Menggunakan dan Menyalahgunakan Otoritas

BAGIAN A3
MENGGUNAKAN DAN MENYALAHGUNAKAN OTORITAS

Oleh : Ralph Mahoney

Daftar isi :
A3.1 - Menyalahgunakan Otoritas
A3.2 - Otoritas Pemberian Allah
A3.3 - Pemimpin-pemimpin yang patut diikuti

Bab 1
Menyalahgunakan Otoritas

Pendahuluan

Seorang pemimpin sidang yang terkenal tercatat pernah menyatakan suatu pendapat nya yang membahayakan, mengatakan :

Apabila suatu 'otoritas suatu utusan' atau 'otoritas rohani' mau membicarakan sesuatu atau ingin memberi nasehat pada bawahan nya, ia dapat berbicara dengan otoritas Allah. Dan apabila otoritas utusan Allah itu mulai mencampuri kehidupan kita, Tuhan menyuruh kita untuk mentaatinya SEPERTI MENfTAATINYA SENDIRI.

Seorang pemimpin gereja yang lain menyatakan sesuatu keadaan yang tidak seimbang ketika ia berkata : Anda akan diajar oleh Roh Kudus dengan .... ajaran kerasulan ... atau anda akan tertinggal di Babil. Tak ada jalan tengah. Hanya ada satu pilihan. Atau bersikap rohani dengan menundukkan diri, atau Babil.

Kini saya akan mencoba menerangkan. Saya sendiri merasa saya adalah seorang yang ingin menghormati semua otoritas/wewenang yang sah. Namun saya tak dapat menyetujui pengaruh dari konsep beberapa guru dalam mengajarkan pengajaran 'kerasulannya/murid-murid mereka'.

Dalam pelajaran ini, kami akan melihat penyalahgunaan otoritas di dalam gereja, sesuatu hal yang selalu saja membingungkan dan meresahkan banyak umat Allah.

Apabila kebenaran Alkitab dilaksanakan secara ekstrim dan tak seimbang, maka akan menghancurkan banyak kehidupan.

Di Jonestown-Guyana, bunuh diri secara masal oleh para pengikut Jim Hones sebanyak lebih dari 900 orang, menggambarkan apa yang bakal terjadi bila kita salah menggunakan kebenaran tersebut. Jim Jones adalah seorang pemimpin sidang di Amerika yang menuntut penundukan mutlak dari para pengikutnya (pemujanya).

Dalam Roma 13:1, kami diperintahkan : Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah- pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.

Dengan memakai ayat dalam Alkitab tersebut di atas, doktrin dari penundukan telah diperkembangkan baik di kalangan Protestan maupun dikalangan Katolik. Seringkali doktrin-doktrin ini melangkah jauh di luar konsep rohaniah tentang penundukan yang diajarkan dalam Perjanjian Baru, hingga tidak lagi Alkitabiah dan pada konsep-konsep yang tak Alkitabiah ini kita harus berani melawannya.

"Kebenaran, seperti telah dinyatakan dalam Yesus, selalu membawa kebebasan (Ef 4: 21) KEBENARAN senantiasa akan membuat anda bebas untuk menjadi seperti apa yang Tuhan inginkan. Kebenaran itu tak akan membawa anda pada perhambaan pada suatu tingkatan/peraturan agama yang mengaburkan kehendak Allah yang dinyatakan dalam hidup anda.

Apabila Alkitab berbicara tentang otoritas yang LEBIH TINGGI, maka dapatlah kita bayangkan adanya tingkat-tingkat OTORITAS di mana kita sendiri berada di suatu tingkat, di bawah suatu otoritas yang lain. Hal itu juga menunjukkan bahwa kadang-kadang otoritas yang lebih tinggi (yang kudus) itu bertentangan dengan otoritas yang lebih rendah (yang manusiawi) dan bahwa pada saat-saat seperti itu kita harus memilih untuk lebih tunduk pada Allah daripada pada para pemimpin rohani (Kis 5:29).

Dari TUJUH tingkatan otoritas yang disebutkan dalam Alkitab, TIGA DI ANTARANYA TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan manusia.

Ketiga tingkatan ini hanya dikhususkan untuk Allah. Ketiga tingkat tersebut adalah otoritas Agung, Otoritas Kebenaran dan Otoritas hati Nurani. Kami akan menerangkan arti-arti ini kelak.

Sayang, sejarah telah dipenuhi dengan contoh-contoh dari para pemimpin rohani dan politik yang menguntungkan diri mereka sendiri dengan mendapatkan gelar-gelar otoritas, dan kedudukan tinggi bagi mereka sendiri yang dalam Alkitab sebenarnya hanya diperuntukkan bagi Allah saja.

Mengapa saya persembahkan tulisan pengajaran ini ialah untuk mencegah para pemimpin sidang untuk memakai otoritas yang tidak sesuai dengan Alkitab dan untuk mencegah anggota sidang yang dengan keliru menyerah pada kekuasaan manusia.

A. TIGA TINGKATAN OTORITAS YANG HANYA DISEDIAKAN UNTUK ALLAH

1. Otoritas Agung atau Yang Rajani

Otoritas yang tertinggi adalah OTORITAS AGUNG atau YANG RAJANI.

Tingkat otoritas ini tak pernah dipertanyakan atau ditantang, karena otoritas ini mutlak, yang tak mungkin dapat salah, suatu otoritas yang maha besar. Dan otoritas ini hanya dimiliki oleh Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Beberapa denominasi bangga akan kedudukan mereka pada tempat yang dimuliakan yang sebenarnya, secara Alkitabiah HANYA DIPERUNTUKKAN BAGI TUHAN. Menurut ALKITAB SAMA SEKALI TIDAK ADA ALASAN BAGI PARA PEMIMPIN SIDANG (atau manusia manapun) UNTUK MENGGUNAKAN OTORITAS YANG AGUNG INI.

Alkitab dengan tegas memperingatkan bahwa mereka yang melakukan hal ini, bagaimanapun juga akan jatuh ke dalam dosa yang sama yang menyebabkan kejatuhan setan dari sorga. Lucifer/iblis mencoba untuk meninggikan dirinya sendiri dan mencoba untuk mendapatkan otoritas yang hanya dimiliki oleh ALLAH SENDIRI.

" Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar (Lucifer), karena kau berkata dalam Hatimu : 'Aku hendak naik ke langit .. untuk mendirikan tahta yang tertinggi ... Aku hendak ... menyamai Yang Mahatinggi (Yes 14:12-14 tlb)".

Kejatuhan setan dari Sorga disebabkan karena ia mencoba untuk merampas otoritas Agung yang hanya dimiliki Allah sendiri. Hendaknya para pemimpin waspada. Anda dapat saja jatuh dalam jerat yang sama seperti yang dialami iblis.

a. Yesus Kristus- Satu-satunya Kepala Agung Dari Gereja.

Dalam suratnya kepada jemaat di Epesus, Rasul Paulus menuliskan bahwa hanya Yesus saja yang menempati tempat tertinggi dalam Gereja.

... aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah ... untuk memberikan kepadamu Roh Hikmat untuk mengenal SIAPA KRISTUS ITU ... dan betapa hebat kuasaNya ... bagi kita yang percaya sesuai dengan kekuatan kuasaNya .... yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan (MANAPUN) dan tiap-tiap nama yang dapat disebut .... Dan Allah telah meletakkan SEGALA sesuatu di bawah kaki Kristus dan Dia (dan HANYA DIA) diberikanNya kepada jemaat sebagai KEPALA DARI SEGALA YANG ADA" (Ef 1:6-22 tlb).

Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya yang memegang kedudukan yang agung di atas orang-orang Kristen. Ia adalah satu-satunya yang dimahkotai, lebih tinggi dari semua penguasa dan kuasa.

Ia telah ditinggikan, ".... jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkanNya di bawah kaki Kristus ... DIA HARUS MENJADI KEPALA ATAS SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM GEREJA, gereja yang adalah tubuhNya yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu " (Ef 1:21- 23).

Kedudukan sebagai penguasa agung ini hanyalah milik Allah yang adalah Kepala dan selama ada kaitannya dengan gereja, maka tempat tersebut hanyalah disediakan bagi Tuhan Yesus saja.

Ibrani pasal 1 juga mengajarkan pada kita bahwa Yesus Kristus berada di tempat yang khusus, menjadi satu-satunya Kepala Gereja.

" ... Allah ... pada akhir zaman ini telah berbicara kepada kita dengan perantara AnakNya yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada sebagai waris (pemilik yang sah menurut hukum) ... tentang Anak (Yesus) Ia (Bapa) berkata : "TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya ... Allah telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan MELEBIHI teman-teman sekutumu" (Ibr 1:1-9).

Kedudukan ini menempatkan Yesus di atas semua orang di dalam gereja. Hal ini berarti bahwa tak seorangpun, apapun kedudukannya atau apapun gelarnya dapat bangkit dan menempati suatu kedudukan yang menyamai otoritas Tuhan kita Yesus, yang memegang kedudukan yang tertinggi ini.

Ia ditinggikan melebihi para malaikat, semua tahta yang lain, selama-lamanya.

Ia diberi tempat yang tertinggi baik di zaman ini maupun di zaman yang akan datang.

b. Hati-hati Bagi Mereka Yang Mau "Mengambil Tempat Kristus"

Seorang atau gereja manapun yang mencoba untuk menaiki tingkat ini dengan membuat bagi dirinya (baik di bumi maupun di sorga) Jabatan Ke-gereja-an, yang sama atau yang melebihi Yesus telah berdiri pada batas untuk bergabung dengan roh antikristus.

Istilah 'antikristus dalam Perjanjian Baru tak hanya berarti 'melawan Kristus' tapi juga berarti 'menempati kedudukan Kristus' (antee dalam bahasa Yunani berarti 'sebagai ganti' atau 'didalam tempat' yang berarti mengganti kedudukan).

Contohnya, kelompok agama seperti gereja Katolik, yang menempatkan seorang 'di tempat Kristus' adalah salah memberikan tempat Kristus pada orang lain.

Dalam teologia Katolik, Paus adalah Pengganti Kristus di bumi ini (The Vicar of Christ on Earth). Vicar berasal dari kata Vicarius, yang berarti 'mengganti' = menempati tempat.

Ini adalah teologia yang berbahaya terutama sejak ucapan-ucapan dari Paus Ex Cathedra (dari takhta kepausan) dinilai tak mungkin dapat salah oleh para pemimpin gereja Katolik.

Ini adalah apa yang Yesus peringatkan pada kita tentang apa yang akan terjadi. Ia mengatakan pada kita : "Sebab banyak yang datang dengan MEMAKAI NAMAKU (dari orang Kristen) dan berkata : 'Akulah Mesias dan mereka akan menyesatkan banyak orang'. (Mat 24:5).

Dalam Wahyu 19, Roh Kudus dengan sangat jelas mengatakan bahwa Yesus Kristus menempati tempat yang khusus di dalam Rencana Allah. Dalam ayat 16, Ia digambarkan mempunyai tulisan pada jubahNya : "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN".

Di atas segala raja Ia adalah Raja dan di atas segala tuan, Ia adalah Tuan. Bagi Dia diberikan tempat dan otoritas yang tertinggi, otoritas yang mutlak. Tidak ada otoritas di gereja manapun di mana seorang Kristen diwajibkan untuk menundukkan diri tanpa dalih selain pada Tuhan Yesus Kristus.

Seringkali kita melihat bahwa gereja-gereja dan para pemimpin gereja menuntut bahwa otoritas yang tertinggi itu berada di tangan mereka. Hal itu bukan saja tak sesuai dengan Alkitab, tapi melawan Alkitab, dan untuk ini kami akan menerangkannya lebih lanjut.

2. Otoritas Kebenaran. (Veracious Authority)

Kata "Veracious" diambil dari kata "veracity" yang berarti kebenaran atau yang selalu benar melampaui apapun walau dalam bayangan kebimbangan.

Contohnya ketika anda masih duduk di bangku sekolah, anda diajar suatu kebenaran yang sangat sederhana dalam pelajaran matematika : 2 + 2 = 4. Guru anda saat itu berkata dalam otoritas kebenaran.

Rumusan matematika yang sederhana ini adalah suatu fakta, yang tidak perlu untuk diperdebatkan, dipertimbangkan ataupun diuji kebenarannya, karena hal itu adalah benar. Rumusan tersebut adalah pernyataan dari fakta matematika yang tak dapat dibantah.

Seperti contoh di atas, segala sesuatu yang merupakan kebenaran mempunyai otoritas karena fakta menunjukkan bahwa hal itu benar.

Rasul Paulus mengakui hal ini.

Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran ... (2 Kor 13:8). Kebenaran mempunyai otoritas.

a. Kebenaran Mempunyai Otoritas

Menolak kebenaran sama saja dengan menghadapi hukuman ...supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran ... (2 Tes 2:12).

1) Allah Bapa Mengucapkan Kebenaran. Allah senantiasa mengatakan yang benar, karena itu FirmanNya selalu mengandung otoritas Kebenaran.

"Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta ... Masakan Ia berfirman dan tidak melakukanNya, atau berbicara dan tidak menempatiNya ?" (Bil 23:19).

"..Aku tidak akan melanggar perjanjianKu dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah" (Mzm 89:34-35).

2) Anak Allah (Yesus) Mengucapkan Kebenaran. Yesus berkata padanya : Akulah ... kebenaran (Yoh 14:6). Karena Ia adalah Kebenaran Apapun yang diucapkan adalah benar dan mengikat, "kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan ... mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran/kebenaran" (Mrk 12: 14).

"... Karena ... kebenaran datang oleh Yesus Kristus" (Yoh 1:17)

Karena itu agar kita diselamatkan, kita harus mempercayai apa yang Ia katakan : "... barangsiapa tidak percaya kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya " (Yoh 3:36).

3) Allah Roh Kudus Menyatakan Kebenaran. Alkitab menyatakan kualitas kebenaran itu dari Allah, Roh Kudus. Tiga kali Yesus menggambarkan Roh Kudus itu sebagai "... Roh Kebenran ..." (Yoh 14:17; 15: 26; 16:13).

Dalam I Yohanes 5:6 kita membaca "Roh adalah Kebenaran" Demikianlah Roh Kudus merupakan suatu pernyataan dari otoritas Kebenaran dalam KE-ALLAH-AN itu.

b. Alkitab Mempunyai Otoritas. Ayat-ayat dalam Alkitab diberikan oleh Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai suatu pernyataan dari kebenaran dan karena itu ketiga Pribadi itu menempati tempat otoritas Kebenaran. Otoritas ini aktif dalam kehidupan manusia, sekalipun manusia tidak mengakuiNya.

Kami memiliki Firman Allah, yang dinyatakan tidak hanya dalam pribadi Yesus, Firman yang menjadi daging (Yoh 1:1,14) tetapi kami juga mempunyai Firman yang dinyatakan dalam Alkitab (Firman yang tertulis).

1) Diilhami Oleh Roh Kudus. Alkitab tertulis sebagai akibat kerja dari Roh Kudus atas manusia. Roh Kudus secara Ilahi mengilhami manusia dalam pikiran dan kata-kata mereka. Daud menggambarkan fenomena ini dalam kata-kata : 'Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku' (2 Sam 23:2).

Allah menghembuskan ke dalam mereka Firman-FirmanNya.

"... tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (2 Pet1:21). Orang-orang tersebut mencatat Firman Allah itu bagi kita.

Dan apa yang Ia hembuskan ke dalam manusia menjadi pernyataan dari Tuhan kita, penuh dengan otoritas dalam Firman yang tertulis "Segala tulisan yang diilhamkan Allah (Dalam bahasa Yunani : theopneustos, berarti yang dihembuskan secara ilahi ke dalam) ..." (2 Tim 3:16).

Kesimpulannya, apabila kita melihat pada pekerjaan Roh Kudus dalam kaitannya untuk membawa kebenaran pada manusia, kita tahu bahwa Ia telah mengilhami atau menghembuskan ke dalam manusia hingga menjadi apa yang kita sebut Alkitab.

Alkitab telah memberi kita sebuah buku yang diilhami oleh Roh Kudus dan disebut Alkitab dan tentang Kitab itu Ia berkata : " ... TauratMu benar ... segala perintahMu adalah benar " (Mzm 119:142,151).

Itulah sebabnya Alkitab menempati tempat otoritas KEBENARAN untuk orang-orang Kristen (dan semua umat manusia). Kita harus menilai apa yang benar berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab.

2) Tiga Pedoman Untuk Otoritas Alkitab. Kita hidup pada masa di mana Alkitab diserang dari dalam maupun luar gereja, maka kita harus meneguhkan kembali apa yang telah dibangun oleh para pemula gereja, pada zaman gereja mula-mula.

Ratusan tahun yang lalu para pemimpin mengadakan pertemuan yang membahas masalah-masalah tertentu yang dihadapi gereja, masalah yang dapat merusak iman dan pelayanan orang percaya.

'Pengakuan Westminster" yang merupakan hasil dari pertemuan ini mengandung tiga pernyataan yang seharusnya dipakai sebagai pedoman oleh para pemimpin sidang dalam pengertian mereka tentang OTORITAS KEBENARAN dari Alkitab. Tiga pernyataan tersebut adalah :

a) Tak satupun yang bertentangan dengan Alkitab dapat dinyatakan benar.

b) Tak satupun yang ditambahkan pada Alkitab yang dapat dinyatakan benar untuk dilakukan

c) Setiap orang yang percaya bertanggung jawab pada Allah untuk menyelidiki Alkitab, untuk melihat apakah yang dikatakan oleh para pemimpin sidang itu benar.

3) Sidang di Berea dipuji. Pengakuan Westminster didasarkan atas Kisah Para Rasul 17:10,11 :

"Pada malam itu juga segera saudara-saudara disitu menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. Orang-orang Yahudi di kota itu (di Berea) lebih baik hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki kitab suci untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian."

Rasul Paulus dan Silas membawa berita dari Kristus ini ke orang-orang Yahudi di Berea (yang pada saat itu hanya mempunyai Alkitab Perjanjian Lama). Mereka memuji orang-orang Berea untuk 2 hal :

a) Mereka mengakui bahwa Kebenaran Alkitab lebih besar daripada para pemimpin sidang (para rasul)

b) Mereka menyelidiki (memeriksa) Alkitab setiap hari untuk melihat apakah yang dikatakan oleh para pemimpin jemaat (Paulus dan Silas) mengandung kebenaran.

Orang-orang Berea bukannya menantang Rasul-rasul dengan sikap memberontak, tapi mereka ingin memastikan apakah yang diajarkan pada mereka itu sesuai dengan Alkitab.

Mereka dipuji oleh Roh Kudus karena hikmat yang mereka miliki. Mereka cukup bijaksana karena mengakui bahwa Allah telah memberi sebuah buku, dan dengan buku ini setiap orang dan pengajarannya harus diuji kebenarannya, tidak peduli apakah ia seorang rasul, atau seorang malaikat dari Surga.

"Jika ... seorang malaikat dari Sorga yang memberitakan kepada kamu tentang Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia" (Gal 1 :8).

Sekalipun gunung meletus di tengah-tengah kebangunan rohani, yang disertai api dan asap, suara nafiri dan nyanyian para malaikat ... apabila yang diajarkan dalam kebangunan rohani itu bertentangan dengan Alkitab maka kebangunan rohani tersebut tidak mempunyai kekuatan apa-apa.

4) Otoritas yang Terakhir. Allah berfirman melalui Yesaya "Ujilah semua ini ... kata-kata yang bertentangan dengan Firman Allah ! ... apabila kata-kata yang disampaikan tidak sesuai dengan perkataanKu, itu karena Aku tidak mengirimnya, di dalam mereka tidak ada terang dan kebenaran" (Yes 8:20 tlb).

Allah mengatakan pada kita lewat Yesaya bahwa Alkitab harus menjadi otoritas yang terakhir untuk iman dan perbuatan. Baik yang melayani mujizat-mujizat atau para pemimpin gereja, atau para malaikat tidak mempunyai kuasa yang sebanding dengan Alkitab.

Prinsip Alkitabiah ini yang merupakan otoritas akhir dari iman dan perbuatan, telah ditanamkan selama hampir 4000 tahun yang lalu ketika Allah memberikan Pentateuch (ke lima buku pertama dari Allah) pada seorang bernama Yosua, pengganti Musa.

Allah berkata kepadanya, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya ..." (Yos 1:8).

Allah berkata kepada Yosua, "Apabila kamu mau berhasil dan berkelimpahan ambillah buku ini, BACALAH dan hiduplah seperti apa yang kamu baca".

Dan perintah ini juga diberikan bagi mereka yang mau hidup sejahtera. Ambillah Alkitab hiduplah sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya dan ujilah segala sesuatu secara Alkitabiah.

Alkitab adalah OTORITAS KEBENARAN yang lebih tinggi dari urusan apapun di gereja. Di atas semua petugas apapun di gereja, tidak peduli apakah ia seorang rasul, paus, nabi, kardinal, penginjil, bishop, pastor, pendeta, guru, ataupun tua-tua.

Gereja Katholik Roma mengakui otoritas kebenaran dari Alkitab ini, karena Paus sekalipun tidak dibenarkan mengajar suatu doktrin yang berlawanan dengan Alkitab.

Daud berkata, "Dia (Tuhan) telah membuat namaNya dan janjiNya melebihi segala sesuatu" (Mzm 138:2). Pikirkanlah ! Allah telah memberi Kristus nama di atas segala nama (Fil 2:9), namun Ia telah meninggikan FirmanNya bahkan di atas namaNya. Dan ini menempatkan Alkitab di atas setiap otoritas manusia, apakah mereka itu rohaniawan, politikus ataupun militer.

Setiap orang beriman berkewajiban memeriksa (menyelidiki) Alkitab untuk mengetahui apakah para pemimpin gereja itu mengajar sesuai dengan Alkitab atau tidak. Kita tidak seharusnya percaya atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab, Firman Allah.

Di manapun dalam Alkitab atau ajaran dari bapak-bapak kita pada gereja zaman awal, tidak kita temukan fakta bahwa para pemimpin gereja (atau manusia siapapun) yang berbicara dengan otoritas kebenaran. Otoritas kebenaran Alkitab ada di atas tingkatan otoritas manusia.

3. Otoritas Dari Hati Nurani

Tingkat ketiga dari Otoritas yang diajarkan Alkitab pada kita adalah otoritas HATI NURANI.

Beberapa orang membantah dengan mengatakan bahwa tidaklah mungkin menemukan sesuatu yang benar dari yang salah. Namun sebanarnya setiap orang yang berkapasitas mental normal harus mengetahui adanya sesuatu yang benar dari yang salah setiap orang ! Bagaimana hal itu mungkin terjadi ?

Kita semua tentu tahu apa yang TIDAK kita inginkan orang lain memperlakukan kita. Kita tidak ingin orang lain berlaku tidak adil terhadap kita demi keuntungannya sendiri. Kita tidak mau seorang mengganggu kita. Kita tidak mau seseorang membongkar rumah kita dan mencuri semua harta benda kita.

Kita tidak ingin dibunuh, kita tidak ingin istri atau anak kita diperkosa, atau anak-anak kita bersundal atau berzinah.

Itulah sebabnya kita tahu sesuatu yang benar dari yang salah. Sekalipun kita tidak memiliki sebuah Alkitab yang memberitahukan hal itu pada kita. Kita tahu apa yang tidak kita inginkan orang memperlakukan kita, maka kitapun mengetahui bahwa kitapun tak boleh melakukan hal yang sama pada orang lain.

Atas prinsip itulah 10 Hukum itu berdiri.

Satu-satunya hal yang Allah minta dari kita adalah untuk tidak melukai baik kita maupun seseorang yang lain. Oleh karena itu apabila kita hidup sesuai dengan 10 Hukum, kita sepertinya menjaga kehidupan kita ataupun kehidupan orang lain agar tetap baik.

Dan dengan cara ini, setiap hak seseorang untuk mendapatkan suatu kehidupan, kedamaian dan kebahagiaan akan terlindungi.

Sekarang, dengan mengerti apa yang tidak kita inginkan orang lain melakukan terhadap kita dan dengan mengerti apa yang seharusnya tidak kita lakukan terhadap orang lain, itulah yang disebutkan Alkitab sebagai HATI NURANI.

a. Para Rasul mengajar mengenai Hati Nurani :

1) Jangan melanggarnya. Rasul Paulus menetapkan otoritas hati nurani dalam tulisan-tulisannya. Contohnya : Pada masa Alkitab, terdapat banyak keyakinan agama mengenai jenis-jenis makanan tertentu. Ia memperingatkan kita agar berhati-hati bila kita makan supaya tidak melanggar hati nurani dari :

a) Orang Lain. "Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus ". (1 Kor 8:12) atau :

b) Perasaan Anda Sendiri. "Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan (Terj.bhs Ing : Karena makanan tidak merusakkan pekerjaan Tuhan). Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang jika oleh makanannya orang terserandung (bhs. Ingg : yang makan dengan perasaan berdosa) (Rm 14:20).

"Tetapi barangsiapa yang bimbang kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia melakukan itu tidak berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa" (Rm 14:23).

2) Orang-orang Kafir Akan Diadili Karenanya. Dalam Perjanjian Baru, Hati Nurani membawa kuasa yang sangat besar. Seringkali saya mendapat pertanyaan-pertanyaan : "Saudara Ralp, apa yang terjadi pada orang-orang kafir yang belum pernah mendengarkan Injil ?"

Rasul Paulus menjawab pertanyaan ini : "Sebab semua orang yang berdosa tanpa Hukum Taurat akan binasa tanpa Hukum Taurat, ... apabila bangsa-bangsa lain (kafir) yang tidak memiliki Hukum Taurat oleh dorongan alamiah melakukan apa yang dituntut oleh Hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki Hukum Taurat itu menjadi Hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

"Sebab dengan itu mereka menunjukkan bahwa isi Hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan SUARA HATI MEREKA TURUT BERSAKSI dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberikan akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia oleh Kristus Yesus" (Rm 2:12 ; 14-16).

Allah akan menghakimi orang kafir atas tanggapan mereka pada hati nurani mereka. Hati nurani adalah hukum Allah yang tertulis di dalam hati dan pikiran (perasaan).

Sekalipun seseorang tidak mempunyai Alkitab, ia memiliki Hati Nurani. Allah akan menghakimi dia sebagaimana ia mentaati Hati Nuraninya. Hati Nurani dari seorang kafir adalah merupakan pengganti "Hukum" (10 Hukum).

Ingatlah, dalam pandangan Allah Hati Nurani mempunyai otoritas yang luar biasa, karena itu kita harus mentaatinya.

3) Kita Harus Mentaatinya. Rasul Paulus banyak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tentang hati nurani, seperti apa yang kita makan dan minum, atau pada hari apa kita menyembah Tuhan.

Ia menuliskan, "Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting daripada yang lain, tapi yang lain menganggapnya semua sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri (Hati Nurani). Siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan ..., siapa yang menganggap setiap hari sama, ia melakukannya untuk Tuhan ... " (Rm 14:5,6).

Bagaimana seseorang menanggapi hati nuraninya ? Untuk beberapa orang menghargai suatu hari tertentu adalah penting.

Contohnya di Israel, orang-orang Islam menghargai hari Jumat, lebih dari hari yang lain. Yahudi Ortodoks menganggap yang terpenting adalah Sabtu, dan orang-orang Kristen menganggap hari Minggu.

Untuk melanggar hari yang dianggap suci, akan melanggar hati nurani mereka. Saya tidak menganjurkan suatu hari tertentu untuk anda istimewakan. Saya mengatakan apa yang Rasul Paulus katakan, "Apa saja yang didiktekan hati nurani anda, itulah yang harus anda lakukan."

Paulus melanjutkan. Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi ! Lebih baik kita menganut pandangan ini : Jangan kita membuat saudara kita tersandung! (Rm 14:13).

Seperti kita harus peka terhadap hati nurani seseorang, Paulus memperingatkan bahwa kitapun harus peka terhadap diri kita sendiri : "Karena daging (makanan) tidak akan merusakkan pekerjaan Allah. Segala sesuatu adalah suci; tetapi seseorang yang makan dengan melanggar hati nuraninya sendiri adalah berdosa" (Rm 14:20 - sesuai terjemahan Alkitab bahasa Inggris).

Apabila anda memegang suatu keyakinan yang melarang anda makan-makanan tertentu, tapi anda melanggar nurani anda, Paulus mengatakan bahwa anda bersalah. Apabila untuk makan daging babi hati nurani anda menentangnya, tapi anda tetap memakannya, anda berbuat salah dan anda menentang otoritas hati nurani anda.

Rasul Paulus jelas mengatakan bahwa masing-masing dari kita harus mempertanggung-jawabkan dirinya sendiri pada Allah.

Bagaimana sikap kita memberikan respon pada hati nurani kita akan menentukan upah kita/penghakiman kita. Apabila kita melanggar hati nurani maka hal itu akan menjadi dosa dalam kita.

Paulus mengajar kita untuk tunduk pada otoritas nurani kita sendiri. Sekalipun nurani kita tidak memperbolehkan apa yang nampaknya boleh bagi orang lain untuk melakukannya, kita harus mentaati hati nurani kita sendiri.

4) Setiap Orang Bertanggung-jawab. Ia juga mengajar kita untuk tidak memaksakan pendapat kita pada orang lain. Kita tidak boleh memikirkan mereka kurang rohani dibanding dengan kita sendiri karena mereka menikmati kebebasan-kebebasan tertentu yang mungkin berlawanan dengan keyakinan kita sendiri.

Dalam beberapa hal, otoritas hati nurani ini telah tidak dihargai oleh para pemimpin sidang. Contohnya saja, beberapa orang mengajar bahwa seorang istri harus tunduk pada suaminya.

Sekalipun ia diminta untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati nuraninya.

Safira akhirnya harus memikul tanggung-jawab atas sikapnya menipu Roh Kudus. "Kata Petrus, mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan ? Lihatlah orang-orang yang baru menguburkan suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga keluar" (Kis 5:9). Safira mati, kena hukuman karena ia menuruti rencana jahat dari suaminya untuk berdusta pada Roh Kudus.

4. Ringkasan

Otoritas agung dari Allah, otoritas kebenaran dari Firman Tuhan dan kuasa hati nurani adalah lebih tinggi dari siapapun juga, tanpa memandang apa pekerjaannya maupun pangkatnya.

Tak seorangpun di permukaan bumi ini mempunyai hak dari Tuhan yang memerintahkan anda untuk tidak taat pada hati nurani anda, pada Alkitab anda, atau pada Allah. Semuanya itu berada di atas segala pekerjaan atau otoritas manusia manapun ataukah itu gereja, negara, atau apa saja.

Hati nurani itu tunduk pada Firman Tuhan, dan Firman Tuhan itu berasal dari Allah. Karena itu kita wajib tunduk pada otoritas yang LEBIH TINGGI ini, sekalipun mereka berlawanan dengan otoritas yang LEBIH RENDAH yang diberikan Allah pada manusia.

Bab 2
Otoritas Sebagai Pemberian Allah

Pendahuluan

"Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namaNya disebutkan orang : Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar KEKUASAANNYA, dan DAMAI SEJAHTERA tidak akan berkesudahan ... " (Yes 9:5,6).

Kira-kira 2.800 tahun yang lalu Yesaya menubuatkan datangnya seorang "Raja Damai". Kegenapan nubuatan ini ditemukan dalam Yesus.

Dalam mengomentari dominasi kerajaanNya, Rasul Paulus meyakinkan kita bahwa kebenaran, damai, dan kesukaan dalam Roh Kudus akan menandai mereka yang menerima pemerintahanNya di dalam kehidupan mereka (Rm 14:17).

Apa yang menggambarkan pemerintahan Kristus ? Jenis pemerintahan yang bagaimana, pemerintahanNya itu ?

Sudah dapat dipastikan pemerintahanNya itu bukan yang manusiawi, dimana setiap orang bebas untuk melakukan "apa yang terasa enak atau benar", tanpa memandang pengaruh-pengaruh yang timbul terhadap orang lain. Inilah yang dikatakan seorang ahli jiwa, yang berfaham bahwa kenikmatan hidup adalah segala-galanya.

Pemerintah itu tidak memperbolehkan kita hidup diluar jalur yang alamiah, seperti homoseks dan lesbiah yang diperbolehkan oleh beberapa anggota aliran "kebebasan wanita" dari negara-negara Barat. Dan tanpa perlu dipertanyakan lagi gereja dan Allah mempunyai otoritas untuk tidak memperkenankan hidup yang sedemikian pada manusia.

Pemerintah Tuhan kita Yesus Kristus adalah Pemerintah dari Kasih. Suatu pemerintah yang memberkati, pemerintah yang menyatu padukan, yang motivasinya adalah agar manusia berjalan lebih dekat dengan Allah dan dengan manusia.

Tujuan pelajaran ini adalah untuk membiasakankita dengan pemerintahan kebenaran, kedamaian dan sukacita dalam Roh Kudus.

Dan inilah yang Tuhan rindukan agar kita semua berada dalam suasana tersebut dalam gerejaNja.

A. EMPAT TINGKATAN OTORITAS YANG DIBERIKAN PADA MANUSIA

Empat tingkatan otoritas yang diberikan pada manusia adalah otoritas-otoritas yang bila dipakai dengan benar akan menghasilkan kebenaran, damai dan sukacita dalam Roh Kudus.

Empat tingkatan tersebut adalah:

1. Otoritas Utusan

Rasul Paulus memberi kita instruksi sesuai dengan penundukan diri kita pada 5 jabatan : rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru.

"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu..." (Ibr. 13:17).

Istilah 'memerintah' disini bukan berarti para pemimpin rohani melaksanakan pemerintahan mutlak sebagai seorang diktator, yang memaksakan kehendak mereka pada orang lain. Sebaliknya kata itu berarti memberi "kepemimpinan seorang gembala" pada orang lain.

Secara Alkitabiah, seorang gembala dikatakan sebagai orang yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya, orang yang benar-benar memberikan segenap hidupnya untuk melayani, melindungi dan memberi makan. Seorang gembala bukanlah seorang yang "memerintah", tapi lebih berarti sebagai seorang yang: melindungi, merawat, mengasihi, dan memberi makan. "...Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"(Yoh 10:11).

Ibrani 11:17 Sebenarnya harus dierjemahkan seperti ini: "Ikuti mereka yang menjalankan tugas kepemimpinannya sebagai gembala dan tundukkanlah dirimu pada perhatiannya, pemeliharaannya, dan kasihnya, karena mereka bertanggung-jawab atas jiwamu kepada Gembala Agung Yesus!"

a. Batas-Batas Otoritas Utusan.

Kunci untuk mengerti otoritas utusan ini adalah:

1) Otoritas utusan tidak pernah lebih besar dari tanggung-jawab seseorang,dan

2) Otoritas utusan tidak pernah timbul dari sesuatu yang lain kecuali tanggung-jawab.

Contohnya, karena anda bertanggung jawab atas istri dan anak-anak anda, anda mempunyai otoritas dalam rumah tangga anda.

Mengapa anda tidak mempunyai otoritas atas rumah tangga dari keluarga tetangga-tetangga sebelah rumah anda? Karena anda tidak bertanggung jawab atas isteri dan anak-anak mereka.

Otoritas itu tidak pernah melebihi tanggung jawab hanya sejauh tanggung jawab seseorang tidak lebih.

b. Para Pemimpin Sidang Mempunyai Tanggung Jawab Utusan.. Suatu alasan mengapa Allah membangun umat Tuhan dalam gereja lokal adalah: Tuhan bermaksud agar mereka mengembangkan tugasnya, pekerjaannya, dan hubungan setiap harinya, di mana mereka dapat bertanggung jawab terhadap kebutuhan yang seorang kepada yang lainnya dan sebaliknya.

Apabila seorang gembala memikul tanggung jawab atas sekawanan domba, ia diberi kuasa untuk memberi makan, mengunjungi, melindungi, menjaga, dan merawat, serta dengna penuh cinta kasih mendisiplin mereka.

Para pemimpin rohani mempunyai tugas sebagai wakil-wakil dari Allah. Seperti ...utusan-utusan Kristus...dalam nama Kristus kami meminta kepadamu..." (2Kor 5:20).

Sebagai ganti Kristus di sini, kata Paulus: Saya berada di sini mewakili dia, saya adalah agenNya."

Para pemimpin sidang hanya bekerja sebatas tanggung jawab yang ditugaskan padanya dalam situasi tertentu, sama dengan apa yang akan dilakukan Kristus, seandainya Ia hadir secara lahiriah. Mereka adalah agen-agen perwakilan Kristus yang mengurus sidangNya dan mengurus perkembangannya baik secara spiritual maupun moral.

Mungkin hal ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan menggunakan contoh dari "hukum keagenan".

Beberapa tahun yang lalu seorang pemimpin gereja terlibat dalam suatu kecelakaan lalu lintas yang cukup berat, di mana banyak orang yang terluka parah. Pemimpin gereja tersebut adalah pengemudi dari kendaraan itu. Tetapi kemudian bukan hanya dia yang dituntut, denominasi gerejanya juga dituntut.

Pengadilah memerintahkan denominasi gereja itu harus membayar karena dalam pandangan pengadilan, pemimpin gereja tersebut bertindak sebagai "agen" dari organisasi tersebut. Bukan saja dia yang bertanggungjawab tetapi juga organisasinya.

Seperti inilah apa yang Tuhan lakukan. Ia menunjuk para pemimpin sidang untuk bekerja di tempatNya, sebagai agenNya yang bekerja dengan otoritas seorang gembala yang mempunyai rasa tanggung jawab sebagaimana diperlukan. Inilah yang disebut otoritas utusan, otoritas untuk mewakili seseorang dan melakukan sesuatu seperti kalau pemberi otoritas itu ada d tempat tersebut. Otoritas ini mempunjai kekuasaan hanja sejauh tanggung jawab yang dibebankan padanya saja tidak lebih.

2. Otoritas Stipulatif

Otoritas ini adalah otoritas dari suatu persetujuan yang sah. Kontrak adalah suatu perdjandjian di mana dua kelompok setuju unuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh kedua belah pihak dan hukuman-hukuman bagi yang melanggarnja. Kita akan membicarakan hal ini lebih lanjut nantinja.

3. Otoritas dari Kebiasaan atau Tradisi

Di tempat hal-hal yang bersangkutan dengan kebiasaan atau tradisi dilakkan oleh sekelompok masyarakat, maka didalam masyarakat tersebut akan timbul suatu kekuatan (otoritas) dari kebiasaan dan tradisi. Tradisi yang baik diteima oleh setiap anggota masyarakat, karena hal itu telah dilakukan bertahun-tahun dan memberikan hasil yang baik.

Di dalam Perdjandjian Baru, Paulus menunjukkan adanya otoritas dari kebiasaan dan tradisi tersebut ketika ia menulis, "Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun jemaat-jemaat kami tidak mempunyai kebiasaan yang demikian..." (I Kor 11:16).

Sebuah konflik yang menarik antara otoritas dari perjanjian dan otoritas dari kebiasaan tampak pada hubungan antara Yakub dan pamannya, Laban (Kej 29:9-30).

Mereka telah membuat suatu perjanjian (kontrak). Kontrak itu berbunyi demikian: apabila Yakub telah bekerja tujuh tahun Rakhel, putri bungsu Laban akan menjadi isteri Yakub.

Namun, ketika kontrak telah sampai pada waktunya, Laban menempatkan otoritas suatu kebiasaan di atas otoritas perjanjiannya dengan Yakub tersebut. Ia memberikan puteri sulungnya, Lea, bukan Rakhel pada Yakub.

Ketika Yakub bangun pad malam pengantinnja dan menjumpai Lea di sampingnya, kita dapat membayangkan kemarahannya pada saat ia pergi menemui Laban, ia memenipunya dan melanggar kontrak mereka.

Laban menjawab, kebiasaan untuk menikahkan puteri tertua lebih dahulu sebelum puteri yang lebih muda tidak dapat dilanggr begitu saja. Dan apabila Yakub masih menginginkan Rakhel, maka ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi. Dengan rasa enggan, Yakub akhirnya menyerah juga pada "otoritas kebiasaan dan tradisi", yang dalam hal ini perjanjian" dari perjanjian yang mereka buat.

4. Otoritas Fungsional

a. Timbul dari Kemampuan

Dengan otoritas fungsional, yang kami maksudkan adalah otoritas yang timbul dari kemampuan/kesanggupan seseorang. Setiap dari kita mempunyai kemampuan sebagai akibat dari:

1) Kelahiran: Kemampuan alamiah

2) Latihan: Kemampuan yang kita kembangkan melalui pendidikan kita.

3) Kemurahan: Kemampuan yang kita dapatkan dari apa yang kita ketahui tentang "sekolah penggemblengan".

4) Pengalaman: Kemampuan yang kita dapatkan dari apa yang kita ketahui tentang "sekolah penggemblengan".

Bagaimana otoritas fungsional ini bekerja? Marilah kita bayangkan anda kebetulan melihat suatu kecelakaan yang terjadi didepan mata anda. Seorang laki-laki yang terluka parah sedang tergeletak di dekat sepedanja yang rusak. Orang tersebut di langgar oleh sebuah truk. Pada saat itu ada seorang dokter, seorang polisi dan seorang montir.

Siapa diantara mereka yang mempujai otoritas untuk mengatakan apa yang harus dilakukan terhadap orang yang hampir mati itu? Tentunya anda akan menjawab dokter! Dengan pendidikanya dan ketrampilannya dokter itu mempunyai kemampuan dan tentunya, dialah yang mempunyai otoritas untuk mengetahui apa yang paling baik dilakukan pada keadaan tersebut.

Montir dengan alat-alatnya tidak akan dapat berbuat banyak, dmikian pula polisi dengan segala tanda-tanda pangkatnya.

Ketika tempat di sekitar kejadian itu akhirnya harus diamankan dari arus lalulintas, siapa yang mempunyai otoritasnya? Tentu saja polisi. Mengapa? Ia telah mendapat pendidikan untuk itu, dan ditugaskan untuk menangani hal tersebut.

Namun, ketika tiba saatnya untuk memperbaiki sepedanya, siapa yang kita tuju? tentu saja si montir. Mengapa? karena kemampuannya, karena otoritas fungsionalnya.

Kemampuan mereka yang khusus itu membuat mereka mempunyai otoritas untuk melakukan tugas-tugas yang telah mereka kuasai melalui latihan-latihan tertentu.

Umumnya di dunia ini seorang polisi akan mendapat peringatan keras apabila mereka menggunakan otoritas mereka dengan coba-coba mengendalikan atau mendikte pelajanan seorang dokter pad orang yang sedang dalam keadaan antara hidup dan mati itu. Semua tanda-tanda pangkat yang menempel di bajunya hanya memberinya otoritas dalam batas-batas tertentu.

b. Dinyatakan dalam Alkitab

Yesus menyatakan otoritas fungsional ketika Ia berkata,"...bukan orang sehat yang memelukan tabib, tetapi orang sakit..."(Mat 9:12).

Di dalam rumah tangga, Paulus memberitahukan bahwa suami-suami dan isteri-isteri harus saling merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Tuhan(Ef 5:21). Dengan tetap berada pada daerah, kemampuan dan latihan mereka masing-masing , seorang isteri harus merendahkan diri pada suaminya dan seorang suamiharus merendahkan diri pad isterinya. Dan kedua-duanya tetap berada pada otoritas fungsional mereka masing-masing.

Merendahkan diri yang didasarkan atas kasih akan membuahkan saling menghargai kemampuan dari pasangan kita ini dapat diterapkan pada rumah tangga dan pernikahan.

Tujuh tingkat dari otoritas yang telah diatur dengan begitu baik dalam Alkitab ini, adalah semua bagian dari "...bertambah besarnya kekuasaanNya dan damai sejah-teraNya...".

B. MASALAH-MASALAH DENGAN OTORITAS MANUSIA

Di masa masalah-masalah mulai timbul? Di dunia tempat kita hidup, bahkan di gereja dan di rumah, kita mempunyai masalah-masalah dengan otoritas ini, Kegiatan apa yang menyebabkan situasi-situasi yang rumit itu?

Mengapa kita seringkali merasa terpaksa harus berhenti bertengkar antara anggota keluarga kita, mengapa kita tidak memiliki kedamaian yang abadi di dalam beberapa rumah kita telah gagal untuk mengerti tentang otoritas dan apa peranan otoritas itu sebenarnya.

1. Masalah 1: Orang-orang Mncoba Melakukan Otoritas Yang Sebenarnya Adalah Milik Allah Sendiri

Tentu saja ada maslah yang timbul apabila kita memakai otoritas suatu utusan, otoritas stipulatif (perjanjian, persyaratan), otoritas kebiasaan, ataupun otoritas fungsional dan meninggikannya setinggi tingkat dari Otoritas Agung atau otoritas kebenaran ataupun otoritas dari hati nurani.

Apabila seseorang meninggikan otoritasnya yang terbatas itu pada otoritas yang mutlak, yang tidak dapat dibantah, maka orang itu akan membuat dirinya sama atau bahkan lebih besar dari Allah dan FirmanNya, dan hal ini pasti menimbulkan kesulitan.

Sangat mudah bagi para pemimpin gereja untuk "berperan sebagai Allah", hanya dengan melakukan apa yang benar dipandang mereka sendiri dan dengan otoritas yang dimilikinya berkeras menyatakan bahwa hal itu memang harus demikian. sikap ini sangat membahayakan, bahkan lebih membahayakan lagi jika mengotori umat Allah dan kepemimpinan gereja.

Jelas dinyatakan dalam Alkitab bahwa Allah tidak akan membiarkan otoritas agungNya dirampas begitu saja.

Yesus berkata,"...Kitab suci tidak dapat dibatalkan/dilanggar'(Yoh 10:35).

2. Masalah 2: Terjadi Konflik Antara Otoritas Agama Dan Alkitab

Hal ini digambarkan secara dramatis dalam konflontasi antara Ananias, seorang imam besar dengan Paulus, seorang rasul. Ceritanya adalah sebagai berikut: Paulus membela diri di Yerusalem terhadap dakwaan beberapa pemimpin agama orang Yahudi, "...sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: Hai saudara-saudaraku, sampai pada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.

"Tetapi Imam besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri di dekat Paulus menampar mulut Paulus.

"Membalas hal ini Paulus berkata kepadanya: Allah akan menampar engkau hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk disini untuk menghakimi aku menurut hukum taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat oleh perintahmu untuk menampar aku" (Kis 23:1-3)

-Nomor Satu-

Paulus menunjukkan Otoritas Alkitab dalam situasi ini dengan membiarkan Ananias mengetahui bahwa Alkitab membiarkan otoritas yang lebih tinggi daripada otoritas yang Ananias memiliki sebagai seorang hakim.

"Dan orang-orang yang hadir di situ berkata: Engkau mengejek imam besar Allah? Jawab Paulus (ia meminta maaf dan berkata) Hai Saudara-saudara, aku tidak tahu, bahwa ia adalah imam besar; memang ada tertulis janganlah engkau berkata jahat tentang seorang pemimpin bangsamu!" (Kis. 23:4,5).

- Nomor Dua -

Dengan permintaan maaf pada iman besar (dengan dasar peringatan dari Alkitab tadi), Paulus menyatakan dengan sangat jelas bahwa ia juga (sebagai seorang rasul) harus tunduk pada Alkitab.

Marilah kita memeriksa dengan cermat kejadian ini. Paulus sedang bersaksi. Imam besar Ananias menjadi marah dan memerintahkan agar Paulus ditampar mulutnya-suatu tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan.

Paulus, dengan tidak mengetahui bahwa Ananias seorang imam besar, menyanggah dan menyebutnya sebuah "kubur (tembok) yang dikapur putih-putih" dan dengan menggunakan ayat-ayat dalam Alkitab ia menyatakna agar Ananias berubah sikap. Tamparan terhadap Paulus adalah menentang apa yang Alkitab katakan tentang sikap seorang hakim. Dalam hal ini Paulus benar, karena Alkitab mempunyai otoritas yang lebih besar dari pejabat agama, politikus, ataupun militer manapun.

Namun, ketika Paulus diberitahu bahwa ia seang berbicara dengan seorang imam besar, ia langsung minta maaf.

Mengapa? Karena Alkitab mengatakan padanya untuk tidak "...mengatakan yang jahat tentang seorang pemimpin bangsa.." Seorang rasul harus tunduk pada Alkitab.

Sekalipun imam besar memiliki otoritas yang tinggi di persidangan, otoritas rasul ataupun otoritas imam besar tidak boleh sama dengan otoritas Firman Tuhan.

Dengaan tindakannya ini Paulus menggambarkan dengan jelas bahwa otoritas dari Alkitab lebih tinggi daripada otoritas rasul atau imam besar.

Allah tidak akan pernah memberi manusia manapun otoritas yang lebih besar dari pada otoritas Alkitab ataupun yang sama dengan diriNya sendiri. Allah juga tidak akan memberikan pada siapapun hak untuk menekan hati nurani seseorang atau menyuruh orang lain untuk tunduk dengan mutlak padanya.

Otoritas manapun harus diperiksa dalam terangya hukum-hukum Allah seoerti ada tertulis dalam FirmanNya.

3 Masalah 3: Meninggalkan Kebiasaan dan Tradisi Di Atas Otoritas Dari Alkitab

Suatu kesalah yang besar apabila kita melakukan kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi keagamaan yang bertentangan dengan Firman Allah.

Dalam Injil Matius, kita membaca "...Mengapa kamupun melanggar Firman Allah demi adat istiada nenek moyangmu?" (Mat 15:3)

Kata-kata ini ditunjukkan Yesus pada kepemimpinan agama di zamanNya, karena mereka telah menempatkan adatistiadat mereka pada tingkatan yang lebih tinggi daripada nas Alkitab, dan akibatnya Yesus menyatakan mereka sebagai orang munafik.

Injil Markus mencatat kata-kata Yesus sebagai berikut, "Percuma...ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah-perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia...

"Sunguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memlihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata" 'Hormatilah ayah dan ibumu (artinya berilah mereka bantuan dalam hal keuangan) ... tetapi kamu berkata : Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya; Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk memeliharamu, sudah digunakan untuk korban-yaitu persembahan kepada Allah - Maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu..." (Mrk 7:7,8,12,13).

Alkitab memerintahkan: "Hormatilah... ayah dan ibumu" (Kel 20:12). Hukum orang Yahudi secara lisan (tradisi) mengatakan: Apabila engkau memberikan uang milik orang tuamu itu pada Kaabah Allah, engkau dapat dibebaskan dari perintah Firman Tuhan mengenai pemeliharaan orang tua tersebut.

Dengan adat istiadat ini, mereka menipu orang tua mereka dengan uang pemeliharaan bagi mereka. Mereka telah mempersembahkan milik orang uta mereka pada kaabah Allah. "Percuma saja mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Mat 15:1-9).

Kita masih tetap melakukan hal-hal seperti itu sampai hari ini, apabila kita meningikan ajaran-ajaran gereja kita dan tradisi-tradisi gereja kita di atas fimran Allah. Selama adat istiadat itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, kita dapat terus melakukannya. Tapi apabila adat istiadat itu (tidak peduli berapa ratus tahun umurnya) - tidak Alkitabiah berlawanan dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab, harus dihentikan.

a. Tidak Suatupun Harus Ditambahkan Pada Pekerjaan Kristus Di atas Kayu Salib.

Saya membuat film dari Perayaan Jumat Agung disuatu negara beberapa tahun yang lalu. Para pengikut dera "kristen" memotong-motong punggung mereka dengan pecahan gelas yang tajam hingga darah keluar. Mereka memakai mahkota-mahkita duri di atas kepala mereka dan berbaris bermil-mil jauhnya dibawah terik matahari tropis, dan mencambuki diri mereka sendiri dengan cambuk.

Upacara itu berakhir disebuah lapangan luas yang terbuak, di mana beberapa dari emreka dengan telapak-telapak tangan terpaksa dinaikkan ke atas kayu salib.

Seorang dari emreka tampaknya kerasukan roh jahat ketika diturunkan dan didukung ke rumah yang terdekat. (Mungkin juga dia mengalami shock yang berat - saya tidak dapat mengatakannya). Ia berteriak dan menghempas-hempaskan diri tanpa kendali.

Ini semua dilakukan dengan disertai berkat dari kepemimpinan gereja mereka - benar-benar suatu perombakan dari Firman Tuhan.

Dalam sebuah kitab di Perjanjian Baru, Paulus menuliskan suatu peringatan yang serius:

"Sesungguhnya, aku Paulus, berkata keapdamu : Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak berguna bagimu.. kamu hidup di luar kasih karunia" (Gal 5:2-4).

Kita ternyata hidup di luar kasih karunia apabila kita berusaha untuk mendapatkan keuntungan atau ebrkat melalui pekerjaan kita sendiri yang kita anggap benar. Dengan mengerjakan hal-hals eperti diatas, menunjukkan bahwa tugas Kritus di atas salib masih belum cukup, dan kita harus menambahnya dengan pekerjaan baik kita pada pekerjaanNya agar kita diselamatkan dan diberkati. Ini bukan menghormati salib, tapi malah menghinanya.

Secara lahiriah, hal-hal seperti init ampaknya rohani, dan bersifat keagamaan yang kuat, namun jelas menghambat pekerjaan Roh Kudus dalam menyempurnakan kita.

Saya tidak meragukan kesungguhan hati mereka yang menyimpan jimat-jimat (pusaka), yang menyalakan lilin, berdoa pada orang-orang suci dan melakukan upacara-upacara lain yang tidak memberinya berkat atau otoritas secara Alkitabiah. Tapi mereka sangat khidmat, sama seperti mereka yang mencambuki diri mereka sendiri pada upacara Paskah tadi.

Pada pemimpin-pemimpin seperti itu Rasul Paulus menuliskan peringatan-peringatan yang sangat tajam:

"Betapa aku berharap guru-guru semacam ini, yang ingin agar kamu menyunatkan diri sendiri ... mengebirikan dirinya sendiri saja" (Terjemahan Inggris tlb.). (Terjemahan Alkitab Indonesia: Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya" (Gal 5:12).

Paulus sangat berdukacita karena adat istiadat orang Yahudi yang diberlakukan pada orang-orang kafir yang bertobat di Galatia. Pekabaran Injil pada orang-orang yang percaya di Galatia harus benar-benar diresapi oleh setiap hamba Allah yang sungguh-sungguh dan peringatan-peringatannya haruslah benar-benar diperhatikan.

Saya mengatakan kepada setiap orang, baik laki-laki maupun wanita kepunyaan Allah dimanapun anda berada berhentilah melakukan pekerjaan-pekerjann yang tidak Alkitabiah.

Tunduklah pada otoritas allah dan FirmanNja (Alkitab). Janganlah membiarkan otoritas keagamaan atau apapun yang membuat anda terus melakukan hal-hal atau adat istiadat yang tidak Alkitabiah.

Roh Kudus telah bekerja sama dengan beberapa dari anda dan membuat hati anda berada pada pihak Allah. Tapi sekarang, dengan tekanan dari para pemimpin agama, anda berbalik dari apa yang Roh Kudus katakan pada anda. Janganlah melakukan hal itu, berpeganglah benar-benar pada Allah dan FirmanNja maka anda akan diberkati dan diperkanan oleh Allah.

"Makdusku ialah, hiduplah oelh Roh, maka kamu tidak akanmenuruti keinginan daging" (terjemahan LAI). "Aku menasehatkan kamu hanja untuk taat pada Roh Kudus... ia akan memberitahu anda ke mana anda pergi dan apa yang anda harus lakukan. Dan anda tidak akan selalu melakukan hal-hal yang salah..." (Gal5:6 Terjemahan tlb).

BAB 3
Pemimpin-Pemimpin Yang Patut Diikuti

Suatu bangsa (ayau gereja) akan bernasib sama dengan kepemimpinan yang sesuai dengannja. Alkitab Perjanjian Lama menunjukkan hal ini. Bangsa yang tidak menerima dan mengikuti kepemimpinan dari Allah akan bernasib sama dengan pemimpin-pemimpin mereka yang bebal dan ruwet (ber-belit-belit).

Yesaya berkata,"Maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam..."(Yes 24:2).

"Para nabi bernubuat palsu, dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang dan umatKu menyukai yang demikian!" (Yer 5:31).

Perhatikanlah bahwa masalah di atas adalah ganda. yang pertama adalah masalah KEPEMIMPINAN(nabi dan imam) dan yang kedua adalahUMAT (RAKYAT). Allah tidak hanja meminta pertanggungjawab dari kepemimpinannya, Ia juga memintanya dari umatNja;"...umatKu menyukai yang demikian." Allah mendidik umatNya yang mengikuti pemimpinan-pemimpin palsu.

Allah tidak hanya menghukum mereka yang membeli di bait Allah, tapi juga yang menjual. Apabila saya menerima tawaran dari seorang pemimpin gereja yang mau mendoakan saya dan sebagai imbalan saya memberinya persembahan berupa uang, saya dan dia sama-sama bertanggungjawab bila memikirkan bahwa saya dapat membeli pemberian Allah dengan uang (Kis 8:18-23).

A. KITA MEMPUNYAI KEWAJIBAN UNTUK MEMBEDAKAN KEPEMIMPINAN YANG BENAR

Karena Allah memberi kita semua tanggung jawab, kita harus menyadari kewajiban kita untuk dapat membedakan mana kepemimpinan yang benar dan yang patut diikuti.

Jatuh Atau Bangun Suatu Gereja Atau Bangsa Tergantung Pada Pemimpinnya.

Nabi Yeremia menyatakan,"Banjak gembala (pemimpin gereja) telah merusakkan kebun anggurku, menginjak-injak tanahku dan membuat tanah kedambaanku menjadi padang gurun yang sunyi sepi.

Ya, mereka telah membuangnya sunyi sepi, sunyi sepi tanah itu bekabung di hadapanku!Sunyi sepi sekarang segenap negeri itu, tetapi tidak ada orang yang memperhatikannya'(Yer 12:10-11).

Allah sedang berbicara melalui nabi Yeremia tentang kepemimpinan agama dan bangsa Israil. Mereka telah salah memimpin dan hal itu membawa kehancuran bagi kediaman mereka.

Kepemimpinan yang anda ikuti akan juga memimpin anda untuk menjadi seperti apa anda itu dan seperti siapa anda itu. Anda akan bangkit atau jatuh, tergantung pada kepemimpinan yang anda ikuti.

2.Pertumbuhan Rohani Yang Terbatas Karena Kepemimpinan

Pemimpin gereja! Sebagian besar umat Tuhan yang anda pimpin tidak akan berkembang kerohaniannya melebihi kematangan rohani anda. Peranan sebagai pemimpin telah diserahkan kepada anda oleh Allah agar anda memberi teladan yang dapat diikuti oleh orang-orang lain.

Ketika membicarakan tentang tanggungjawab kepemimpinan dengan Timotius, Paulus menulis,"Seorang petani haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya"(2Tim2:6 pph).

Ini berarti, bahwa sebaiknya para pemimpin sidang sebelum memanggil orang-orang untuk berdoa, mereka sendiri seharusnya lebih dahulu menjadi pendoa syafaat. Apabila mereka ingin agar umat yang merka pimpin itu mentahbiskan diri, maka para pemimpin juga harus terlebih dahulu mentahbiskan diri mereka sendiri. Mereka harus menjadi yang pertama kali makan buah yang mereka ingankan orang lain memakannya.

a. Israil Dihukum Sehingga Mereka Harus Berkelana.

Ingatkah anda akan bangsa Israil di padang pasir? Penyebabnya adalah para pemimpin mereka telah membuat mereka jauh dari negeri Perjanjian.

Ketika Allah memanggil mereka keluar dari Mesir, ia bermaksud agar mereka dapat memasuki Kanaan empat puluh hari kemudian. seorang yang berjalan cepat dapat dengan mudahnya berjalan dari Mesir ke negeri Perjanjian dalam waktu satu minggu tapi ternyata mereka memerlukan waktu empat puluh tahun, mengapa? Karena kepemimpinan mereka

Dari kedua belas suku dipilih seorang pemimpin memata-matai negeri perjanjian dan membawa berita tentang negeri tersebut (Bil 13:2-17).

Diantara dua belas pemimpin itu, hanya Yosua dan Kaleb yang kembali dengan laporan yang baik. Sepuluh lainnya menolak untuk mempercayai bahwa Allah dapat mengerjakan apa yang telah ia janjikan. Raksasa-raksasa di negeri itu telah begitu mempengaruhi mereka, hingga kesepuluh pengintai tersebut memberikan laporan yang buruk, suatu laporan yang mengurungkan perjanjian Allah.

Lalu apa akibat penolakan itu pada 2.500.000 pengikut mereka?

Alkitab berkata pada kita, "Semua orang yang telah melihat kemuliaanKu dan tanda-tanda dan tanda-tanda mujizat yang Kubuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suaraKu,.

"Pastilah mereka tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka, semua orang yang menista Aku tidak akan melihatnya". (Bil 14:22, 23).

Para pemimpin ternyta telah menyegel tujuan dari setengah juta umat. Mereka terhukum di padang pasir, berkelana selama empat puluh tahun. Rencana Allah untuk membawa umatNya memasuki suatu berkat yang lebih besar dan baru, telah dihancurkan.

Dapatkah anda melihat, betapa pentingnya kepemimpinan itu. Adakah anda menyadari betapa pentingya mengetahui tanda-tanda dan sikap-sikap yang menunjukkan siapa seorang pemimpin yang patut diikuti?

B. BAGAIMANA MENGENALI PEMIMPIN-PEMIMPIN YANG ROHANI DAN PEMIMPIN-PEMIMPIN YANG JAHAT.

1. Apakah Mereka Ingin Meraih Tanggung Jawab Atau Otoritas?

Seorang pemimpin rohani adalah seorang yang mencari tanggung-jawab. Seorang pemimpin yang jahat adalah seorang yang hanya mencari otoritas.

Para pemimpin yang mau memikul tanggung jawab adalah seorang yang patut diikuti dan mereka yang hanya ingin mendapatkan otoritas adalah seorang yang harus dihindari.

a)Pemimpin-pemimpin Yang Rohani Mencari Tanggung Jawab. Rasul Paulus menulis, "Tapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu supaya tenang juga hatiku oelah kabar tentang hal-ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu.

Sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri bukan kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaanya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama sperti seorang anak menolong bapanya. Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera." (Flp. 2:19-23 pph).

Timotius mempunyai rasa tanggungjawab dan memperhatikan umat Allah. Ia tidak mencari gelar-gelar dan kedudukan yang terkemuka tapi kesempatan untuk melayani dan kesempatan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan Tuhan dan Umat Tuhan.

Kata-kata yang paling mengandung nada sedih yang ada di Alkitab adalah dari Rasul Paulus yang mengatakan, "Karena tidak ada seorangpun padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu. Sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingannya Yesus Kristus. Betapa menyedihkan! Paulus hanya mempunyai seorang pemimpin yang dapat diharapkan, untuk memelihara orang-orang itu lebih dari mengutamakan kepentingan sendiri.

b) Pemimpin-pemimpin Yang Jahat Mencari Kekuasaan (Otoritas)

Rasul Petrus memperingatkan kepemimpinan yang mungkin tergoda untuk mencari otoritas : "Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu." (1Ptr 5:2,3).

Berita dari Petrus jelas adalah berita kepemimpinan bukan berita ke 'tuan'an. Para pemimpin rohani hendaknya dengan rela memikul tanggung-jawab atas kawanan dombanya sebagai seorang gembala terhadap mereka.

"Gembalakan kawanan domba Allah yang ada padamu (dengan memikul tanggung jawab bagi mereka),jangan dengan paksa tapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan (bukan karena uang), tetapi karenan pengadian diri" (1Ptr 5:2,3 pph).

Para pemimpin gereja tidak ditunjuk Tuhan untuk melaksanakan kekuasaan otokratis pada gerejanya.

c) Ada Dua Contoh

1. Diotrefes Pemimpin Yang Buruk.

Rasul Yohanes melnuliskan: "Aku telah menulis sedikit kepada jemaat, tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang yang terkemuka di antara mereka tidak mau mengakui kami." Disitu kita melihat seorang pemimpin yang menginginkan otoritas karena ia akan mendapatkan penghargaan. Maka Yohanes memperingatkan: "Karena itu apabila aku datang aku akan minta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami dan belum meraasa puas dengan itu, ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat." (3Yoh 9,10).

Pernahkan anda dilarang bersekutu dengan umat Tuhan di gereja lain dan anda dikatakan tidak setia apabila anda melakukannya?

Ingatlah, kesetiaan kit ayang pertama adalah untuk Allah dan firmanNya (Alkitab). Setelah itu, kita memberikan kesetiaan kit apada semua orang percaya yang telah lahir baru, apakah mereka dari kalangan Katolik, Protestan atua dari Pantekosta.

Kita juga harus setia pad apara pemimpin gereja kita. Apabila mereka tidak meminta kita untuk tidak taat pada Allah atau FirmanNya, atau untuk mengurangi ikrar kita pada Tuhan, yang berarti juga mengurangi dukungan kita pada Tubuh Kristus, kita dapat mengikuti mereka.

Apabila seorang pemimpin melarang kita bersekutu dengan siapapun di luar gereja kita, itulah tandanya pada dia ada "roh Diotrefes".

Roh ini tak mau menerima saudara yang lain. Apabila anda melanggar larangannya dan tetap bersekutu dengan orang-orang diluar gereja anda, maka pemimpin-pemimpin ini akan mengucilkan anda dari gereja.

Apakata Yohanes Yohanes pada kita orang-orang Kristen mengenai hal ini ? "SAUDARA YANG KEKASIH, JANGANLAH MENIRU (mengikuti) YANG JAHAT, melainkan yang baik..."

Tak ada keharusan bagi anda untuk mengikuti (meneladani) pemimpin yang jahat. Aoabila soerang pemimpin mulai haus akan kekuasaan, berhentilah, jangan mengikuti dia dan dia akan kehilangan kepemimpinannya. Bertanyalah pada Allah bagaimana menghadapi dia dan sadarkanlah dia.

Salah satu cara bagaimana Allah mendidik seorang pemimpin yang keliru adalah apabila pengikutnya tak lagi mengikuti dia.

IKUTILAH YANG BAIK..." Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah" (3 Yoh 11).

Demetrius, Pemimpin yang Baik. Allah selalu memberi kita suatu pilihan untuk kepemimpinan dalam Tubuh Kristus. Yohanes mengatakan bahwa Demetrius adalah seorang pemimpin yang patut diikuti.

"Tentang Demetrius semua orang memberi kesaksian yang baik, malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang baik, malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian"(3 Yoh 12).

Kita mempunyai tugas untuk mengikuti pemimpin yang baik dan menolak pemimpin yang tidak baik. Jangan mengikuti kepemimpinan yang hanya mencari otoritas dan berusaha untuk menguasai orang-orang sekelilingnya.

2. Apakah Mereka Memberi Makan Atau Mengguntingi Bulu Domba-Dombanya?

Seorang pemimpin yang tidak baik, selalu memikirkan bagaimana MENGGUNTINGI BULU kawanan dombanya.

a)Pemimpin Yang Baik Memberi Makan Dombanya.yeremia adalah nabi bagi para pemimpin sidang.

Yeremia tahu bahwa Allah telah berjanji:"Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hatiKu, mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian" (yer 3:15). Apabila anda benar-benar seorang pemimpin sidang yang sesuai dengan hati Allah, anda akan pertama-tama memikirkan bagaimana memberi makan kawanan domba itu.

Allah melanjutkan janjiNya : "Dan Aku sendiri akan mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka dan mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.

Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggem

Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
menggunakan_otoritas.htm85 KB

Komentar