Pemimpin yang Tidak Sempurna

Pikiran Allah berbeda dengan pikiran kita. Kita cenderung menyamakan kepemimpinan dengan kekuasaan; sedangkan Dia menyamakan kepemimpinan dengan pelayanan seorang hamba. Kita ingin kekuatan supaya dapat membantu pekerjaan Allah; tetapi Dia malah membuat kita lemah supaya Dia dapat menunjukkan kuasa-Nya. Kita memperlihatkan keunggulan diri kita supaya orang lain lebih percaya kepada kita; sedangkan Dia membiarkan kita gagal supaya orang melihat bahwa kita tidak ada artinya jika terpisah dari Allah.

Kita cenderung memperhatikan kepribadian, kecerdasan, pendidikan, dan kekuatan seorang pemimpin. Mereka yang bersikap seperti itu meyakini bahwa seorang pemimpin yang sempurna selalu berbuat benar. Pujian yang berlebihan seperti itu merupakan humanisme -- menjadikan manusia sebagai ukuran segala sesuatu. Yang lebih buruk lagi ialah munculnya sikap memberhalakan seseorang -- perhatian kita terpusat pada seseorang, dan bukan pada Allah.

Gambar: 10 Tanda Peringatan

Oleh karena itulah, Allah membiarkan para pemimpin jatuh. Kegagalan, kebimbangan, dan kemerosotan prestasi membuat mereka dengan rendah hati menyadari kekurangan mereka sehingga para pengikut mereka menghilangkan impian dan ketergantungannya pada para pemimpin tersebut. Hal ini merupakan peringatan yang baik, yakni supaya kita semua -- baik para pemimpin maupun para pengikut -- menjalani kehidupan ini dengan rendah hati. Pada akhirnya, hal terbaik yang kita miliki adalah kebaikan Allah. Itulah sebabnya kita perlu mengakui bahwa "kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah" (2 Korintus 3:5).

"SETELAH MENGETAHUI KELEMAHAN KITA
BARULAH KITA DAPAT BERGANTUNG PADA KEKUATAN ALLAH."
Diambil dari:
Nama situs : Alkitab SABDA
Alamat situs : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=84
Judul artikel : Pemimpin yang Tidak Sempurna
Penulis artikel : DHR
Tanggal akses : 16 Juni 2017
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar