Memimpin dengan Melayani

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa yang ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." (Markus 10:42-44)

Sudah jelas, ini merupakan salah satu ajaran "mencolok" dari Yesus yang berhubungan dengan kepemimpinan. Kenyataannya, banyak para pemimpin memutarbalikkannya. Tampaknya, ajaran ini mengupayakan bagi Anda agar pantas menjadi pemimpin yang berhasil dengan berperan sebagai pelayan, bukan sebagai komandan atau sumber inspirasi yang berkarisma. Ide ini menimbulkan teka-teki sekaligus tantangan, namun Yesus mengulang beberapa kali pesan utama ini dalam ajaran-Nya. Dia mengajarkan, jika Anda ingin menjadi hebat, jadilah sederhana, duduk paling rendah dari tempat terhormat, dan menjadi seperti seorang anak kecil. Sekali lagi Yesus menantang kita untuk memikirkan kembali apa artinya menjadi pemimpin. Dia menantang kita untuk melawan godaan sebagai pemimpin yang unggul dan berperilaku seolah-olah tahu segalanya.

Gagasan kepemimpinan sebagai pelayan sudah ditulis cukup panjang oleh pengarang dan pendiri Greenleaf Center for Servant-Leadership, Robert Greenleaf. Dia membuat dalil bahwa pemimpin yang benar adalah mereka yang memimpin dengan melayani orang lain. Dia berargumentasi bahwa pengikut yang potensial akan "menanggapi hanya pada seseorang yang dipilih sebagai pemimpin, karena mereka akan dijamin dan dipercaya sebagai pelayan". Dia juga menegaskan bahwa para pengikut yang dilayani oleh para pemimpin yang melayani, akan "menjadi sehat, bijaksana, bebas, lebih swatantra, dan menyerupai mereka yang menjadi pemimpin".

Jelasnya, menjadi seorang pelayan berarti memerhatikan kebutuhan orang lain dan mencoba membantu mereka. Pedoman Emas: "Perlakukan orang lain seperti engkau ingin diperlakukan", merupakan prinsip yang kuat seperti kepemimpinan yang diajarkan Yesus. Tentu saja, kita butuh merasa yakin bahwa kita melayani dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain untuk masa yang panjang. Kita tidak ingin mereka menjadi terlalu bergantung, sehingga kemungkinan besar membahayakan mereka untuk tumbuh dan berkembang dalam masa yang lama.

Satu dari banyak tantangan kepemimpinan masa kini yang konsisten dengan ide ini adalah dipanggil untuk berperan. Saya berbicara tentang pentingnya para pemimpin tim yang berwibawa. Saat ini, kebanyakan tim dibentuk dengan cepat di mana-mana, dan mereka dipandang oleh beberapa perusahaan sebagai kunci untuk menguras kemampuan mental dan fisik tenaga kerja. Filosofi dasarnya adalah, jika para pekerja dipenuhi semua sumber daya dan informasi yang dibutuhkannya, maka mereka akan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dengan kreatif dan produktif. Dengan demikian, mereka mengatasi birokrasi tradisional dan akan konsekuen menemukan pekerjaan yang lebih bermanfaat dan mengembangkan diri sebagai individu. Dengan kata lain, biarkanlah para pekerja berdiri pada kedua kakinya dalam tim, jika Anda menginginkan mereka sesuai dengan kemampuan mereka.

Semua ini menciptakan beberapa kebingungan dan tantangan yang sulit bagi para pemimpin tim. Contohnya, perusahaan kertas Lake Superior di Duluth, Minnesota, meluncurkan tim yang berwibawa dengan sebuah rencana untuk menghilangkan lapisan pengawas. Untuk itu, mereka berencana menyusun dari pengawasan langsung tim ke sebuah posisi pada bagian berwenang, dan terkadang untuk sebuah fasilitator eksternal tim. Kekurangan wewenang tradisional ini dapat membuat pemimpin fasilitator merasa terjepit antara atasan manajemen dan tim. Seorang individu menggambarkan peran pemimpin tim ini bagaikan salah satu dari pemanah yang "mendapatkan hal ini dari dua jalan". Ada juga ketakutan seorang pemimpin tim mengenai pekerjaan mereka yang dapat berisiko pada diri mereka, jika tim cukup berhasil begitu tim diberi kekuasaan yang efektif.

Seorang mantan pemimpin berkata, "Tidak ada yang menyebut milikku". Pada akhirnya, jika mereka sungguh-sungguh mengatur dirinya, maka akan menjadikan tim mereka banyak mendapatkan penghargaan. Menurut tradisi, sebuah penghargaan atas tindakan yang baik dari sebuah bagian dimulai oleh pengawas. Pemimpin lain menambahkan, "Saya sungguh menikmatinya, jika pada suatu saat beberapa orang menepuk bahu saya sambil berkata, `Hey, kamu melakukan pekerjaan yang bagus hari ini`".

Peranan pemimpin tim tidak hanya dalam hal memerintah dan mengatur, maupun campur tangan dan mencarikan solusi untuk tim. Malahan, pemimpin harus menjadi pembangun dan penolong. Pemimpin harus menjadi seseorang yang memungkinkan tim mampu berbuat yang terbaik bagi mereka, dengan meyakinkan bahwa mereka akan memperoleh apa yang mereka inginkan, dan memberikan kesempatan untuk melakukan apa yang mereka putuskan. Pada dasarnya, para pemimpin tim yang baik adalah seorang yang melayani. Daripada menggunakan kekuatan, mereka lebih memberi wewenang. Namun, mereka harus berhati-hati untuk tidak terlalu banyak memelihara kepercayaan diri mereka dengan tim. Mereka harus belajar untuk tidak memberikan jawaban dan memecahkan masalah. Jika tim menggantikannya, mereka harus belajar untuk berbuat sesuatu bagi dirinya.

Banyak pengawas tradisional tidak mampu mengadakan perubahan yang berhasil, manakala perusahaan mereka memutuskan untuk melaksanakan peraturan tim. Dari sekian banyak, hanya satu orang yang berhasil memikirkan kembali arti pemimpin yang baik. Mereka adalah raja dan ratu dari bukit, yang menjadi sorotan umum. Pekerjaan mereka melayani banyak orang pada kelompok-kelompoknya, sehingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dan menjadi anggota tim terbaik dalam sebuah proses. Para pemimpin tim harus belajar mengakui kesalahannya dan menemukan kepuasan mereka dalam keberhasilan dan pengakuan tim dari pada dari diri mereka. Saya sudah mencermati banyak pemimpin tim yang efektif telah membesarkan harapan dan mendukung timnya, serta memastikan bahwa mereka memiliki semua sumber dana, informasi, dan latihan yang mereka butuhkan untuk mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Pada akhirnya, keberhasilan sesungguhnya bagi para pemimpin adalah menjadi pelayan yang baik, dengan membantu anggota tim mereka menemukan kebutuhan-kebutuhannya.

Walaupun banyak tantangan dalam membawakan peran pelayan, banyak pemimpin tim justru mencari tantangan agar menjadi sungguh-sungguh berguna. Seorang pemimpin Lake Superior Paper, puas dengan tanggapan antusias dari anggota tim atas pendekatan pelayanannya di antara aturan tim: "Saya tidak akan kembali (ke sistem autokrasi tradisional). Saya melihat semua tenaga yang disia-siakan. Di sini, bila Anda mencari seseorang untuk mengerjakan sesuatu, Anda akan segera mendapati tiga orang yang memasang dirinya di pintu sebagai sukarelawan. Mereka sungguh-sungguh `gung ho`". Seorang pemimpin di IDS (sebuah divisi dari American Express, Red.) menjelaskan bahwa dia hanya menikmati perannya cukup dengan melayani kemudian mengontrol. "Sekarang saya banyak mendapatkan kepuasan dari memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, dan kemudian mengatakan pada mereka untuk melakukannya."

Menjadi pelayan merupakan jalan kecil menuju keberhasilan seperti yang dimaksudkan Yesus. Dia melayani layaknya gambaran model tertinggi dari kepemimpinan pelayan diri-Nya. Mungkin diri-Nya merupakan contoh paling nyata dari kepemimpinan pelayan yang dibicarakan dalam perjamuan terakhir bersama para murid-Nya -- tim-Nya sendiri (Yohanes 13:4-5, 12-15).

Nampak jelas Yesus tidak memiliki pamrih menjadi pemimpin pelayan. Dia mendemonstrasikan dan kemudian menegaskan pada para murid-Nya untuk melakukan hal sama. Ada perbedaan besar di antara mencoba untuk menguasai kepemimpinan demi pemujaan Anda sendiri, dan membesarkan harapan orang lain untuk mengambil peran aktif di dalam proses kepemimpinan. Yesus rupanya menjadi pedoman orang lain atau di dalam panggilan ini, mungkin kita akan melayani dengan memimpin diri mereka untuk tugas pelayanan. Hal ini merupakan gagasan kepemimpinan yang kuat, karena menyediakan bahan-bahan penting untuk sebuah perkembangan yang teramat pesat dari proses populasi keseluruhan. Gagasan ini menawarkan kekuatan untuk memperoleh seluruh pasukan pelayan yang mampu memikirkan kesejahteraan orang lain dari pada hanya memikirkan urusan pribadi mereka. Jadi, kepemimpinan pelayan difokuskan tidak hanya mengatasi godaan pemimpin sendiri untuk menjatuhkan sasaran kepada mitos kepemimpinan (sebagaimana para pemimpin akan mengetahui semua jawaban, menerima semua kemasyhuran dan kemuliaan serta banyak lagi), namun membesarkan hati atau harapan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Diambil dari:

Judul asli : The Leadership Wisdom of Jesus:
buku Practical Lessons For Today
Judul buku : The Leadership Wisdom of Jesus: Panduan Praktis
terjemahan Mengenai Kepemimpinan Masa Kini yang Berlandaskan pada Ajaran Kristus
Judul bab : Pimpinlah Orang Lain Menjadi Diri Mereka yang Terbaik
Penulis : Charles C. Manz
Penerjemah : Rene Johanes
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2003
Halaman : 105 -- 110
Kategori Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar