Abraham Pemimpin Perubahan
Kisah tentang orang Yahudi berawal dari Abraham, kepala suku sederhana yang percaya pada satu Allah. Abraham meninggalkan Ur-Kasdim dan menjadi "bapa sejumlah besar bangsa" (Kejadian 17:5). Abraham menanamkan bibit-bibit yang kemudian membantu menghancurkan penyembahan berhala, menanamkan bibit tiga agama monoteis yang utama (Yudaisme, Kristen, dan Islam), dan mengubah dunia selamanya dengan konsep-konsep tentang monoteisme, keadilan, dan rasa belas kasihan yang ia wariskan. Paling tidak setengah dari penduduk dunia saat ini telah terpengaruh oleh visi Abraham. Tidak heran bahwa Paus Yohanes Paulus II pernah menyatatakan keinginannya yang kuat untuk mengunjungi Ur (di Irak), tempat kelahiran Abraham.
Karakteristik apakah yang Abraham miliki yang menjadikannya pemimpin yang sangat mumpuni? Kita akan membahas bahwa Abraham memunyai ciri-ciri yang melekat dalam pemimpin-pemimpin perubahan.
1. Abraham memiliki visi.
Visi Abraham adalah mendirikan negara baru -- Tanah Perjanjian -- tanah tempat keturunannya akan tinggal sebagai satu umat yang menganut monoteisme, kepedulian terhadap yang tidak berdaya, dan keadilan bagi semua. Walaupun Yakub, cucu Abraham, tinggal di Mesir, dia ingin dikuburkan di gua Makhpela, yang merupakan kuburan Abraham dan Ishak. Yakub meminta Yusuf berjanji agar menguburkannya di Tanah Suci. Yusuf dan saudara-saudaranya menguburkan Yakub di sana. Dia menyalurkan rasa cintanya terhadap Tanah Suci kepada semua anak-anaknya. Kita juga membaca bahkan Yusuf pun meminta saudara-saudaranya berjanji untuk membawa tulang-tulangnya kembali ke Tanah Perjanjian. Yusuf berkata, "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memerhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub... Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini." (Kejadian 50:24-25) Visi ini, diwariskan dari Abraham ke Ishak ke Yakub dan ke anak-anak Yakub, membuat Israel bertahan melewati perbudakan selama beberapa dekade lamanya.
Abraham adalah seorang monoteis dalam masyarakat penyembah berhala dan menyebarkan nama Allah ke mana pun dia pergi (Kejadian 12:8; Kejadian 13:4; Kejadian 13:18). Abraham menanamkan hutan kecil [di Alkitab disebut sebatang pohon tamariska, Red.] di Bersyeba "dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal." (Kejadian 21:33) Tampaknya hutan kecil ini ditanam untuk memberikan keramahan bagi para pengembara dan untuk menyebarkan monoteisme dalam dunia kuno penyembah berhala. Kenyataannya, Midrash dan Talmud [1] menyebutkan bahwa Abraham dan Sara biasa mengundang para pelancong ke dalam rumah mereka dan melayani mereka. Setelah makan, mereka didorong untuk mengucap syukur kepada Allah. Pendekatan ini memampukan Abraham untuk menyebarkan monoteisme dan nilai-nilai keramahan dan kepedulian kepada yang lain dalam dunia kuno.
Tidak mengejutkan jika dia dikenal di dunia kuno sebagai "amir Allah" (Kejadian 23:6, Terjemahan Lama). Abraham tidak hanya sekedar memiliki visi, tetapi dia juga mampu mengekspresikan visi ini kepada keturunan-keturunannya yang hidup selama ratusan generasi kemudian. Kira-kira dua ribu tahun setelah kematiannya, Talmud mengatakan bahwa, "Siapa pun yang memiliki ketiga ciri berikut adalah murid-murid dari bapa Abraham ... mata yang baik [sifat murah hati], roh kerendahan hati, dan jiwa yang sederhana [keinginan yang sederhana]." [2]
2. Abraham memiliki keberanian dan keyakinan.
Alkitab (Kejadian 14) menghubungkan bagaimana Abraham menggerakkan sukunya dan, hanya dengan 318 orang, pergi berperang melawan empat raja yang kuat demi menyelamatkan keponakannya, Lot. Jumlah pasukan Abraham sangat tidak sebanding, tetapi dia mengalahkan dan mengejar empat musuh kuat yang baru saja menang telak mengalahkan lima raja yang kuat lainnya (Raja Sodom dan Gomora dan ketiga sekutu mereka). Abraham tidak hanya berani, dia juga setia dengan warga sukunya, bahkan dengan seseorang yang "ditinggalkan" di Sodom. Para pemimpin perubahan membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko dan membutuhkan keyakinan untuk melaksanakan visi mereka. [3]
3. Abraham memedulikan orang-orang dan memunyai rasa keadilan yang tinggi.
Abraham merupakan orang pertama yang memberikan persepuluhan dari semua hartanya (Kejadian 14:20). Abraham juga sangat ramah kepada orang-orang asing. Kejadian 18 mengisahkan pada suatu hari yang panas ketika Abraham sedang duduk di depan tendanya, ia melihat tiga orang asing. Dia belari menuju mereka dan mengundang mereka untuk datang ke rumahnya untuk membasuh kaki mereka dan menyantap sepotong roti. Abraham tidak menawarkan mereka banyak hal agar mereka mau untuk datang. Tetapi nyatanya, dia menghidangkan mereka roti yang baru dipanggang, dadih dan susu, dan daging anak lembu yang empuk. Selain itu, Abraham berdiri di dekat mereka dan berlaku sebagai tuan rumah serta pelayan. Abraham adalah orang yang sudah berumur, tetapi Alkitab menyatakan, "Lalu Abraham segera pergi ke kemah.... Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya." (Kejadian 18:6, 18:7) Ketika mereka pergi, Alkitab mengatakan, "Abraham berjalan bersama-sama dengan mereka untuk mengantarkan mereka." (Kejadian 18:16) Abraham juga memberikan tamu-tamunya tersebut penghormatan dengan mengantarkan mereka. Keponakannya, Lot, juga bersikap ramah di Sodom, tempat yang sangat tidak memperlakukan orang asing dengan keramahan.
Kepedulian Abraham untuk orang lain juga terlihat saat dia mendengar bahwa Allah bermaksud menghancurkan Sodom dan Gomora. Abraham sangat kecewa sehingga dia berani meminta kepada Allah, "Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25) Tawar-menawar Abraham dengan Allah untuk menyelamatkan Sodom dan Gomora dari kehancuran menunjukan kasihnya yang besar kepada manusia dan sifatnya yang optimis:
Abraham: "Seandainya ada 50 orang yang tidak bersalah di dalam kota itu, apakah seluruh kota itu akan TUHAN binasakan?"
Allah: "Jikalau kiranya Kudapati akan 50 orang yang benar dalam negeri Sodom itu, maka karena mereka itulah niscaya Kupeliharakan kelak segenap tempat itu."
Abraham: "Tetapi barangkali hanya ada 45 orang yang tidak bersalah.... Apakah Tuhan akan membinasakan seluruh kota itu...?"
Allah: "Jikalau Kudapati akan 45 dalamnya, maka tiada Aku membinasakan tempat itu."
Abraham: "Bagaimana kalau hanya ada 40 orang?"
Allah: "Karena sebab orang 40 itu maka tiada Aku akan membinasakan dia"
Seraya percakapan ini berlanjut, Abraham mengajukan permintaan dan Allah mengijinkan 30, 20, 10 orang berturut-turut, sampai akhirnya Abraham menyerah karena tampaknya tidak ada 10 orang yang bersih ditemukan di seluruh kota Sodom, maka dihancurkanlah kota itu (Kejadian 18:23-33).
Cerita ini menunjukan kasih Abraham yang besar terhadap kemanusiaan dan optimismenya. Abraham tidak dapat memercayai bahwa ada beberapa orang sangat jahat sehingga tidak berpengharapan. Pemimpin perubahan memedulikan pengikutnya. Pemimpin perubahan adalah pemimpin yang bisa mendidik dan mendukung pengikutnya.
4. Abraham adalah seorang yang rendah hati.
Abraham merupakan individu yang sangat rendah hati. Dia menganggap dirinya sebagai "debu dan abu" (Kejadian 18:27). Ketika istrinya, Sara, meninggal, Abraham mendekati orang Het karena dia ingin membeli sebuah tempat pemakaman. Abraham berkata tentang dirinya sendiri: "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu." (Kejadian 23:4) Tetapi, orang Het mengenali Abraham dan menyatakannya sebagai "amir Allah" (Kejadian 23:6, Terjemahan Lama). Abraham berbicara kepada orang-orang Het dengan penuh rasa hormat dan bahkan bersujud kepada mereka beberapa kali. Pada akhirnya dia bisa memembayar Efron, orang Het itu, sebesar 400 syikal perak untuk tanahnya. (Yeremia dalam Yeremia 32:9 membayar hanya 17 syikal untuk sebidang tanah seperti itu.) Abraham tahu apa yang Efron inginkan untuk tanah itu karena dia mengatakan harganya pada saat yang sama ketika dia menawarkannya dengan cuma-cuma, "Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan sajalah isterimu yang mati itu." (Kejadian 23:14) Abraham mengerti bahwa Efron hanya berbasa-basi dan sebenarnya menginginkan 400 uang perak; Abraham menolak mengambil keuntungan dari penawaran yang tidak tulus.
Ketika Abraham dan keponakannya, Lot, meninggalkan Mesir, mereka memiliki sejumlah besar ternak. Gembala-gembala mereka masing masing mulai bertengkar karena tanah berumput yang ada tidak cukup untuk kedua kawanan domba. Abraham adalah orang yang cinta damai dan mengatakan kepada Lot, "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? ... jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." (Kejadian 13:8-9) Walaupun Abraham adalah pamannya Lot dan kepala suku, dia tidak sombong. Dia justru mengijinkan keponakannya memutuskan pilihannya terlebih dahulu.
Kebanyakan orang-orang yang sombong sulit memberikan bawahan mereka dengan perhatian secara pribadi dan sering kurang peka terhadap kebutuhan yang lain. Jelas sekali, ukuran kerendahan hati merupakan karakteristik penting dari pemimpin perubahan. Tidak mengejutkan ketika sikap dingin dan sombong menjadi penyebab utama kegagalan kepemimpinan.
5. Abraham memunyai karisma.
Pemimpin yang berkarisma memunyai kemampuan memengaruhi orang lain karena kualitas mereka yang menginspirasi. Kata Ibrani "karisma" berarti "karunia ilahi" dan individu-individu yang memiliki karisma memunyai kekuatan untuk menjaga kesetiaan sejumlah besar orang. Conger dan Kanungo (1988, hal. 79) mengatakan bahwa pengikut-pengikut para pemimpin yang berkarisma menganggap mereka memiliki sifat kepahlawanan dan kemampuan yang luar biasa setelah mengamati sikap-sikap tertentu dari mereka. Mereka adalah inspirasi bagi pengikut mereka; mereka sendiri adalah teladan dari sikap-sikap yang didambakan.
Abraham memiliki karunia ilahi yang penting sejak Allah meyakinkannya bahwa, "Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau." (Kejadian 12:3) Selain itu, hampir 4.000 tahun setelah kematiannya, dia tetap menjadi teladan bagi miliaran orang. Kuburannya, gua Makhpela di Hebron, merupakan tempat suci yang dikunjungi oleh ratusan orang setiap hari.
Jelas bahwa Abraham dapat menarik pengikut dan, seperti yang telah disebutkan di atas, 318 orang bergabung dalam pertempuran berbahaya melawan empat raja yang kuat. Orang-orang Het menghormatinya dan menganggapnya sebagai "amir Allah" ketika dia melakukan pendekatan untuk membeli tanah kuburan untuk Sara. Pengikutnya sangat setia kepadanya. Selain itu, Abraham bisa mengirimkan hambanya dengan sepuluh unta yang memuat dengan barang-barang ke negeri yang jauh tanpa takut hambanya akan membawa lari hartanya (Kejadian 24). Hambanya melakukan tugasnya dengan baik -- mencarikan istri bagi anak tuannya -- dan membawa pulang Ribka.
Pastinya, Abraham cukup berpengaruh karena bahkan raja Abimelekh dan kaptennya, Pikhol, ingin membuat persekutuan dengannya. Alasan utama mereka menginginkan bersekutu dengan Abraham karena "Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan." (Kejadian 21:22- 33) Jelas sudah, Abraham, seorang pria dari Ur, sangat terkenal dan namanya tersebar ke seluruh dunia sehingga seorang raja pun ingin mengadakan perjanjian dengannya.
6. Abraham bersedia mempersembahkan kurban demi kepercayaannya.
Cerita tentang pengujian Abraham -- Allah memintanya mengurbankan anak terkasihnya, Ishak -- menunjukan kesediaan Abraham memberikan kurban pribadi kepada Allah (Kejadian 22). Menarik sekali menyaksikan rekasi Abraham setelah malaikat Tuhan berkata, "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah." (Kejadian 22:12) Abraham tidak berbicara kepada anaknya, tetapi "menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya," Abraham mencari persembahan lain karena dia sungguh-sungguh berdedikasi kepada Allah.
Apakah alasan pencobaan Abraham ini? Bisa saja pencobaan ini menyatakan cara Allah menunjukan kepada Abraham bahwa menyebarkan monoteisme membutuhkan pengurbanan besar dari orang yang percaya. Tentu saja, ada ribuan martir sebelum monoteisme menang atas penyembahan berhala. Pemimpin-pemimpin perubahan yang berkarisma perlu bersedia membuat pengurbanan demi organisasi mereka. [6] Selain itu, pemimpin-pemimpin perubahan memotivasi pengikut-pengikut mereka untuk mengurbankan kepentingan diri untuk manfaat yang lebih besar. [7] Abraham adalah orang yang bersedia memberikan kurban yang besar dan itulah sebabnya dia membuktikan bahwa dia adalah pilihan yang tepat sebagai kepala pertama yang disegani. Selama berabad-abad tahun, pengikut-pengikut Abraham -- pemeluk monoteisme -- juga memberikan pegurbanan yang besar untuk menyebarkan nilai-nilainya di dunia penyembah berhala.
7. Abraham berani berbeda. Dia adalah agen perubahan.
Tidaklah mudah -- dan bahkan terkadang berbahaya -- tampil berbeda di antara orang-orang sekitar Anda. Suku Abraham berbeda dan sangat lain dengan orang-orang di sekitar mereka. Salah satu perbedaan yang nyata adalah bahwa mereka adalah monoteis di tengah-tengah masyarakat penyembah berhala.
Pandangan Abraham tetang keramahan terhadap orang asing juga sangat bertentangan dengan filsafat Sodom dan Gomora, tempat- tempat yang membenci orang asing. "Keramahan" orang-orang Sodom adalah pemerkosaan terhadap orang asing yang masuk ke negara mereka (Kejadian 19:4-5); Abraham menunjukan keramahan kepada orang asing dengan melayani mereka secara pribadi. Orang-orang asing tidak diperlakukan dengan baik dalam dunia kuno dan Abraham sendiri tidak diperlakukan dengan baik ketika pergi bersama istrinya ke Mesir. Dia takut akan dibunuh sehingga istrinya dapat diambil (Kejadian 12:11-13).
Pemimpin-pemimpin perubahan adalah agen perubahan yang memiliki kemampuan untuk mengubah arah organisasi sepenuhnya. Abraham tidak hanya berani bersikap beda pada masanya, tetapi juga mengubah direksi keagamaan kemanusiaan.
Kesimpulan
Pencapaian utama Abraham adalah menyebarkan kepercayaan terhadap satu Allah di dalam dunia yang dipenuhi oleh penyembahan berhala. Dunia saat ini telah berubah drastis karena Abraham menyebarkan monoteisme dan juga filsafat yang mengiringinya tentang memerhatikan sesama manusia. Filsafatnya kemudian dijadikan sebagai hukum: "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Imamat 19:18). Ciri-ciri apa sajakah yang dimiliki banyak pemimpin-pemimpin Alkitab yang berpengaruh, terutama Abraham? Karakteristik yang demikianlah yang diperlukan pemimpin perubahan manapun untuk mengubah suatu organisasi: sebuah visi, karisma, keyakinan, keberanian, kesediaan untuk tampil beda, perhatian untuk orang lain, dan kesediaan untuk memberikan pengurbanan besar untuk visinya. Filsafat Abraham dapat menjadi paradigma atau tolak ukur bagi pemimpin sukses saat ini. (t/Uly)
Catatan kaki:
[1] (Midrash Genesis Rabbah 54:5; Ethics of the Fathers of Rabbi Nathan 7; Bava Metzia 86b)
[2] (Ethics of the Fathers 5:19)
[3] (Black and Porter 2000, pp. 434-435; Nahavandi 2000, p. 189; Northouse 1997, pp. 141- 143).
[4] (Black and Porter 2000, p. 434; Nahavandi 2000, p. 188-189; Ross and Offerman 1997)
[5] (Nahavandi 2000, p. 65)
[6] (Black and Porter 2000, pp. 431-434)
[7] (Northouse 1997, hal. 134-136)
[8] (Northouse 1997, hal. 143)
Referensi:
Black, J. S. and L. W. Porter (2000), Management: Meeting New Challenges. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Nahavandi, A. (2000), The Art and Science of Leadership. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Northouse, P. G. (1997), Leadership: Theory and Practice. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Ross, S.M. and L. R. Offerman, (1997), "Transformational Leaders: Measurement of Personality Attributes and Work Group Performance," Personality and Social Psychology Bulletin, 23(October), 1078-1086.
Diterjemahkan dan disunting dari: