Mengenal Diri, Luar Dan Dalam

Bertahun-tahun yang lalu, saat saya masih menjadi pendeta muda dan menjadi pembicara dalam seminar-seminar, saya dan istri menonton film berjudul "A Man for All Season", karya Robert Bolt yang mengisahkan kehidupan Thomas More di Inggris pada abad ke-16. Saya terpana akan penggambaran Bolt terhadap pria yang integritas dan kelebihannya di bawah tekanan Raja Henry VIII membuatnya menjadi pemimpin dan menjadi penentu masa depan generasinya. Setelah melihat film itu, saya membaca segala macam literatur yang dapat saya temukan tentang Thomas More.

Saya tidak perlu membaca terlalu banyak untuk mengetahui bahwa More adalah seseorang yang jauh lebih kompleks daripada karakter yang ada di film. Hal itu membuat saya kecewa dengan karakter Thomas More yang ada di film. Namun demikian, saya sangat menyukai film tersebut, dan saya pun membeli buku yang berisi skenario dari film karya Bolt tersebut. Beberapa dialog di dalamnya sangat cocok digunakan sebagai ilustrasi bagi khotbah-khotbah saya selama beberapa dekade.

Dalam kata pengantarnya, Robert Bolt mengapresiasi karakteristik pemeran utama, Thomas More, yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang. "Saat saya menulis tentangnya (More), saya menemui bahwa ia adalah seseorang yang memiliki keteguhan akan dirinya sendiri. Dia tahu di mana dia harus mulai dan berhenti, kapan dia melanggar batas dan apa yang melanggar batas keyakinannnya."

Ia tahu dari mana ia harus memulai dan berhenti; sungguh luar biasa. Mengenal diri sendiri secara menyeluruh, More mampu menolak segala jenis suap dan ancaman yang dilayangkan padanya untuk membujuk dan memaksanya mengingkari suara hatinya sendiri. Seumur hidupnya, ia "keukeuh" dan penuh integritas.

Yunani kuno pun menekankan pentingnya seseorang untuk mengenal diri sendiri. Kita tidak banyak mendengar mengenai hal itu pada zaman sekarang, dan itu sangat disayangkan karena sebenarnya sakit hati dan tragedi dalam kehidupan dapat dicegah jika seseorang mengenali dirinya sendiri.

Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk membantu kita mengetahui diri sendiri dan apakah kita telah mengenal diri sendiri dengan baik.

  1. Apa kelebihan Anda? Hal ini berhubungan dengan kekuatan, talenta, bakat, dan semacamnya.

  2. Apa kelemahan Anda? Lebih baik jangan pernah lakukan hal-hal yang tidak dapat Anda lakukan.

  3. Apa kelebihan Anda yang paling menonjol? Dalam hal apa Anda merasa paling kompeten?

  4. Apa kelemahan Anda yang paling menonjol? Hal-hal apa yang perlu Anda waspadai kalau-kalau kelemahan Anda itu menghalangi jalan Anda?

  5. Apa yang paling Anda yakini? Temukan dua keyakinan yang paling Anda yakini dari banyaknya keyakinan yang Anda genggam.

  6. Apa yang paling tidak Anda yakini? "Saya tidak akan pernah memercayainya," kita semua pasti pernah mengucapkan kata-kata itu. Apa yang benar-benar tidak Anda yakini?

  7. Apa yang membuat Anda menyangkal Tuhan? Pertanyaan ini adalah cara lain untuk menanyakan, "Berapa harga Anda?". Tentang hal ini, para pelajar Alkitab akan lansung mengarah kepada subjek pembicaraan antara Tuhan dan Iblis di Ayub 1-2.

  8. Apa yang membuat Anda tidak ke gereja dan berpaling dari kehidupan kristiani Anda? Banyak jemaat gereja yang melakukan hal itu. Apa yang membuat Anda juga berbuat demikian?

Berikut adalah sebagian dari adegan dalam "A Man For All Seasons". Thomas More disapa oleh pengikutnya yang bernama Richard Rich, seseorang yang hidup sendiri dan selalu berharap naik pangkat.

Rich: "(Banyak orang bilang) Teman Sir Thomas, tapi masih belum punya kedudukan. Pasti ada yang tidak beres dengannya."
Thomas More: "Dekan St. Paul menawarimu jabatan, dengan sebuah rumah, pelayan, dan lima puluh pound setahun."
Rich dengan antusias bertanya, "Apa? Jabatan apa?" More menjawab, "Di sekolah yang baru." Rich berkata, "Jadi guru!"
More: "Seseorang harus pergi ke tempat di mana ia tidak akan dicobai." Lalu dia mengangkat cangkir perak untuk memberinya toss dan minum.
Rich menyukai cangkir itu, More memberitahunya bahwa cangkir itu buatan Italia dan ia pun memberikannya pada Rich, lalu berkata, "Kamu pasti akan menjualnya, ya `kan?"
Rich: "Hhmm ... ya, aku akan menjualnya." Rich akan membeli jubah seperti milik More. More mengatakan bahwa harga cangkir itu cukup untuk membeli beberapa jubah.
More: "Cangkir itu dikirim kepadaku beberapa waktu yang lalu oleh seorang wanita. Kini dia sedang ada dalam proses hukum di pengadilan pemerintah. Itu suap, Richard."
Kemudian More berkata, "Tapi Richard, di pemerintahan, kamu akan ditawari segala jenis barang. Aku dulu pernah ditawari sebuah desa, dengan pabrik, dan rumah besar, dan tahu sendirilah -- lencana, aku tidak heran. Mengapa tidak mau jadi pengajar? Kamu akan jadi pengajar yang baik. Bahkan mungkin pengajar yang hebat."
Rich: "Dan jika aku jadi pengajar yang hebat, siapa juga yang akan mengenalku?"
More: "Kamu, murid-muridmu, teman-temanmu, Tuhan. Bukan citra yang buruk, yang .... Oh, dan hidup yang tenang."
Pada akhir cerita, saat Thomas More diadili karena menentang raja dan Richard Rich bersaksi menentangnya, ia melihat Richard memakai medali yang melingkar di lehernya. Dia berkata, "Kamu memakai lencana pejabat pemerintahan. Boleh aku melihatnya." Sesaat setelah itu: "Red Dragon. Apa ini?"
Thomas Cromwell menjawab, "Sir Richard ditunjuk sebagai Mahkamah Agung Wales."
More menatap orang kaya baru yang masih muda itu dan berbisik, "Untuk Wales? Mengapa Richard, tidak ada untungnya bagi seseorang untuk memberikan jiwanya pada seluruh dunia ... apalagi untuk Wales!"

Perlu seumur hidup untuk memahami dan benar-benar mengenali diri sendiri. Alasannya mengapa demikian adalah karena kita selalu berubah, bertumbuh dan belajar, gagal dan berhasil, mulai dan berhenti, selalu lebih baik atau lebih buruk dari yang sebelumnya.

Saat Daud yang masih belia berdiri menghadapi Goliat, ia menunjukkan bahwa ia mengenali kekuatannya -- keberanian, keterampilan dengan ketapel, iman pada Tuhan -- dan kelemahannya -- ukuran, kurangnya senjata, kurangnya pengalaman bertarung dengan Goliat. Dari seberang, ia menatap sang Goliat dengan kekuatan yang luar biasa -- ukuran tubuh, kekuatan fisik, senjata, tombak, pedang, dan perisai -- namun ada satu kelemahan, matanya tidak tertutup oleh perisainya. Saat Daud melihat tempat di mana ia bisa melemparkan batunya, dia memilih kelemahan utama lawannya dan melemparkan batu dengan ketapelnya di daerah antara kedua mata.

Tidak cukup untuk mengetahui kekuatan-kekuatan kita dan menggunakannya dengan baik. Jika kita tidak mengetahui kelemahan kita dan melindungi diri dengan menjaga dan memerhatikan kelemahan itu, kita akan jatuh saat kita melakukan apa yang baik -- dan akan sangat terkejut dalam prosesnya.

Pada tahun-tahun mendatang, saat Daud jatuh dalam dosa dengan Batsyeba, dan kemudian melakukan banyak kesalahan lagi saat dia berusaha menutupi dosanya, ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri seperti saat ia masih muda. Usia dan pengalaman telah mengubah kekuatannya dan menghadirkan kelemahan-kelemahan baru kepadanya. Keegoisan dan nafsu seksualnya membuatnya jatuh, seperti Goliat.

Saya sering kali geli dengan cara beberapa orang berdebat mengenai elemen dalam Yesus dan karakter Allah. Apa yang ada di jiwa manusia yang membuat kita berpikir bahwa kita dapat memahami Allah sementara kita tidak mengenal diri sendiri?

Seseorang pernah bertanya kepada teman Albert Einstein mengenai apakah betul hanya sepuluh orang di dunia yang benar-benar memahami Albert Einstein. Ia menjawab, "Oh, salah. Ada sekitar dua puluh orang, namun Einstein tidak termasuk di dalamnya." (t/Dian)

Diterjemahkan dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar