Profil Kepemimpinan Yohanes Pembaptis (Bagian II)

Selain memakai Yohanes sebagai pembuka jalan bagi Kristus (baca e-Leadership 70 -- http://sabda.org/publikasi/e-leadership/070), Allah juga memakai Yohanes sebagai mediator pembawa berita sekaligus saksi awal dari pelayanan Yesus.

Apakah Isi Kesaksian Yohanes Pembaptis?

Bagian prolog [Yohanes 1:1-18] menegaskan bahwa Yohanes Pembaptis harus bersaksi tentang terang (1:7). Terang di dalam Injil Yohanes tidak mengacu pada suatu iluminasi di dalam, atau penyataan kepada diri manusia. Simbol terang di dalam Injil Yohanes menunjuk secara konsisten kepada Yesus (12:46). Istilah terang dalam 1:7-8 digunakan sebanyak 3 kali seolah ingin menegaskan bahwa tidak ada berita lain yang dipersaksikan Yohanes Pembaptis kecuali mengenai Yesus sang Terang Dunia. Keharusan memberitakan Kristus kepada semua orang ditegaskan dengan istilah "kekragen" (1:15).

Kata kerja "kekragen" yang dapat diterjemahkan "berseru", atau "berteriak", tidak hanya menegaskan kembali otoritas dan kewenangannya sebagai saksi yang diutus Allah melainkan juga urgensi beritanya. Berita itu begitu mendesak dan penting untuk didengar sehingga ia harus berteriak. Sejak awal, narator telah menegaskan Kristus merupakan pusat pemberitaan itu. Semua kehidupan, perkataan, dan perbuatan berpusat dan menunjuk kepada Kristus. Ketika delegasi dari Yerusalem mempertanyakan otoritasnya, Yohanes mengatakan dengan tegas bahwa dirinya bukanlah Mesias, bukan Elia, dan juga bukan nabi yang akan datang itu [1]. Sebaliknya, ia menegaskan fungsinya sebagai saksi yang bersuara dengan berseru-seru.

Kemudian dari Yohanes 1:19-36 tercetus empat pokok kesaksiannya. Pertama, Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan dengan Roh Kudus jelas menunjukkan kedatangan sang Mesias seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama (PL) (Yesaya 11:2; 61:1). Kedua, Yesus dan Roh Kudus tidak terpisahkan. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus tinggal di atas Yesus, ia tidak ragu-ragu lagi bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan itu. Oleh sebab itu, ia tidak ragu-ragu memaklumatkan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Ketiga, Yohanes Pembaptis menyatakan ciri-ciri Yesus sebagai Anak Domba dengan tugas universal, yakni menghapus dosa dunia. Akhirnya, sebagai klimaks, ia mempersaksikan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kesaksiannya ini sejalan dengan tujuan penulisan Injil Yohanes yang dirumuskan dalam 20:31.

Pemikiran dan pelayanan Yohanes Pembaptis yang menempatkan Yesus sebagai pokok utamanya dapat kita temukan pula dalam 3:27-36, namun dengan bentuk yang lebih diperluas dan diperdalam. Ia meluaskan uraiannya tentang objek iman orang percaya, dan Yesus sebagai objek imannya. Ia melukiskan kekekalan Yesus. Kasih sebagai ciri-ciri relasi di antara Yesus dan Allah Bapa juga diungkapkan dengan jelas. Yesus datang dari surga, diutus oleh Allah ke dalam dunia untuk menyampaikan firman-Nya dengan kuasa Roh Kudus (3:34). Tujuannya ialah agar manusia percaya kepada-Nya (3:33, 36), meskipun tidak sedikit pula yang menolak untuk percaya kepada-Nya (3:32, 36). Kesaksian Yohanes Pembaptis sedemikian kuatnya, namun tidak terlihat respons murid-muridnya apakah mereka percaya atau tetap bertahan mengikutinya.

Isi kesaksiannya adalah kebenaran (5:33) namun tidak berarti bahwa segala sesuatu yang ia katakan selalu benar. Di sini terasa nuansa kebenaran yang agak pribadi. Ia bersaksi bahwa Yesus adalah kebenaran dan orang banyak membenarkan bahwa yang dikatakannya tentang Yesus adalah benar (10:41).

Kesaksian Yohanes Pembaptis Ditujukan kepada Siapa?

Prolog tidak mengungkapkan secara jelas kesaksian Yohanes Pembaptis ditujukan kepada siapa. Narator mengungkapkannya hanya secara samar-samar dengan memakai istilah "pantes" (1:7). Istilah ini dipakai dalam bentuk jamak maskulin dan dapat diterjemahkan sebagai "semua orang." Namun, tidak berarti bahwa ia bersaksi secara eksklusif kepada pria atau suatu golongan masyarakat saja. Terminologi "pantes" bersifat inklusif. Ini berangsur-angsur akan semakin tampak jelas dalam Injil Yohanes. Agar lebih jelas, kita akan menguraikannya satu per satu.

Pertama, Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Mesias kepada pemimpin-pemimpin agama Yahudi (1:19-28). Para pakar Injil Yohanes umumnya berpendapat bahwa yang mengutus delegasi kepada Yohanes Pembaptis adalah pemimpin-pemimpin agama Yahudi [2]. Beberapa imam, orang-orang Lewi dan Farisi diutus oleh mahkamah agama Yahudi di Yerusalem untuk menginterogasi Yohanes Pembaptis. Ketika berhadapan dengan pemimpin agama ia mengutip PL yang secara tidak langsung menegaskan fungsinya sebagai saksi dan juga tema sentral PL tentang kedatangan Mesias.

Kedua, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada masyarakat Yahudi [3]. Mengapa ia membaptis orang banyak? Tujuan baptisan itu bukan untuk membentuk suatu kelompok pengikut yang militan dan setia kepadanya. Ia mengatakan dengan tegas bahwa tujuan baptisan yang dilakukannya kepada orang banyak itu adalah untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias, sehingga dengan demikian mempersaksikan Kristus telah datang ke dunia.

Ketiga, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada murid-muridnya. Ia mengetahui bahwa tujuannya bukanlah untuk membentuk suatu komunitas yang setia kepadanya selamanya. Meskipun ia memiliki murid-murid namun tanpa ragu-ragu ia mengarahkan mereka untuk mengikuti Yesus. Ia berulang kali memberikan kesaksian tentang Yesus kepada mereka, dan sebagai hasilnya, beberapa di antara murid-muridnya kemudian mengikuti Yesus.

Kepada murid-murid yang masih bertahan mengikuti dirinya, Yohanes kembali mendorong agar mereka mengikuti Yesus (3:27-36). Ia menggambarkan orang percaya sebagai orang yang menerima kesaksian Yesus (3:33) dan percaya kepada sang Anak (3:36). Dengan menerima kesaksian Yesus, orang itu meneguhkan kebenaran Allah dan ia memperoleh kehidupan kekal. Sebaliknya, orang yang tidak percaya tidak taat kepada Anak (3:36). Ketidaktaatan meneguhkan murka Allah tetap ada di dalam dirinya. Yohanes Pembaptis membedakan secara tegas orang yang sudah percaya dan orang yang menolak Yesus. Kontras ini dibuat agar murid-murid-Nya mengerti arti dan konsekuensi mengikuti Yesus, sehingga mereka akan terdorong untuk percaya kepada Yesus.

Keempat, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada orang Samaria, tetapi tidak begitu jelas apakah daerah "Ainon dekat Salim" (3:23) berada di wilayah Samaria [4]. Jika ya [5], berarti ia bersaksi juga kepada orang Samaria. Mengingat perseteruan antara orang Yahudi dan Samaria cukup mendalam saat itu, kesaksiannya kepada orang Samaria tentu hanya bisa dijelaskan sebagai perluasan dan penjelasan istilah "semua orang" dalam prolog (1:7). Kesaksiannya menembus batas-batas rasial dan wilayah. Ia mengerti bahwa pemberitaan bahwa Yesus adalah Mesias tidak boleh sebatas di satu wilayah etnis tertentu karena Yesus datang untuk menghapus dosa dunia. Pemahaman inilah yang mungkin membawanya hingga ke Samaria. Kesaksiannya kepada orang Samaria bisa dikatakan merupakan perwujudan nyata dari kesadarannya akan universalitas Injil.

Apakah Efek Kesaksian Yohanes Pembaptis?

Prolog menegaskan bahwa Yohanes Pembaptis bersaksi agar semua orang menjadi percaya kepada Yesus melalui pelayanan kesaksiannya (1:7). Di dalam 1:19-28 dicatat bahwa pemimpin-pemimpin agama Yahudi merasa perlu "memeriksa" otoritas dan wewenang kesaksiannya. Ini memberikan kesan bahwa kesaksiannya berdampak begitu luas di tengah masyarakat Yahudi. Bila usulan Rainer Riesner bahwa frasa "Betania yang di seberang sungai Yordan" menunjuk kepada wilayah Batanaea [6], maka dapat dibayangkan bahwa perjalanan yang harus ditempuh oleh delegasi dari Yerusalem relatif cukup jauh. Ini menunjukkan bahwa dampak kesaksian Yohanes Pembaptis bukan hanya luas namun dalam pandangan para pemimpin agama, kesaksian itu juga dianggap sudah membahayakan. Namun, tidak jelas bagaimana reaksi dan respons delegasi ini terhadap kesaksian Yohanes Pembaptis.

Kesaksian Yohanes Pembaptis yang terus-menerus kepada murid-muridnya akhirnya membuahkan hasil. Kontinuitas kesaksiannya terekam di dalam frasa "Inilah Dia yang kumaksudkan ketika aku berkata...." (1:15, 30), juga ketika ia mengulangi kesaksiannya (1:29, 35; 3:28). Beberapa di antara mereka meninggalkannya dan mengikuti Yesus. Jika murid-murid yang seharusnya setia kepada sang guru sampai bersedia meninggalkannya, tidak heran bahwa orang banyak pun percaya kepada Yesus karena kesaksian itu (10:41).

Akibat lain dari kesaksiannya ialah ia bersukacita. Para muridnya merasa gusar melihat popularitas Yesus semakin meningkat. Semakin kuatnya popularitas Yesus dirasakan juga oleh orang-orang Farisi (4:1). Bagi Yohanes Pembaptis, peningkatan popularitas Yesus merupakan tanda bahwa tugasnya sebagai saksi telah berhasil. Keberhasilan mengemban tugas inilah yang menyebabkan dia bersukacita. Suasana sukacita dalam suatu pesta perkawinan dipinjamnya untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Allah sudah menetapkan bahwa popularitas dan jumlah pengikut Yohanes akan semakin berkurang, seiring dengan peningkatan popularitas dan jumlah pengikut Yesus. Inilah sukacitanya: ia semakin kecil sementara Yesus semakin besar.

Namun, selain ia bersukacita, ia juga dipenjarakan (3:24). Injil Yohanes tidak memberikan laporan alasan pemenjaraan dirinya dan di manakah ia ditangkap [7]. Ini tidak sepenting kesaksiannya kepada murid-muridnya (3:27-36).

Dampak luas kesaksian Yohanes Pembaptis cukup mendalam dan mengesankan masyarakat banyak (10:41). Namun, sekali lagi, terdapat kesan bahwa Kristus sebagai pusat utamanya dirasakan cukup mendalam oleh mereka yang pernah mendengarnya. Mereka membenarkan bahwa semua perkataannya menunjuk kepada Yesus, dan sebagai akibatnya, mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (1:34; 20:31).

Kesimpulan

Beberapa hal dapat disimpulkan dari pembahasan ringkas artikel ini [e-Leadership 70 dan 71]. Pertama, sejak Adolf von Harnack (1892), sebagian pakar Injil Yohanes tidak melihat adanya hubungan erat antara prolog dan bagian lain kitab ini. Michael Theobald dalam Die Fleischwerdung des Logos (1988) menegaskan kembali pendapat ini. Mereka melihat prolog sebagai unit terpisah dari Injil Yohanes. Namun, pembahasan tentang ciri-ciri Yohanes Pembaptis di atas mengungkapkan keterkaitan antara prolog dan Injil Yohanes; Injil Yohanes merupakan perluasan rumusan padat prolog, dan prolog itu adalah miniatur Injil Yohanes. Terungkap adanya relasi simbiosis antara prolog dan Injil Yohanes.

Kedua, Yohanes Pembaptis adalah saksi Kristus. Ia menjadi saksi karena diutus Allah. Semua perilaku, pemikiran, perkataan, dan perbuatannya mewujudnyatakan tugas kesaksian yang diberikan Allah kepadanya. Ia menjadi saksi bagi Kristus agar orang lain percaya kepada Yesus dan memperoleh hidup kekal. Dengan perkataan lain, Kristus menjadi pusat seluruh hidupnya. Ciri-ciri Yohanes Pembaptis sebagai saksi terlukis konsisten di dalam Injil Yohanes secara berangsur-angsur.

Ketiga, Yohanes Pembaptis mendemonstrasikan bahwa tugas pemimpin adalah membawa orang-orang yang dipimpinnya kepada Kristus. Ia melakukan hal ini bukan hanya melalui berita yang dipersaksikan melainkan juga melalui seluruh kehidupannya. Pemimpin yang hidup berpusatkan pada Kristus merupakan demonstrasi nyata dari hidup di dalam Kristus dan juga sekaligus, hidup untuk membawa orang lain kepada-Nya. Kepemimpinan bagi Yohanes Pembaptis berarti menjadi semakin kecil dalam popularitas, pengaruh, dan jumlah pengikut.

Bagaimana ini mungkin terjadi? Jawabannya: Proses itu dimungkinkan jika seorang pemimpin menyadari hakikat dirinya sebagai saksi Kristus. Rumusannya tidak boleh dibalik. Seseorang tidak harus menjadi pemimpin terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi saksi. Jika seseorang bersaksi bagi Kristus di dalam dan melalui kehidupannya -- dengan perkataan dan perbuatan -- ia adalah seorang pemimpin.

Catatan kaki:

[1] Untuk diskusi lihat R.E. Brown, The Gospel According to John i-xii (New York: Doubleday, 1966) 46-50.

[2] Misalnya, Brown, 42-43.

[3] Injil Sinoptis dan Yosefus, Jewish Antiquities 18.118, melaporkan bahwa masyarakat dalam jumlah besar berbondong-bondong mendatangi Yohanes Pembaptis.

[4] Brown, 151.

[5] Murphy-O'Connor mempertahankan dengan bukti-bukti bahwa Yohanes Pembaptis berada di wilayah Samaria ("John the Baptist and Jesus: History and Hypotheses," New Testament Studies 36 [1990] 362-366).

[6] R. Riesner, "Bethany Beyond the Jordan (John 1:28): Topography, Theology and History in the Fourth Gospel," Tyndale Bulletin 38 (1987) 29-64.

[7] Injil Sinoptis dan Yosefus, Jewish Antiquities 18.116-119, memberikan alasan penangkapan Yohanes Pembaptis.

Diambil dan disunting dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar