Pemimpin Pembelajar (II)

Shalom,

Setinggi dan seterjal apa pun pendakian yang Anda lakukan, jika yang Anda daki adalah gunung, suatu saat Anda akan mencapai puncaknya. Akan tetapi, jika Anda sedang mendaki lereng kepemimpinan, mengharapkan sebuah puncak merupakan sesuatu yang naif. Sebab, kepemimpinan tidak memiliki puncak. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus terus "mendaki" (baca: belajar) di sepanjang hidupnya. Karena, tetap belajar merupakan sarana yang diperlukan pemimpin untuk bertahan pada posisinya, bahkan menolongnya mendaki lebih tinggi. Mereka yang setelah duduk pada kursi kepemimpinan, baik skala kecil maupun besar, menghentikan kegiatan belajar sedang menjadikan dirinya sendiri seorang pengikut, bukan pemimpin. Hanya pemimpin pembelajarlah yang akan terus mendapati orang-orang setia mengikuti dirinya.

Pertanyaannya, bagaimana menjadi seorang pemimpin pembelajar itu? Tip dalam e-Leadership edisi 147 ini, kami harapkan dapat memberikan inspirasi bagi Anda, para pemimpin dan calon pemimpin, untuk tetap belajar bahkan ketika Anda telah merasa ada di puncak. Selamat membaca.


Staf Redaksi e-Leadership, Berlin B.

Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. (Filipi 4:9)

Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar