangkitan merupakan cara Sang Pencipta Hidup memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengalami maksud dan tujuan manusia diciptakan.

Hadiah bagi hidup yang berkelimpahan ini meliputi:

  1. Bebas dari perasaan bersalah.
  2. Kristus menjadi sahabat bagi kita.
  3. Keuntungan dari Allah yang hidup.
  4. Kita memiliki kuasa kebangkitan.

  1. BEBAS DARI PERASAAN BERSALAH

    Kebangkitan Hidup membebaskan kita dari kesalahan atas dosa kita. Kita telah percaya pada pengampunan Kristus dan kita tahu Dia akan mengampuni kita karena ketika Dia bangkit dari kematian Dia memperlihatkan pada kita bahwa Dia telah menanggung dosa kita (1Korintus 15:17). Paulus menulis, "Demikian sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (Roma 8:1).

    Perasaan bersalah merupakan salah satu kekuatan yang merusak dalam hidup seseorang. Tekanan yang secara terus menerus, sering terjadi di alam bawah sadar kita, "Kamu tidak baik!." Para psikolog telah menulis banyak buku mengenai perasaan bersalah yang dapat merusak jiwa seseorang. Beberapa psikolog tersebut mengatakan "Jangan menambah perasaan bersalah pada seseorang dengan membicarakan dosa." Namun demikian, kita tetap berbicara tentang dosa karena kita telah tahu jawaban dari rasa bersalah tersebut. Kita menghadapi fakta bahwa kita adalah orang yang berdosa dan kemudian membiarkan Yesus Kristus menghapus dan membersihkan dosa kita dengan darah-Nya (Ibrani 10:22; 1Yohanes 1:7). Hal yang menggembirakan adalah Allah tidak mengingat dosa kita lagi (Yeremia 31:34), dan membebaskan kita dari perasaan bersalah.

    Saat Paulus merasakan bagaimana Allah begitu murah hati pada orang yang paling berdosa seperti dirinya, Paulus secara spontan menyambut dengan sorak sorai seperti dalam sebuah syair, "Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin." (1Timotius 1:17). Rasa bersalah telah membuka kesempatan untuk pengucapan syukur dan penyembahan.

  2. KRISTUS MENJADI SAHABAT KITA

    Kebangkitan menunjukkan bahwa Juruselamat dan Tuhan kita ini hidup. Karena Dia hidup, maka Dia dapat berhubungan dengan-Nya secara intim. Sebelum Dia meninggalkan bumi dan naik ke surga Dia berkata, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."(Matius 28:20). Fakta kehadiran Kristus diantara kita merupakan suatu misteri bagi orang yang non-Kristen. Teman-teman saya yang beragama Budha ketika saya masih dibangku universitas menertawakan penjelasan saya bahwa Allah adalah sahabat saya. Pada pagi hari ketika saya datang mereka akan bertanya pada saya apakah saya telah berbicara dengan sahabat saya pada hari itu. Tanpa ragu-ragu saya akan menjawab "Ya."

    Ketika seseorang yang non-Kristen datang kepada Kristus, fakta bahwa Kristus hidup dapat membawa suka cita dalam hidup kekristenan. Orang tersebut telah memulai untuk mengikuti Allah yang hidup. Setelah seorang Muslim yang tinggal di Afrika mengikut Kristus, teman-temannya bertanya padanya mengapa dia menjadi Kristen. Orang tersebut menjawab, "Apabila kamu pergi ke suatu jalan, dan tiba-tiba jalan itu bercabang menjadi dua, dan kamu tidak tahu harus memilih jalan yang mana; dan di persimpangan tersebut ada dua orang, satu hidup dan satu mati. Siapa yang akan kamu tanyai mengenai jalan yang harus kamu lalui?" Fakta bahwa Kristus hidup telah membawa dia pada Kekristenan.

  3. KEUNTUNGAN DARI ALLAH YANG HIDUP

    Kehadiran Kristus pada umat Kristiani membawa banyak keuntungan. Kristus itu seperti Gembala yang baik, Dia membimbing hidup kita, dan Dia berdaulat penuh atas semuanya. Kesadaran yang kita miliki ini membawa perasaan damai yang mendalam. Bagian terpenting ketika Kristus bertemu dengan murid-murid-Nya sesudah Dia bangkit dari kematian, adalah Dia sering memberikan salam damai (Lukas 24:36; Yohanes 20:19, 21, 26). Kedamaian ini dapat menyentuh semua segi-segi kehidupan yang dapat menganggu kita. Kita dibebaskan dari hati nurani yang gelisah yang mengakibatkan perasaan bersalah pada masa lalu yang telah kita alami. Kita memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada saat ini karena Yesus, yang berdaulat penuh atas semuanya bersama-sama dengan kita. Kita tidak perlu khawatir akan masa depan yang akan kita hadapi. Jadi damai Kristus menyentuh sikap kita terhadap masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Kedamaian ini sangat berbeda dengan kedamaian yang diberikan oleh dunia (Yohanes 14:27), karena kedamaian ini tidak tergantung kepada lingkungan kita, tetapi pada Kristus, dan Dia "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8).

  4. KITA MEMILIKI KUASA KEBANGKITAN

    Sebab Kristus bersama-sama dengan kita, maka kita memiliki "kuasa kebangkitan-Nya." (Filipi 3:10; Roma 6:4-7; Efesus 1:19, 20). Baru- baru ini saya mendengarkan seorang yang beragama Budha yang berbicara dalam siaran radio dan saya terkesan dengan cara hidup orang Budha yang sangat mulia. Dalam Agama Budha ada banyak prinsip-prinsip yang mirip dengan sistem etika Kristen. Tetapi saya menyadari bahwa sikap mulia ini harus ditempuh dengan kekuatan dan kemampuan orang Budha itu sendiri. Kita mengetahui dengan baik sifat manusia betapa tidak mungkin manusia melakukan hidup yang mulia itu. Tetapi Kristus memberikan pada kita kekuatan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan. Paulus berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:13).

    Kekuatan atau anugerah yang Kristus berikan kepada kita merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh keselamatan dari Tuhan. Keselamatan tidak kita dapatkan dari kerja keras tetapi diberikan kepada kita sebagai hadiah. Jadi, ketika agama-agama lain memaparkan mengenai bagaimana cara hidup yang benar yang berbeda-beda, Yesus Kristus memberikan kepada kita jalan hidup yang benar. Kristus berkata bahwa Dia datang untuk memberikan kepada kita "hidup yang berkelimpahan" (Yohanes 10:10). Oleh karena itu, hidup Kekristenan merupakan respons suka cita atas karya Allah yang ada dalam hidup kita. Ini bukanlah kekalahan perang terhadap kesucian, atau tanjakan suram menuju prinsip yang tak terjangkau. Ini adalah pengalaman suka cita akan hidup yang berkelimpahan, dimana Pencipta itu sendiri yang telah memberikannya sebagai hadiah bagi kita.

    Berikut ini 4 sisi dasar dari kepercayaan kita mengenai keagungan Kristus. Pertama, Kristus membuat pernyataan unik tentang diri-Nya sendiri yang tidak pernah dilakukan oleh pendiri agama besar lainnya. Kedua, Kristus menopang pernyataan ini dengan hidup-Nya yang tidak bercacat. Ketiga, Kristus membuktikan pernyataan-Nya melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Dan keempat, Kristus membuat pernyataan-Nya menjadi nyata dalam kehidupan kita dengan memberikan kesempatan pada kita untuk bisa merasakan suatu hidup yang berkelimpahan dalam Dia.

PERNYATAAN-PERNYATAAN KRISTUS: TIDAK MUTLAK?

Beberapa orang menolak pendapat yang menyatakan keunikan Kristus yang kami sampaikan di sini karena mereka tidak menerima langkah pertama dari alasan kita. Mereka bisa saja setuju mengenai kehidupan Yesus Kristus yang tidak bercacat-cela dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati dan kehadiran-Nya dalam hidup manusia. Tetapi mereka berkata bahwa pernyataan Yesus Kristus dianggap tidak mutlak untuk diterapkan pada agama lain.

ALASAN-ALASAN UNTUK MENOLAK PERNYATAAN KRISTUS

Mereka yang menolak pernyataan keunikan Kristus menawarkan sejumlah alasan. {9} Alasan mereka antara lain bahwa pernyataan mengenai sifat Yesus Kristus, yang banyak ditemukan dalam Injil Yohanes, sebenarnya bukan pernyataan Yesus Kristus sendiri, tetapi bentuk pengungkapan iman dari penulis Perjanjian Baru pada Yesus Kristus dan kasih-Nya. Penulis kitab ini mengalami pengalaman yang penuh dan mendalam pada Kristus yang dicerminkan dalam tulisan mereka mengenai Dia. Keunikan Kristus merupakan fakta yang berharga bagi mereka. Tetapi ini tidak perlu diterapkan dalam hidup non-Kristen.

Pernyataan bahwa Kristus adalah unik dapat disamakan dengan pendapat seorang anak yang menganggap ayahnya merupakan orang yang paling hebat di dunia. Bagi anak ini kehebatan ayahnya merupakan suatu kebenaran yang tidak dapat disalahkan. Tetapi anak yang lain akan mengatakan hal yang sama mengenai ayahnya. Anak tersebut menerapkan suatu fakta yang tidak bisa disalahkan dalam hidupnya. Jadi, di samping harus menghormati hak orang Kristen untuk menganggap bahwa Kristus unik, kita tidak boleh memaksakan gagasan ini sebagai kebenaran mutlak yang harus dimiliki setiap orang.

Jika demikian, apa yang harus orang lakukan terhadap pernyataan tentang keunikan yang diucapkan sendiri oleh Kristus dalam Injil Yohanes? Mereka mengatakan bahwa Injil Yohanes pada intinya merupakan dokumen teologi. Tidak seperti tiga Injil sebelumnya (Sinoptik) yang tidak bisa diandalkan secara sejarah. Pengajaran Yesus sendiri dalam Injil sinoptik merupakan ajaran yang theosentris, yaitu berdasarkan pada Allah. Ketika orang Kristen menjadi semakin sadar akan keunikan mereka, khususnya perbedaan mereka dengan kaum Yudaisme, mereka menjadi lebih semakin Kristosentris (berpusat pada Kristus). Seperti pernyataan seorang penulis, "Perlahan-lahan Kristus menjadi pusat dan Allah didorong ke perbatasan." {10} Mereka mencerminkan pergesaran ini dalam Injil Yohanes.

Iman dan pengalaman dari gereja menunjukkan pada mereka bahwa Kristus adalah unik. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan ini diungkapkan dalam pemahaman mereka mengenai Kristus. Contoh yang paling jelas adalah Injil Yohanes, lebih memperhatikan kebenaran teologia daripada ketepatan sejarah. Di dalam Injil Yohanes ini Yesus digambarkan dengan jelas, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30); dan "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Mereka yang tidak menyetujui pernyataan Kristus ini mengatakan bahwa Anda tidak akan menemui pernyataan semacam ini dalam Injil Sinoptik.

Jadi pernyataan mengenai keunikan Kristus ini tidak harus dianggap datang langsung dari Kristus. Pernyataan-pernyataan itu merupakan pencerminan dari iman dan pengalaman gereja yang ditemukan dalam Injil Yohanes yang merupakan dokumen teologi yang tidak begitu memperhatikan ketepatan sejarah. Oleh karena itu, mereka yang keberatan menuntut bahwa mereka tidak harus meninggikan pernyataan ini ke tingkat kebenaran yang mutlak dan menerapkan semuanya kepada semua orang. Pernyataan-pernyataan itu benar untuk orang Kristen, tetapi belum tentu bisa diterapkan untuk orang non-Kristen.

INJIL YOHANES MERUPAKAN DOKUMEN SEJARAH

Kunci tanggapan kita terhadap alasan diatas adalah bahwa kita percaya Kristus betul-betul membuat pernyataan mengenai diri-Nya sendiri, dan hal tersebut tercatat dalam Injil Yohanes. Disamping kita setuju bahwa Injil Yohanes pada intinya merupakan dokumen teologia, kita juga percaya bahwa Injil Yohanes juga merupakan dokumen sejarah yang akurat. Selain setuju bahwa isi dari Injil Yohanes merupakan refleksi iman dan pengalaman gereja, kita juga percaya bahwa iman dan pengalaman itu berdasarkan pada kebenaran sejarah. Orang Kristen mula- mula berkata bahwa Kristus adalah unik bukan karena kebenaran yang mencerminkan iman dan pengalaman mereka, tetapi juga karena suatu kebenaran yang Yesus nyatakan mengenai diri-Nya sendiri.

Keakuratan sejarah pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam Injil Yohanes dapat dipertahankan. Namun, seseorang yang ingin mencari pembelaan yang rinci harus berkonsultasi dengan seorang ahli yang menangani topik ini.{11}

Yohanes menampakkan keakuratan dalam beberapa pokok. Contohnya adalah referensi-referensi topografinya yang tepat, referensinya mengenai pesta-pesta bangsa Yahudi, dan juga catatan-catatan waktu yang sangat tepat, yang menunjukkan semuanya itu menunjukkan bahwa ia memperhatikan fakta-fakta sejarah. Pada waktu mempelajari Injil Yohanes kita tidak hanya menemukan perhatian dan penekanannya terhadap teologia tetapi juga penghargaannya yang sangat besar terhadap fakta- fakta yang berhubungan dengan kehidupan dan pelayanan Kristus. Ia bahkan menyatakan dirinya sebagai saksi mata dari kejadian-kejadian yang ia jelaskan (Yohanes 21:24). Donald Guthrie menyimpulkan, "Injil Yohanes tidak hanya berkesan sebagai cerita tetapi juga sebagai catatan sejarah." {12}

Perlakuan terhadap Yohanes Pembaptis dalam Injil Yohanes merupakan perlakuan teologis yang tinggi. Kita bahkan tidak mendapat cerita tentang Yohanes yang membaptiskan Yesus. Tujuan pengarang ini (seperti yang ditunjukkan dalam Yohanes 1:7,8) adalah untuk menunjukkan bahwa Yohanes Pembabtis dilahirkan untuk bersaksi bagi Yesus (Tujuan Teologis). Gulungan kitab Qumram (atau Laut Mati), yang berasal dari masyarakat beragama yang tinggal di sekitar daerah Laut Mati pada abad pertama, ditemukan pada pertengahan abad keduapuluh. Pengajaran yang ditemukan dalam gulungan itu menjadi titik temu bagi semua ajaran Yohanes Pembabtis. Bagi para kritikus yang Alkitabiah, penemuan gulungan Alkitab ini menjadi ukuran ketepatan. Penemuan ini juga membantu meyakinkan para kritikus, misalnya J.A.T. Robinson yang mengkritik tentang ketepatan gambaran Yohanes Pembaptis dalam Injil Yohanes. Leon Morris memberi komentar, "Jika Yohanes secara tepat menunjuk pokok teologia saat bersaksi mengenai Yesus, ini menimbulkan anggapan bahwa Yohanes juga memiliki ketepatan dalam bagian kitab yang lain." Morris bertanya, "Jika gambaran Yohanes Pembabtis merupakan gambaran yang baik, mengapa kita harus berpikir lain tentang gambaran dia mengenai Yesus?"{13}

Kata benda dan kata kerja untuk kata "saksi" muncul 47 kali di dalam Injil Yohanes, lebih banyak dipakai di kitab ini dibanding kitab lain dalam Perjanjian baru. Kata "saksi" merupakan istilah yang biasa digunakan yang berhubungan dengan sidang pengadilan untuk mendapatkan kebenaran. Morris menunjukkan bahwa "penggunaan istilah ini merupakan keinginan Yohanes untuk memberikan fakta kebenaran dan dia percaya bahwa fakta kebenaran yang disampaikannya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Fakta kebenaran yang disampaikan oleh Yohanes mengandung suatu kesaksian yang cukup."{14}

Menggunakan gagasan dari kata "saksi" ini, Yohanes membangun alasan yang kuat untuk membuktikan keunikan Kristus. Istilah yang terdapat dalam Injil Yohanes seperti: Alkitab Perjanjian Lama, tanda-tanda mujizat, Yohanes Pembaptis, dan murid-murid (khususnya Thomas) memberikan petunjuk dan kesaksian bagi keagungan Kristus.

Injil Yohanes juga mempunyai lebih banyak referensi tentang kebenaran dibanding kitab lain dalam Perjanjian Baru. Istilah seperti: kebenaran, sebenarnya, dan benar muncul lebih dari 50 kali dalam Injil Yohanes. Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes merekam dan mencatat kejadian yang betul-betul terjadi.

Beberapa orang tetap mengatakan bahwa gagasan kebenaran Yohanes berbeda dengan gagasan kebenaran mereka, sehingga Yohanes tidak memiliki masalah dalam memasukkan apa yang tidak terjadi dalam gagasan kebenaran ini. Morris menanggapi, "Tetapi ini adalah perkiraan. Perkiraan ini harus dibuktikan; tidak cukup untuk menegaskan. Dan bukti tampaknya berlawanan."{15} Kita memiliki kesimpulan bahwa gabungan penekanan dalam kesaksian dan kebenaran dalam berargumentasi mengandung maksud bahwa tulisan dan catatan dalam Injil Yohanes memiliki ketepatan sejarah.

Secara umum kita menyetujui bahwa penulisan Injil Yohanes bertujuan untuk melawan Docetisme, yaitu bidat yang percaya bahwa Yesus tidak melakukan apapun juga melainkan hanya kelihatannya saja, bidat ini mengajarkan bahwa Yesus bukan benar-benar manusia tetapi hanya kelihatannya seperti manusia. Menghadapi pendapat ini, Yohanes menyatakan bahwa Firman itu telah menjadi daging (Yohanes 1:14). Perhatian Yohanes pada kelahiraan Yesus Kristus, kehidupan-Nya dan penderitaan-Nya betul-betul terjadi secara nyata dalam dunia ini. Dengan menulis Injil yang tidak menceritakan sejarah, Yohanes akan kehilangan kesempatan untuk melawan pengikut Docetisme. Ia akan sangat bodoh untuk melawan Docetisme dengan cara apapun kecuali dengan menggunakan bukti sejarah.

Kita tahu bahwa gereja mula-mula sangat menyanjung sejarah. Hubungan langsung dengan sejarah Yesus merupakan hal yang penting untuk keaslian pesan yang disampaikan Injil. Misalnya rasul yang terpilih untuk menggantikan Yudas haruslah orang yang bersama dengan Yesus mulai dari baptisan sampai kenaikan Yesus ke surga (Kisah Para Rasul 1: 21,22). Surat Pertama Yohanes memberikan petunjuk mengenai betapa pentingnya kesaksian orang pertama pada masa gereja mula-mula, "Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Yesus Firman yang hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu." (1Yohanes 1:1). Leon Morris mengamati, "Apa yang membedakan kualitas Iman Kristen adalah orang- orang yang percaya melihatnya dengan kepastian yang tertanam dalam peristiwa sejarah. Mereka tidak seperti orang Yunani atau Romawi, yang agamanya penuh dengan berbagai mitos yang tak dapat dibuktikan oleh seorang pun. Orang Kristen tidak tertarik dengan gagasan-gagasan, tetapi tertarik dengan pribadi Yesus ini. Mereka mempertahankan bahwa Yesus adalah pribadi yang pernah hidup, mati dan bangkit kembali."{16}

Orang-orang Kristen mula-mula menerima Injil Yohanes dan memberikan tempat terhormat di dalam Canon. Mereka tidak akan melakukan hal itu jika Injil ini tidak tepat secara sejarah.

Memang Injil Yohanes berbeda dengan Injil-injil Sinoptik, tetapi pada waktu Yohanes menulis dia mempunyai pengikut dan tujuan yang berbeda daripada para penulis Injil Sinoptik. Seperti dalam suatu pertandingan bola, yang diberitakan di koran beberapa hari lalu. Koran yang satu memberitakan pertandingan itu secara umum. Koran yang lainnya memberikan komentar yang lebih menarik mengenai perkiraan pertandingan, dengan fokus utama permainan para pemain dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi jalannya pertandingan. Kedua artikel ini sama-sama akurat dalam memberitakan fakta tetapi mereka menekankan pada pokok bahasan yang berbeda. Demikian pula Injil Yohanes dan Injil Sinoptik menekankan pokok bahasan yang berbeda pada suatu kejadian, tetapi penekanan mereka secara faktual tetap akurat.

Kesimpulannya, kita tidak boleh begitu saja menghilangkan dampak besar dari pernyataan-pernyataan Yohanes tentang keunikan Yesus Kristus. Sebab Injil Yohanes merupakan dokumen sejarah, dan Injil Yohanes juga mengungkapkan secara tepat pernyataan Yesus Kristus. Kristus menyatakan bahwa Dialah satu-satunya jalan keselamatan bagi semua umat manusia. Hal ini membawa arti bahwa jalan lain tidak cukup sebagai jalan keselamatan. Tentu saja, kita bisa mengabaikan pernyataan ini, tetapi kita tidak boleh melakukannya, sebab Kristus telah membuktikannya melalui hidup-Nya yang tidak bercacat, kebangkitan-Nya, dan pengaruh transformasi-Nya pada hidup manusia.

Pernyataan Kristus mengenai keunikan-Nya yang mutlak tidak sesuai dengan mereka yang mencari tipe baru "keharmonisan" dalam berhubungan dengan agama lain, yang meniadakan panggilan untuk berbalik kepada Kristus. Orang semacam itu akan menemukan pendekatan yang kritis dalam Injil Yohanes. Mereka bisa memberikan alasan tentang pernyataan keunikan Kristus yang muncul dari pengalaman orang Kristen dan bukan dari ucapan Kristus sendiri. Kepercayaan mengenai wahyu Kekristenan sangat dekat hubungannya dengan kepercayaan mengenai keunikan Kekristenan. Sebab pernyataan tentang keunikan-Nya ini dapat dipercaya, berasal dari Kristus sendiri, dan Dia benar-benar unik.

KEUNIKAN KRISTUS DALAM KITAB INJIL YANG LAIN

Kita juga harus mempertanyakan pernyataan yang menyatakan bahwa Injil Sinoptik tidak memberikan gambaran tentang Kristus seistimewa yang digambarkan dalam Injil Yohanes. Sebaliknya, dalam kitab itu kita bisa melihat keunikan Kristus seperti yang disampaikan dalam Injil Yohanes. Apabila dalam Injil Yohanes kita melihat istilah "Akulah" yang menunjukkan keagungan Kristus, maka dalam Injil Sinoptik kata yang mempunyai arti yang sama adalah "Anak manusia". Seperti yang ditunjukkan oleh George E. Ladd bahwa "Anak manusia" pada jaman Yesus adalah "untuk menjelaskan Mesias yang akan datang ke dunia dengan segala kemuliaan kerajaan Allah." {17}

Injil Sinoptik menggambarkan "Anak Manusia" karena akan datang dalam kemuliaan yang agung dengan awan-awan dan malaikat-malaikat (Matius 16:27; 24:30). "Anak Manusia" akan duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Kuasa (Markus 14:62) dan tinggal dalam Tahta Kemuliaan-Nya (Matius 19:28). Ketika Mesias datang, segala bangsa diatas bumi akan meratap (Matius 24:30). Dia akan menghakimi segala bangsa (Matius 25:32). Mereka yang mengakui Dia dihadapan manusia akan diakui-Nya dihadapan Allah Bapa di surga (Matius 10:32). Walaupun surga dan bumi akan berlalu, tapi Firman Tuhan tidak akan berlalu (Matius 24:35). Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabbat (Matius 12:8). Ia memiliki kekuasaan di bumi untuk mengampuni dosa (Matius 9:6). Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana Kristus menganggap diri-Nya dalam Injil-Injil Sinoptik, jadi kita tidak terkejut melihat Dia meminta orang untuk meninggalkan semuanya dan mengikut Dia, hal yang sering muncul dalam Injil-injil Sinoptik.

Kita tahu bahwa pernyataan seperti "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30) tidak muncul dalam Injil Sinoptik. Tetapi Matius 11:27 memiliki kemiripan dengan pernyataan tersebut. Dalam ayat ini Yesus berkata, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya." Yesus melanjutkan sabda-Nya di ayat berikutnya, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."

Berdasarkan pernyataan di atas, sungguh mengejutkan ternyata ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa Injil Sinoptik tidak mengajarkan tentang keunikan Kristus seperti Injil Yohanes. Kesimpulan kita adalah bahwa seluruh Perjanjian Baru menyampaikan Kristus sebagai yang mutlak dan unik, sebagai satu-satunya jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Menolak pernyataan ini berarti tidak setia kepada Perjanjian Baru.

KEBENARAN MUTLAK MEMECAH BELAH PENDENGARNYA

Kembali pada pelayanan Paulus di Athena, kita melihat reaksi yang sangat penting dari para pendengar pidato Paulus, "Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, beberapa diantara mereka mengejek tetapi yang lain berkata, "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu." (Kisah Para Rasul 17:32). Beberapa pendengar menerima pesan yang disampaikan Paulus, yang lain menolaknya, hal seperti ini terjadi dimanapun Paulus berkotbah tentang Injil. Ini memang diharapkan terjadi. Prinsip-prinsip yang tidak bermutu mungkin tidak akan mendapat perlawanan. Tetapi kebenaran yang mutlak (absolut), Juruselamat yang unik dan panggilan-Nya untuk bertobat, akan memecah belah pendengarnya. Beberapa akan menerima perubahan radikal atau mencari tahu lebih banyak lagi. Yang lain akan menolaknya.

Kebenaran yang mutlak menuntut sebuah tanggapan. Seorang akan menerima atau mencari tahu lebih banyak lagi sehingga bisa memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Kita tidak perlu terkejut apabila ada beberapa orang yang menolak berita tentang Kristus. Kalau semua setuju, mungkin karena kita memberikan berita yang jauh tidak bermutu dari Injil Yesus Kristus yang mengubah hidup.

Pengertian dari Injil sebagai kebenaran yang mutlak, yang menuntut tanggapan dan memecah belah para pendengarnya, sangat asing bagi banyak pemikiran agama sekarang ini. Orang-orang sekarang ini membutuhkan keharmonisan dalam beragama, dimana orang yang satu belajar kepada yang lain tanpa mencoba untuk membuat orang bertobat. Kepercayaan pada keagungan dan keunikan Kristus membuat kita memiliki pandangan yang sangat berbeda sekali. Kita melihat Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan kita mendesak "semua orang dimana saja agar bertobat" dari cara hidup yang lama dan mengikut Yesus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat.

CATATAN-CATATAN:

  1. Terdapat dalam J. T. Seamands, "Tell It Well: Comunicating the Gospel Across Cultures" (Kansas City: Beacon Hill Press, 1981), hal. 60.

  2. Leon Morris, "The Lord from Heaven" (Downers Grove, III: InterVarsity Press, 1976),hal. 96.

  3. Seamands, "Tell It Well", hal. 61 (italic his).

  4. M.M. Thomas, "The Acknowledged Christ of the Indian Renaissance" (London: SCM Press Ltd., 1969), hal. 119

  5. George E. Ladd, "I Believe in the Resurrection of Jesus" (Grand Rapids: Eerdmans, 1975), hal. 43.

  6. Donald Guthrie, "New Testament Theology" (Downers Grove, III: InterVarsity Press, 1974), hal. 96.

  7. Oscar Cullman, "Christ and Time", trans, Floyd V. Filson (Philadelphia: The Westminter Press, 1964), hal. 141.

  8. Terdapat dalam Seamands, "Tell It Well", hal. 69

  9. Pendapat ini terdapat dalam S. Wesley Ariarajah, "The Bible and People of Other Faiths" (Geneva: World Council of Churches, 1985).

  10. Ariarajah, "Other Faiths", hal. 24.

  11. Contoh, Leon Morris, "Studies in the Fourth Gospel" (Exeter: Paternoster Press, n.d.); "The Gospel According to John" (Grand Rapids: Eerdmans, 1971), hal. 40-56; "Gospel According to John," International Standard Bible Encyclopedia, vol. 2 rev.ed. (Grand Rapids: Eerdmans, 1982), hal. 1104-6; dan Donald Guthrie, "New Testament Introduction" (Downers Grove, III.: InterVarsity Press, 1970), hal.323-8.

  12. Guthrie, "Introduction", hal. 328.

  13. Morris, "Encyclopedia", hal. 1106.

  14. Terdapat dalam buku yang sama.

  15. Terdapat dalam buku yang sama.

  16. Morris, "Fourth Gospel", hal. 96

  17. George E. Ladd, "A Theology of the New Testament" (Grand Rapids: Eerdmans, 1974), hal. 149.