Menyiapkan Regenerasi

Pernahkah Anda membayangkan apa yang akan terjadi pada gereja Anda ketika gembala sidang Anda dipanggil Tuhan? Seperti kita lihat di gereja-gereja yang ada saat ini, sebagian besar gereja yang cukup besar sangat bergantung pada figur gembala sidangnya. Nah, kembali saya bertanya, "Bagaimana jika gembala sidang Anda tiba-tiba meninggal dunia? Apakah yang akan terjadi dengan gereja Anda? Siapakah orang yang akan menggantikan posisi gembala sidang yang telah meninggal dunia?" Pertanyaan ini mungkin sederhana, tetapi bisa memiliki banyak jawaban. Mungkin ada yang berpendapat bahwa seharusnya, istri atau anak dari gembala sidang harus meneruskan jabatan gembala sidang tersebut. Atau, mungkin ada yang berpendapat bahwa seharusnya wakil gembala sidang yang menggantikannya, atau mungkin ada juga yang berpendapat bahwa sinode gerejalah yang berwenang untuk memutuskan siapa pengganti gembala sidang tersebut, atau mungkin juga ada yang berpendapat bahwa harus dilakukan voting di antara jemaat untuk menentukan siapa pengganti gembala sidang tersebut.

Apa pun jawabannya, apakah ada jaminan bahwa gereja Anda akan tetap bersatu ketika akhirnya gembala sidang yang baru terpilih? Apakah Anda yakin bahwa gereja Anda akan tetap menghormati siapa pun yang nantinya akan menjadi gembala sidang Anda? Apakah Anda sendiri akan tetap mendukung gembala sidang yang baru, ataukah justru sebaliknya? Apakah orang-orang yang tidak terpilih menjadi gembala sidang akan tetap melayani di gereja Anda, ataukah justru malah keluar dari gereja dan membentuk gereja baru?

Banyak jawaban yang mungkin, tetapi hari ini kita mau belajar dari Musa dan Yosua. Sebelum bangsa Israel masuk ke dalam tanah perjanjian, Musa terlebih dahulu meninggal dunia di tanah Moab (Ulangan 34:5). Musa adalah salah satu pemimpin karismatik dan salah satu nabi yang sangat dihormati oleh bangsa Israel, bahkan umat Muslim pun juga menganggap Musa sebagai salah satu nabi mereka. Sebagai seorang pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir ke tanah Kanaan dengan cara yang ajaib, seorang pemimpin yang mampu membuat tulah dan bahkan mukjizat dengan tongkatnya, seorang pemimpin yang berbicara dengan Tuhan di atas Gunung Sinai, bahkan Yesus pun berbicara dengan Musa dan Elia di atas gunung. Semua hal tersebut menunjukkan betapa besarnya Musa dalam kehidupan bangsa Israel.

Pastilah bangsa Israel sangat kehilangan Musa ketika ia meninggal dunia. Dikatakan bahwa ketika Musa meninggal, ia berumur 120 tahun, matanya belum kabur, dan kekuatannya pun belum hilang (Ulangan 34:7). Itulah sebabnya, bangsa Israel pun berkabung selama 30 hari atas kematian Musa. Pastilah bangsa Israel akan sulit untuk mencari pengganti Musa yang juga memiliki karisma seperti Musa. Ada kemungkinan bangsa Israel pun akan terpecah belah ketika Musa meninggal dunia. Akan tetapi, Alkitab mengatakan bahwa ketika Yosua bin Nun naik menjadi pemimpin bangsa Israel, orang Israel mau mendengarkan dia dan mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Yosua (Ulangan 34:9).

Siapa sebenarnya Yosua bin Nun itu? Yosua pertama kali muncul pada saat bangsa Israel mengalahkan bangsa Amalek. Waktu itu, Musa meminta Yosua untuk menyiapkan orang-orang dari bangsa Israel yang akan berperang menghadapi orang Amalek (Keluaran 17:9). Saat pertempuran, Yosua pun menjadi pemimpin di medan pertempuran, sementara Musa bersama Harun dan Hur meminta pertolongan Tuhan di atas bukit (Keluaran 17:13). Selanjutnya, Musa mulai menjadikan Yosua sebagai abdinya, dan Yosua pun mulai ikut naik ke Gunung Sinai (Keluaran 24:13). Yosua akhirnya menjadi penunggu Kemah Pertemuan, tempat Tuhan hadir untuk berbicara kepada Musa (Keluaran 33:11), sampai akhirnya Yosua terpilih menjadi satu dari 12 mata-mata bangsa Israel ke tanah Kanaan. Ia bersama Kaleb menjadi orang-orang yang tetap beriman teguh kepada Tuhan ketika 10 mata-mata lainnya mengatakan bahwa mereka tidak mungkin menang melawan bangsa Kanaan. Akibatnya, Tuhan mengatakan bahwa hanya Yosua dan Kaleb sajalah orang-orang dari generasi pertama bangsa Israel yang akan masuk ke dalam tanah Kanaan (Bilangan 14:30).

Dari kesimpulan di atas, sebenarnya Tuhan sudah memberi petunjuk bahwa regenerasi di dalam gereja pun mau tidak mau harus terjadi. Dan, Alkitab pun tidak pernah memberikan jawaban yang pasti tentang siapa yang harus menggantikan posisi pemimpin umat-Nya. Dalam beberapa hal, regenerasi itu didasarkan pada keturunan langsung dari pemimpin sebelumnya (Contoh: Abraham – Ishak – Yakub – Yusuf; Raja Daud – Raja Salomo), tetapi ada pula contoh saat Tuhan mengangkat orang yang bukan dari keturunan raja/imam untuk menjadi raja/imam (Contoh: Musa – Yosua; Imam Eli – Samuel; Raja Saul – Raja Daud; Elia – Elisa; Paulus - Timotius).

Walaupun demikian, sudah seharusnya setiap pemimpin harus menyiapkan penerusnya pada masa depan. Regenerasi harus sudah dipikirkan ketika seseorang naik menjadi pemimpin. Apakah ada di antara kita yang telah menjadi pemimpin, baik itu di kantor, gereja, pelayanan, ataupun keluarga? Sudah saatnya kita mendidik orang lain agar nanti bisa menjadi penerus kita. Atau, apakah kita saat ini belum menjadi pemimpin? Belajarlah dari pemimpin Anda dan ikutilah teladannya, ambillah hal-hal yang baik dan buanglah hal-hal yang buruk, sama seperti Yosua pun sejak awal mulai mengikuti Musa, demikian kita pun harus siap menerima tongkat estafet regenerasi dari pemimpin kita suatu saat nanti. Sudahkah kita siap untuk melakukan regenerasi?

Diambil dan disunting dari:

Nama situs: Renungan Randite Herawan
Alamat URL: http://renunganranditeherawan.blogspot.com/2011/11/menyiapkan-regenerasi.html
Penulis artikel: Randite Herawan
Tanggal akses: 9 Juni 2015
Jenis Bahan Indo Lead: 
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar