Masa 500 Tahun di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Bagian C11
MASA 500 TAHUN DI ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

Bab1
Apa Yang Terjadi Pada Abad-Abad Di Antara Perjanjian Lama/Baru

Empat ratus tahun di antara nubuat Maleakhi ada kedatangan Kristus sering kali digambarkan seperti "sunyi" tetapi pada kenyataannya sangat padat dengan aktivitas.

Tidak ada surat-surat nabi yang ada dalam alkitab muncul di Israil pada abad-abad tersebut. Perjanjian Lama sudah dianggap selesai.

Tetapi, berbagai peristiwa terjadi untuk memberikan orang-orang Yahudi kesempatan untuk menyesuaikan ideoliginya yang tidak sesuai dengan Kristus. Era ini seperti diatur oleh Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan kristus dan proklamasi dari InjilNya.

A. KERAJAAN PERSIA MENGUASAI YUDEA

Kurang lebih 100 tahun sebelum zaman ini, orang-orang Yahudi dipindah ke pembuangan di Babel (Persia) (2 Raj 24:15; Yer 20:6). Persia kuno meliputi daerah-daerah yang sekarang ini disebut Irak dan Iran.

Orang-orang Yahudi menjalankan peraturan-peraturan Persia dengan baik selama 70 tahun dalam pembuangan. Pada akhir tahun ke tujuh puluh, Sirus (Koresy), Raja Persia memberikan mereka ijin untuk kembali ke Yerusjalem dan membangun kembali Rumah Allah mereka. (Bandingkan dengan Yer 29;10 dan Dan 9:2).

Walaupun mereka mendapat perlawanan dari penduduk palestina, Bait Allah akhirnya selesai juga dibangun dan ditahbiskan selama pemerintahan raja Darius Yang Agung (Ezr 6:1-14).

Ezra, seorang Ahli Taurat dan Nehemia, seorang pegawai biasa mencari cara untuk masyarakat Yahudi yang tinggal di Palestina dan mendorong mereka agar tetap pada hukum-hukum Allah (lihat Ezr 10).

Selama satu setengah abad setelah zaman Nehemia, kekaisaran Persia memegang kendali dari seluruh Yudea, dan orang-orang Yahudi diijinkan melakukan peraturan-peraturan ibadah mereka tanpa mendapatkan gangguan.

Yudea saat itu diperintah oleh imam-imam besar yang bertanggung jawab pada pemerintahan Persia, suatu fakta yang menunjukkan bahwa memang orang-orang Yahudi mempunyai otonomi yang luas. Namun, pada saat yang sama, ternyata kedudukan politik dari keimamatan telah memberikan maslah pada masa yang akan datang. Perebutan kedudukan untuk menjadi imam besar ditandai dengan iri hati (kecemburuan), cara-cara yang jahat bahkan pembunuhan.

Yohanes, anak dari Yoyada (Neh 12;22), dilaporkan membunuh saudara laki-lakinya, Yosua sekitar daerah Bait-Allah.

Kedudukan Yohanan sebagai imam besar kemudian digantikan oleh saudaranya bernama Yadua, yang menurut Josephus, mempunyai seorang saudara bernama manaseh, yang ,menikahi anak perempuan Sanbalat, gubernur dari Samaria.

1. Orang-orang Samaria Membangun Bait-Allah.

Pada saat inilah sebuah Rumah Allah di Samaria dibangun di atas Gunung Gerizim. Rumah ibadah ini dianggap suci/keramat oleh masyarakat Samaria lebih dari Zion. Untuk beberapa saat, kejadian ini menyebabkan pergantian system keagamaan secara paksa. Hal ini sebenarnya telah dimulai oleh Yerobeam, beberapa abad sebelumnya, setelah kematian dari Raja Salomo (1 Raj 12;25).

Tempat kudus di gunung Gerizim ini dihancurkan oleh seorang penguasa hasmonae yang bernama John Hyrcanus (134-104 S.M.). Hingga pertengahan abad ke dua puluh, sisa-sisa dari orang Samaria (kira-kira berjumlah 300 orang)masih menganggap gunung itu keramat.

Wanita yang ada di tepi sumur di Samaria mengharapkan untuk dapat berbantah-bantah dengan Yesus tentang keagungan dari kedua tempat kudus yang saling bersaing itu. Yesus, sang Juruslamat memiliki untuk lebih menekankan pada sikap rohani dari seorang penyembah daripada tempat menyembah itu sendiri (Yo 4:20).

Sambalat anak Yosefus tidak mungkin merupakan Sanbalat yang sama dengan Sanbalat yang disebutkan Nehemia (4;1). Walaupun demikian, Yosefus menunjukkan suatu tradisi yang masih berlaku, karena tampaknya sebuah tempat ibadah telah dibangun di Gunung Gerizim, pada saat itu.

Kegagalan Persia menunjukkan Yunani mendorong bangsa-bangsa yang masih terjajah untuk mencari kemerdekaan mereka. Mesir secara terus-menerus berusaha untuk mematahkan kuk Persia. Yudea, yang secara geografisterletak di antara Mesir dan Persia tak dapat menghindar dari keterlibatan.

2. Migrasi Orang-orang Yahudi

Selama pemerintahan Artaxerxes III banyak orang Yahudi yang turut serta dalam revolusi melawan Persia. Ketika gagal, orang-orang Persia membuang/mengasingkan mereka ke Babilonia dan ke pantai Selatan dari Laut Kaspia.

Orang-orang Yahudi telah melarikan diri ke Mesir, pada zaman Yeremia kurang lebih satu abad sebelumnya. Mengikuti pembunuhan Gedalya, nabi Yeremia, dipaksa untuk bergabung dengan para pengungsi yang mencari perlindungan dari Tahpanhes di sebelah Timur Delta (Yer 43:4-13), orang-orang Yudea in pergi ke Mesir untuk melarikan diri dari tangkapan Nebukadnesar.

Migrasi ini (perpindahan penduduk) berlanjut selama masa Persiam, dan sampai abad kelima sebelum Masehi. Sebuah koloni Yahudi yang terdiri dari prajurit bayaran ditempatkan di pulau Elephantine, di dekat Aswan Moderen pada air terjun yang pertama dari sungai Nil.

Berlawanan dengan hukum Musa, para koloni ini membangun tempat ibadah untuk dirinya sendiri dan juga beribadah pada allah nenek mojang mereka dengan ilah-ilah bangsa kafir (Yer 44:15-19). Orang-orang Yahudi Elephantine ini mempunyai hubungan baik dengan orang-orang Samaria maupun orang-orang Yudea.

B. ALEXANDER YANG AGUNG

Persia tidak pernah berhasil mengalahkan Yunani, tapi seorang pewaris budaya Yunani, Alexander dari Makedonia, akhir menumpas kekaisaran Persia.

Alexander bukan saja seorang pemimpin yang gila kuasa. Sebagai seorang murid dari ahli filsafat Aristoteles, dia merasa sangat yakin bahwa kebudayaan Yunani adalah satu-satunya kekuatan yang dapat mempersatukan dunia.

Pada tahun 333 S.M. dia berangkat Makedonia ke Asia Kecil dan mengalahkan tentara Persia yang bermarkas di sana. Kemudian bergerak ke Selatan melalui Siria dan Palestina menuju ke Mesir.

Tirua dan Gaza dengan keras memberikan perlawanannya, tapi hambatan-hambatan ini tidak mematahkan semangat Alexander, bahkan justru memperkuat keinginannya untuk menang.

1. Sahabat Orang Yahudi

Tidak perlu ada kampanye-kampanye melawan orang Yahudi, dan sungguh, sejarah telah membuat Alexander menjadi sahabat orang-orang Yahudi. Yaddua, imam besar sat itu, dikatakan keluar menemui Alexander dan memberitahu dia tentang nubuat Daniel yang menyatakan bahwa pasukan Yunani akan menang (lihat Dan 8).

Walaupun para ahli sejarah tidak menanggapi cerita ini dengan serius, cerita ini menggambarkan persahabatan yang ada antara orang-orang Yahudi dan pemenang dari Makedonia.

Alexander mengijinkan orang-orang Yahudi untuk melaksanakan hukum-hukum mereka, membebaskan mereka untuk membayar pajak selama tahun-tahun Sabat mereka. Ketika ia membangun Alexander di Mesir (331 S.M.), dia mendorong orang-orang Yahudi untuk tinggal di sana dan memberi mereka hak-hak yang sama dengan penduduk Yunani lainnya.

2. Mengalahkan Persia

Ketika memasuki Mesir, Alexander disambut sebagai pembebas dari tekanan Persia.

Pasukannya yang berkemenangan kembali pada jalan mereka yang semula melewati Palestina dan Siria, kemudian bergerak ke arah Timur. Kota Babilon (Irak) dan Persia(Iran) jatuh ke tangan Alexander, dan ia terus mendesak maju ke Timur sampai sejauh Punjab, daerah dari India.

3. Warisan Dari Kebudayaan Yunani

Walaupun kuat di medan perang, kebudayaan Helenistiklah yang lebih merupakan warisan Alexander pada Timur Tengah dari pada kebudayaan Makedonia.

Ia memutuskan untuk menemukan sebuah kota yang di tiap negara dalam kekaisarannya merupakan contoh bagi seluruh negara tersebut dengan garis-garis berhaluan Yunani.

Secara materi, ini berarti didirikannya bangunan-bangunan umum yang indah, gymnasium untuk pertandingan-pertandingan dan teater terbuka dan apa saja yang kira-kira sesuai untuk kehidupan dari sebuah kota Yunani di negara bagian.

Orang-orang didorong untuk memakai nama-nama Yunani, pakaian Yunani dan bahasa Yunani-singkatnya untuk menjadi seorang Helenis.

Aspek material dari Helenisme tempaknya telah menarik perhatian sebagian besar lapisan masyarakat.

Perdagangan dan jual-beli telah membawa kekayaan bagi kelas dagang yang baru ini. Perpustakaan-perpustakaan dan sekolah-sekolah disambut kehadirannya oleh orang-orang terpelajar. Perumahan dan makanan yang lebih baik membuat naiknya standar kehidupan.

Banyak orang Israel, seperti dimana-mana merasa senang menerima kebudayaan Yunani yang terselubung ini. Jika pada zaman sebelum pindahnya bangsa Israel penyembahan berhala merupakan batu sandungan, maka Helenisme adalah cobaan yang berat pada zaman setelah berpindah.

Seorang pengamat dari abad ke 3 S.M. Menuliskan,"Pada akhir masa pemerintahan siang dari Persia, kemudian oleh Makedonia yang menjatuhkan kekaisaran Persia, pembaharuan dengan suku-suku lain, telah membuat orang Yahudi tradisional kehilangan pegangan mereka."

Banyak orang-orang Yahudi memakai nama-nama Yunani, menerima sekolah Filsafat Yunani dan berusaha untuk menggabungkan hikmat Yunani dengan iman nenek moyang mereka. Namun yang lain menolak Helenisme dan menjadi lebih tekun dalam mempelajari hukum Taurat mereka.

Pada usia yang ke tiga puluh tiga, Alexander meninggal di Babil.

Selama beberapa tahun kemudian masa depan daripada Timur Dekat tidaklah pasti, tapi para jenderal berhasil membagi kekaisaran ini di antara mereka sendiri da pengaruh dari Helenisme meningkat.

Meskipun orang-orang Ptolemy dari Mesir dan orang-orang Seleucid dari Siria saling berperang untuk memperebutkan daerah dan kekuasaan, misi mereka secara sosial dan kebudayaantetap sama (bersatu).

Seorang sejarah W>W. Tarn mengatakan bahwa Alexander "telah begitu mengubah dunia sehingga setelah dia, tidak ada sesuatupun yang masih memiliki bentuk aslinya."

C. MASA PARA PTOLEMY

Setelah kematian Alexander, Yudea pertama kali jatuh ke tangan Antigonus, salah seorang dari jendral-jendralnya. Tapi kemudian dengan segera jatuh kepada jenderal yang lainnya Prolemy I yang nama depannya adalah Soter yang berarti "pembebas". Ia merebut Yerusjalem pada hari Sabat pada tahun 320 S.M.

1. Orang Yahudi Menjadi Makmur

Ptolemy, yang kerajaannya berpusat di Mesir memperlakukan orang Yahudi dengan baik. Banjak dari mereka tinggal di Alexander-yang kemudian menjadi pusat pemikiran yang penting bagi orang-orang Yahudi selama berabad-abad.

Di bawah Ptolemy II (Filadelfus), orang-orang Yahudi Alexander menterjemahkan Perjanjian Lama mereka ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini kemudian dikenal dengan nama Septugin (yang jika diterjemahkan berarti"tujuh puluh)").

Nama ini berasal dari tujuh puluh orang-orang Yahudi yang di kirim dari Yudea untuk membuat terjemahan Yunani dari kitab-kitab suci yang berbahasa Ibrani tersebut. Sebenarnya ada tujuh puluh dua orang, masing-masing enam dari dua belas suku Israil.

Orang-orang Yahudi di Palestina menikmati msa kemakmuran selama masa pra Ptolemy ini. Pajak dibayarkan pada pemerintahan di Mesir. Tapi masalah-masalah lokal diselesaikan oleh para imam besar yang telah bertanggung-jawab atas pemerintahan masyarakat mereka sejak zaman Persia.

Tokoh yang tersebar di antara orang-orang Yahudi pada zaman Ptolemy adalah Simon yang Besar, seorang imam besar. Ia mendapat pujian tertinggi dalam kitab pengkhotbah buku Apokripa yang menyebutnya sebagai "yang terbesar di antara saudara-saudaranya dan kemuliaan dari umatnya."

Dia mendapat penghargaan karena membangun kembali tembok-tembok Yerusjalem yang telah dihancurkan Ptolemy I. Dikatakan bahwa ia memperbaiki Bait suci dan memerintahkan penggalian tanah guna pembuatan sumur untuk persediaan air segar di Yerusalem pada masa kekeringan dan masa-masa yang sukar.

Sebagai tambahan dari reputasinya sebagai imam besar, Simon juga dianggap sebagai salah satu dari guru-guru besar Yudaisme kuno. Semboyan hidup yang paling disukainya adalah "dunia terletak pada tiga hal: Hukum, Pelayanan Suci, dan Kasih."

Walaupun demikian identitas Simon yang Benar ini merupakan suatu masalah sejarah. Seorang imam besar bernama Simon I hidup pada pertengahan abad ke III, dan Simon II hidup kira-kira pada 200 S.M. salah satu dari mereka tanpa diragukan lagi adalah Simon yang Benar dalam tradisi dan sejarah Yahudi.

2. Persaingan Berkembang Antar Keluarga-Keluarga Imam

Selama masa Ptolemy keluarga-keluarga imam dari Onias dan Tobias merupakan saingan-saingan yang berat. Keluarga Tobias memihak Mesir dan mewakili kelas sosial yang kaya dari masyarakat Yerusalem. Keluarga Tobias mungkin mempunyai hubungan dengan Tobias orang Amon (Neh 2;10;4;3,7;6:1-19) yang telah memberi banyak persoalan bagi Nehemia.

Sebuah kertas kuno (papirus) dari zaman Ptolemy II berbicara tentang seorang Yahudi bernama Tobias, seorang komandan pasukan berkuda angkatan bersenjata Ptolemy yang bermarkas di Ammanitis, di sebelah timur Sungai Yordan.

Para ahli purbakala telah menemukan sebuah tempat yang besar dari abad ke tiga S.M. di Araq el-Emir di Yordan tengah, dengan nama "Tobiah". Orang-orang Tobiah dianggap sebagai para pemungut cukai, yang memiliki tugas yang sama seperti pemungut cukai pada Perjanjian Baru.

Yosefus mencatat bahwa Onias II menolak untuk membayar Ptolemy IV dua puluh keping perak yang secara jelas adalah pajak yang diminta dari para imam besar. Dengan menolak membayar, Onias tampaknya telah menyatakan putus hubungan dengan Ptolemy.

Yusuf, seorang anggota keluarga Tobias, kemudian berhasil menjadi dirinya sendiri "petani pajak" (pemungut pajak) bagi seluruh Palestina. Petani pajak ini harus pergi ke Alexander setiap tahun untuk pembaharuan peraturan pemungutan pajak. Yusuf memegang jabatan ini selama dua puluh tahun di bawah pemerintahan para Ptolemy dan setelah kemenangan Antiochus II di bawah Seleucid.

D. MASA PARA SELEUCID

Para pemimpin Siria pada periode ini disebut para Seleucid. Hal ini disebabkan karena kerajaan mereka yang merupakan salah satu dari negara-negara pengganti kekaisaran Alexander yang Agung, didirikan oleh Seleucid I (Nikator).

Hampir semua yang mula-mula memerintah lahir dengan nama Seleucid atau Antiochus. Mereka memerintah dari kota Antiokia, di tepi sungai Orentes.

1. Kebudayaan Yunani memperkuat orang-orang Yahudi

Antiokhus III, seorang pemimpin yang ambisius, yang memakai nama akhir"yang Agung", terlibat dalam serangkaian pertempuran dengan Mesir. Pada tahun 199 S.M. dia merebut Palestina dari tangan para Ptolemy setelah perang Panion, di dekat mata air sungai Yordan.

Ini menandakan permulaan suatu era baru dalam sejarah Yahudi. Jika para Ptolemy dulu telah bertoleransi terhadap peraturan-peraturan Yahudi, maka para Seleucid memutuskan untuk memaksakan faham Helenisme pada orang-orang Yahudi.

Krisis tersebut tiba pada masa pemerintahan Antiokhus IV yang lebih dikenal dengan nama Antiokhus Epiphanus. dia mendapat dukungan dari sebuah kelompok Helenis di Yudea.

Pada awal masa pemerintahan Antiokhus IV, Yerusjalem dipimpin oleh Imam besar Onias II, seorang keturunan Simon yang Besar, dan seorang Yahudi ortodoks yang teguh.

2. Keimaman/Jabatan imam diberikan pada Panawar Tertinggi

Orang-orang Yahudi yang senang dengan budaya Yunani menentang Onias dan membantu gerakan dari saudaranya Yason. Dengan menaikkan pajak yang lebih besar pada Antiokhus,Yason berhsil mengangkat dirinya sendiri menjadi imam besar.

Walaupun antiokhus memandang kedudukan imam besar sebagai jabatan politik, dimana ia memiliki hak untuk melakukan seuatu sekehendak hatinya, orang-orang Yahudi yang taat menganggap jabatan imam sebagai hal yang ilahi dalam kemurniannya dan menjual kedudukan tersebut pada penawar tertinggi adalah perbuatan dosa terhadap Allah.

Yason mendukung kaum Helenis yang telah memberikan suara memilihnya. Sebuah tempat olah raga dibagun di Yerusalem, nama-nama Yunani menjadi umum dipakai dan adat istiadat Yhudi dianggap kolot dan ketinggalan zaman.

Walaupun demikian, Yason akhirnya bertentangan dengan kawan dekatnya yang juga seorang Helenis, Menelaus, dari suku Benyamin. Menurut Alkitab Perjanjian Lama, hanya orang-orang Lewi yang dapat menjadi imam. Namun Menelau orangBenyamin ini menawarkan pajak yang lebih tinggi pada Antiokhus daripada yang telah dibayar Yason, lalu melantik dirinya sendiri menjadi seorang imam besar.

3. Imam Yahudi Ortodoks diserang

Orang-orang Yahudi Ortodoks yang mendapat nama buruk ketika Yason menjadi imam besar, menjadi lebih tak senang lagi ketika Menelaus, seorang Benyamin, yang tidak mempunyai hak untuk memegang jabatan keimaman itu akhirnya dilantik.

Yason membentuk sepasukan tentara untuk melindungi posisinya sebagai imam besar dan Menelaus berusaha meminta bantuan Antiokhus.

Orang-orang Siria yang sedang berkampanye melawan Mesir merasa perlu untuk tetap memegang kendali secara efektif atas Palestina. Karena itu Antiokhus Epiphanes mengadakan penyerangan yang tiba-tiba terhadap Yerusalem di hari Sabat (saat orang-orang Yahudi Ortodoks tidak mau berperang), dan membantai banyak sekali musuh-musuh Menelaus.

Tembok-tembok kota dirobohkan dan benteng yang baru, Akra, didirikan di lokasi dari benteng kota itu.

Antiokhus berupa untuk melenyapkan semua yang ada hubungannya dengan iman Yahudi Ortodoks. Allah Israel dianggapnya sama dengan Yupiter dan patung dewa bangsa kafir dengan wajah yang berjenggot (mungkin mempunyai kemiripan dengan Antiokhus) didirikan di altar Bait Allah, di mana babi dipersembahkan sebagai korban.

Orang-orang Yahudi dilarang dengan ancaman hukuman mati jika melakukan penyunatan, masyarakat hari Sabat atau merayakan ketiga Hari Raya tahuan dari penanggalan Yahudi. Salinan-salinan Kitab Suci diperintah untuk dihancurkan.

Hukum-hukum tersebut dipaksakan dengan sangat kejam. Seorang ahli Taurat bernama Eleasar dipukuli sampai mati karena ia menolak makan daging babi tersebut.

Dengan kekuatan militer Menelaus terus menjadi imam besar dan golongan Helenis memperoleh kemenangan. Namun kaum Helenis ini telah bertidnak terlalu jauh. Mereka begituberingas untuk menghancurkan semua peraturan-peraturan lama. Semua ini justru menunjukkan betapa jahatnya mereka.

Orang-orang Ortodoks ini bersedia mati bagi iman mereka, namun tidak ada yang percaya bahwa mereka harus mati secara pasif.

E. ORANG-ORANG MAKABI MEMBERONTAK

Tidak diperlukan waktu yang lama bagi bangsa Yahudi yang tertidas ini untuk menemukan seorang pemberani.

1. Matatias Memimpin Revolusi

Ketika utusan Antiokhus sampai di desa Modin, kira-kira 15 mil di sebelah Barat Yerusalem, mereka berharap seorang imam yang telah tua (lanjut usia), Matatias, untuk maju ke depan memberi contoh bagi umatnya untuk mempersembahkan korban kafir. Ketika Matatias menolak, seorang Yahudi yng penakut maju ke depan untuk melakukan persembahan itu.

Imam yang sangat marah itu kemudian mendekati altar dan membunuh baik orang Yahudi yang berkianat tadi maupun utusan Antiokhus itu. Dengan kelima puteranya Matatias menghancurkan altar kafir itu, lalu melarikan diri kebukit-bukit untuk menyelamatkan diri dari serangan balasan.

Orang-orang Ortodoks lainnya yang terpengaruh untuk bergabung dengan keluarga Matatias, berperang secara gerilya terhadap orang-orang Siria dan orang-orang Yahudi Helenis yang mendukung mereka.

Orang-orang Ortodoks tidak mau berperang pada hari Sabat, akibatnya mereka mengalami kerugian militer. Pada suatu hari, hari Sabat, pasukan orang Ortodoks dikepung dan dibantai,karena mereka tidak mau membela diri mereka sendiri.

Setelah kejadian itu, Matatias mengusulkan suatu prinsip bahwa pertempuran untuk mempertahankan diri diijinkan pada hari Sabat.Kenyataan akhirnya memberi jalan untuk mengubah teologi yang tidak praktis.

2. Yudas "Orang Makabi" Memimpin Pada Kemenangan

Segera setelah memulai revolusi itu, Matatias meninggal. Sebelumnya, ia telah mendesak pengikut-pengikutnya untuk memilih anaknya yang ketiga, Yudas, yang dikenal sebagai "Orang Makabi", kata yang biasa diartikan sebagai "palu", untuk menjadi pemimpin militer mereka.

Pilihan tersebut ternyata tepat. Orang-orang Yahudi makin lama makin banyak yang menjadi pengikut mereka. Pengikut-pengikut Yudas yang disebut orang-orang Makabi, mampu mempertahankan diri mereka terhadap gelombang pasukan-pasukan Siria yang diperhadapkan pada mereka.

Dengan penyerangan secara tiba-tiba di malam hari, Yudas menghancur leburkan pasukan tentara Siria dan Yahudi Helenis yang ada di Emmaus, kemudian berbaris menuju Yerusalem dengan rampasan perang yang mereka peroleh. Orang-orang Makabi memasuki kota dan menguasai segala sesuatu kecuali menguasai segala sesuatu kecuali Akra.

Mereka memasuki tempat ibadah dan memindahkan semua tanda-tanda kekafiran yang telah dipasang disana. Altar yang dipersembahkan pad Yupiter disingkirkan dan sebuah mezbah yang baru bagi Allah Israel didirikan. Patung Yupiter dihancurkan sampai rata ke tanah. Dimulai pada tanggal 25 Kislev (Desember) mereka merayakan Pesta Pengabdian (Penyerahan) selama 8 (delapan) hari yang dikenal dengan nama Hanukkah, Pesta dari lilin-lilin.(Catata: orang-orang Kristen kemudian mencocokkan tanggal hari raya ini dan merayakannya secara salah sebagai Hari Kelahiran Yesus).Dengan demikian mereka menandai akhir dari 3 (tiga) tahun periode selama rumah ibadah itu disalah-gunakan.

3. Orang-orang Siria Berkuasa Kembali

Kedamaian ternyata berlangsung singkat. Jenderal Siria, Lysias, berhasil mengalahkan orang-orang Makabi dalam peperangan didekat Yerusalem, malahan mengepung kota itu. Walaupun demikian, selama masa pengepungan ini Lysias memahami persoalan 'rumah tangga' di tempat itu dan membuat suatu penawaran damai dengan orang-orang Yahudi.

Hukum-hukum yang melawan pandangan/pelaksanaan Yudaisme akan ditolak dan Siria akan mundur dari masalah-masalah dalam negeri Yudea. Menelaus harus diberhentikan dari kedudukannya dan kedudukan Imam Besar itu harus diberikan kepada seorang Helenis yang luwes bernama Alcimus.

Lysias berjanji bahwa Yudas dan para pengikutnya tidak akan di hukum. Namun tembok-tembok Yerusalem akan dihancurkan.

Sebuah badan penasehat yang terdiri dari pemimpin-pemimpin Makabi, ahli-ahli Taurat yang segani dan tua-tua dari golongan Ortodoks mengadakan pertemuan di Yerusalem untuk menentukan langkah-langkah yang akan di ambil. Berlawanan dengan nasehat yang diberikan Yudas, rancangan damai itu akhirnya diterima. Alcimus menjadi imam besar; Menelaus dihukum dan Yudas meninggalkan kota dengan sedikit pengikut. Kekhawatiran Yudas ternyata benar, sebab Alcimus kemudian menangkap dan menghukum mati banyak orang dari golongan Ortodoks.

4. Perang Saudara Terjadi Lagi

Orang-orang Yahudi yang setia kembali berpaling pada Yudas dan perang saudara terjadi lagi. Yudas, dengan pasukan yang terdiri dari delapan ratus orang, dengan persenjataan yang sangat kurang, berhadapan dengan pasukan Siria yang besar, akhirnya gugur dalam pertempuran. Maka berakhirlah fase pertama dari perjuangan para Makabi.

Yonathan, saudara laki-laki Yudas melarikan diri ke seberang Yordan dengan beberapa ratus prajurit Makabi. Persenjataan mereka sangat tidak memungkinkan untuk memenangkan pertempuran, tapi kemenangan-kemenangan yang mereka dapatkan berada di bidang diplomasi.

Dua orang yang mengaku berhak atas tahta Siria, masing-masing meminta pertolongan orang-orang Yahudi. Mereka melihat dalam diri Yonathan, seorang yang paling mampu untuk bangkit dan memimpin angkatan perang Yahudi. Dengan memainkan aksi penundaan, Yonathan pada saat yang sama membuat perjanjiandengan Sparta dan Roma.

Sebelum perang berakhir, Yonatan memjadi imam besar, gubernur dari Yudea dan salah seorang bangsawan Siria. Saudara laki-lakinya, Simon, menjadi gubernur Filistin di daerah pantai. Yonatan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kemakmuran dalam negeri Yudea dan ketika ia meninggal, Simon saudaranya, menggantikannya sebagai imam besar yang memegang pemerintahan.

Simon telah lanjut usia ketik duduk di atas tahtanya. Kemenangannya terutama beradadibidang diplomasi. Dengan mengakui bahwa Demetrius adalah raja yang tepat bagi Siria, dia berhasil mendapatkan kekebalan dari pajak yang seharusnya ditimpakan sebagai pengakuan kedaulatan, bagi orang-orang Yahudi.

Simon juga mampu membuat orang-orang Siria di benteng Akra kelaparan dan menduduki kota Yoppa dan Bethsura. Sebagai pengakuan akan kepemimpinannya yang bijaksana, para pemimpin di Israil memberi Simon nama "pemimpin dan iman besar selamanya sampai saat tampilnya seorang nabi yang setia".

Simon adalah anak terakhir dari Matatias, dan tindakan ini menandai sebuah dinsti baru yang disebut Hasmonaen, kemungkinan berasal dari nenek mojang orang Makabi yang bernama Asmonaeus atau dalam bahasa Ibraninya Hashmon.

Pada tahun 134 S.S., Simon dan dua anaknya dibunuh oleh seorang menantu laki-laki yang ambisius. Anak yang ketiga, John Hyrcanus berhasil lolos dan menggantikan ayahnya sebagai pewaris kedudukan kepala dari negara bagian Yahudi.

F. ORANG-ORANG HASMONAEN

Orang-orang Siria mengetahui bahwa pemerintahan dari John Hyrcanus menaklukkan diri di bawah kekuasaan Siria dan berjanji untuk menolong kampanye militer Siria.

Beberapa kota di daerah pesisir yang direbut oleh Yonathan dan Simon juga harus diserahkan. Namun pemerintahan Hyrcanus yang efesien dengan segera mengembalikan lagi kota-kota yang telah diserahkan tadi, bahkan menjadikan Idumaea (dalam perjanjian lama: Edom) sebagai bagian wilayah Yudea.

Dengan direbutnya kembali kota-kota ini ramailah lagi pemakaiannya sebagai jalur-jalur perdagangan kuno oleh kaum pedagang, namun hal ini mendatangkan masalah-masalah bagi orang0orang Yahudi yang taat beragama.

1. Hyrcanus Memperluas Perbatasan dari Negara Bagian YahudiHyrcanus juga bermarkas di Samaria, dimana dia menghancurkan rumah ibadah di gunung Gerizim. Kebersihan pasukan Yahudi ini mungkin dipuji oleh nasional di Yudea, tetapi ketulusan kerohanian yang ada pada orang-orang Makabi tidak lagi tampak.

Sebelum John Hyrcanus meninggal pada tahun 109 S.M.,batas-batas dari negara bagian in telah diperluas pad setiap sisi. Perjuangan orang-orang Makabi pada saat ini hampir diabaikan dan pesaing-pesaing baru makin bertambah.

a. Kebangkitan Orang-orang Saduki.Orang0orang Helenis yang disepelekan, tetapi gagasan-gagasan mereka masih diteruskan dalam golongan Saduki. Kaum Ortodoks dari zaman Makabi menjadi orang-orang Farisi pada zaman sebelum Kristen Yudaisme dan zaman Perjanjian Baru.

Hyrcanus sendiri adalah orang yang saleh dan taat hukum tetapi anak-anaknya hanya memiliki sedikit simpati pada pemikiran-pemikiran tradisionil Yahudi. Mereka memperhitungkan diri mereka sendiri sebagai bangsawan-bangsawan dan mereka memandang rendah orang-orang Farisi yang Ortodoks dan kaku itu. Ironisnya, pewaris-pewaris Makabi ini menjadi Helenis sejati.

2. Ekspansi Teritorial Yudea Berlanjut

Kematian dari John Hyrcanus menyebabkan kemelut dinasti diantara anak-anaknya. Puteranya yang tertua yang lebih suka memakai nama Yunani, Aristobulus daripada nama Ibraninya yaitu Yudas, muncul sebagai penguasa. Ia menjebloskan tiga saudaranya ke dalam penjara dua diantara mereka diperkirakan mati kelaparan. Saudaranya yang lain dibunuh di istana.

Dalam masa pemerintahannya yang pendek,yaitu satu tahun, Aristobulus memperluas perbatasan Yudea Utara ke gunung Libanon dan mengambil gelar raja bagi dirinya sendiri. Walaupun demikian, hidupnya hanya singkat, karena minum, penyakit dan ketakutan akan adanya pemberontakan yang terus menghantuinya.

Pada saat kematian Aristobulus, ia masih mempunyai seorang saudara laki-laki yang berada dalam penjara. Walaupun nama Ibaninya adalah Yonathan, sejarah mengenalnya dengan nama Yunani yaitu Alexander Jannaeus. di bawah Jannaeus, politik ekspansi teritotial terus dilanjutkan. Perbatasan wilayah Yudea diperluas hingga kesepanjang pantai Filistin berhadapan dengan batas wilayah mesir dan ke daerah Trans Yordan.

Sampai saat ini, negara bagian Yahudi diperkirakan meliputi daerah yang dulu dikuasai oleh Daud dan Salomo. Termasuk seluruh Palestina dan daerah-daerah di dekat perbatasan Mesir sampai ke danau Huleh, di sebelah utara laut Galilea. Perea di Trans Yordan, juga takluk kepada Jannaeus, seperti juga kota-kota lainnya di pesisir, kecuali Askalon.

Daerah-daerah yang tergabung dalam kerajaan Hasmonean sebagian besar dijadikan Yudais dengan cepat.

Daerah-daerah Idumaeans mulai menjadi tempat yang penting bagi kehidupan orang Yahudi, Gililea menjadi pusat yang penting bagi Yudaisme.

Meskipun demikian, orang-orang Samaria tetap menolak asimilasi dan kota-kota seperti Apollonia dan Scythopolis,(dalam perjanjian lama disebut Basyan) dengan hanya sedikit orang Yahudi di dalam populasi mereka, mereka tetap memelihara sifat mereka yang non-Yahudi.

a.Orang Farisi Memberontak. Walaupun demikian, pergolakan menandai kepemimpinan Alexander Jannaeus, yang secara terang-terangan bersikap sinis pada orang-orang Farisi,hal ini menjadi penyebab perang saudara. Orang-orang Farisi menerima bantuan dari orang-orang Siria dalam konflik mereka dengan Jannaeus dan untuk sementara kedaulatan orang-orang Yahudi ada dalam ke stabilan.

Ketika orang-orang Farisi merasa bahwa mereka telah memperoleh hal-hal yang mereka dambakan, mereka meninggalkan persekutuan mereka dengan Siria dan mengharapkan berdirinya negara bagian Yahudi yang bebas dari kendala bangsa asing dan bertoleransi terhadap pandangan-pandangan mereka. Namun Jannaeus mencari pemimpin-pemimpin pemberontakan itu dan menyalibkan delapan ratus orang Farisi.

3. Salome Alexandra Berkuasa

Tradisi mengatakan bahwa Janneaus bertobat di ranjang kematiannya, dan menyuruh isterinya, Salome Alexandra untuk membubarkan badan penasehat Sadukinya dan memimpin dengan pertolongan orang-orang Farisi. Tradisi ini mungkin hanya memiliki sedikit dasar-dasar sejarah, tetapi yang nyata, Alexandra berbalik pada kaum Farisi untuk meminta dukungan.

Salome Alexander telah menikah secara berturut-turut dengan Aristobulus dan Alexander Jannaeus. Sebagai janda dari dua penguasa Hasmonean, ia memerintah dengan caranya sendiri selama tujuh tahun. Ia berusia tujuh puluh tahun ketika naik tahta, ia membagi tanggung jawab kerajaan diantara kedua puteranya. Hyrcanus (II), puteranya yang lebih tua, menjadi imam besar, dan adiknya Aristobulus (II), menerima tanggung jawab militer. Saudara laki-lakinya Simeon ben Shetah adalah seorang pemimpin orang-orang Farisi. Dan fakta ini mungkin telah mendesaknya untuk mencari perdamaian diantara kedua bagian Yudaisme yang saling bertentangan ini.

a. Orang-orang Farisi Berkuasa.Di bawah Alexander, Farisi mendapat kesempatan untuk ikut membangun kehidupan orang Yahudi. di dalam banyak bidang, terutama pendidikan, mereka sangat berhsil. di bawah kepemimpinan Simeon ben Shetah, Sanhedrin (badan pemerintah Yahudi) mengeluarkan undang-undang bahwa tiap anak muda harus menerima pendidikan. Suatu system pendidikan dasar yang menyeluruh, dibuka agar lebih banyak desa-desa, kota-kota kecil dan kota-kota besar di Yudea dapat menghasilkan orang-orang yang terdidik dan berpengetahuan. Pendidikan ini berpusat pada kitab-kitab suci Ibrahim. Luka-luka dari pertempuran yang terdahulu belum sembuh dimasa pemerintahan Alexandra.

Sementara orang-orang Farisi merasa senang dengan adanya pengakuan atas mereka, orang-orang Saduki merasa takut untuk menghadapi kenyataan bahwa mereka telah kehilangan kekuasaannya. Untuk memperumit masalah ini,orang-orang Farisi mencari cara untuk membalas dendam terhadap pembunuh keji para pemimpin mereka oleh Alexander Jannaeus. Darah orang Saduki tertumpah dan terjadilah lagi perang saudara.

Orang-orang Saduki mendapati dalam diri Aristobulus, putera yang lebih muda dari Alexander Jannaeus dan Alexandra, seorang yang dapat mereka dukung sebagai pengganti Alexandra. Ia adalah seorang prajurit dan terus terang berkata kepada orang Saduki bahwa ia memimpikan perluasan daerah dan kekuasaan dunia.

Hyrcanus, saudara yang lebih tua, dan yang berhak atas tahta itu diterima oleh golongan Farisi. Dengan kematian Alexandra para pengikut dari kedua putera ini bersiap untuk berperang.

b. Orang Saduki Memberontak.Ketika ibunya meninggal, Hyrcanus II yang telah menjadi imam besar, berhasil menduduki tahta, tapi saudaranya, Aristobulus, memimpin sepasukan orang-orang Saduki untuk melawan orang-orang Yerusalem.

Baik Hyrcanus, maupun Farisi tidak bersiap untuk berperang dan Hyrcanus akhirnya menyerahkan semua kedudukannya pada Aristobulus II yang menjadi raja dan imam besar.

Untuk itu Hyrcanus da Aristobulus mengadakan sumpah persahabatan yang kekal dan putera tertua Aristobulus yang bernama Alexander, menikah dengan puteri tunggal hyrcanus yang bernama Alexandra.

Namun perdamaian diatara kedua saudara ini tidak berumur panjang. Hyrcanus harus melarikan diri dan Antipater gubernur dari Idumaea merupakan penyebab utamanya. Dengan ancaman perang saudara Pompey hadir dengan pasukan-pasukan Romawinya untuk menjamin keamanan di Yudea dan adanya maksud-maksud yang lebih lanjut dari Roma.

G. ORANG-ORANG ROMAWI

Ketika Pompey mencurigai Aristobulus mempunyai rencana untuk memberontak melawan Romawi, ia mengepung Yerusalem dan setelah tiga bulan merebut benteng-benteng pertahanan, memasuki kota dan dikabarkan bahwa dua belas ribu orang Yahudi dibantai.

1. Orang-orang Yahudi Kehilangan Kemerdekaan

Pompey dan perwira-perwiranya memasuki ruangan maha suci di Bait-Allah, tapi ia tidak menjamah semua perabot-perabot yang mahal itu, dan tetap mengijikan ibadah di Bait suci terus berlangsung. Walaupun demikian, Yerusalem harus membayar pajak pada Romawi dan sisa-sisa terakhir dari kemerdekaan orang Yahudi lenyap.

Yudea sekarang dijadikan bagian dari kerajaan Romawi dan termasuk dalam propinsi Siria dan kehilangan kota-kota pesisinya, wilayah Samaria, dan kota-kota non Yahudi di bagian Timur dari Yordan.

Hyrcanus, diberi gelar Ethnarch (penguasa)dari Yudea, termasuk Galilea, Idumaea dan Perea, dan diteguhkan kembali sebagai Imam Besar. Upeti tahuan diberikan pada Roma.

G. ORANG-ORANG ROMAWI

Ketika Pompey mencuri Aristobulus mempunyai rencana untuk memberontak melawan Romawi, ia mengepung Yerusalem dan setelah tiga bulan merebut benteng-benteng pertahanan, memasuki kota dan dikabarkan bahwa dua belas ribu orang Yahudi dibantai.

1. Orang-orang Yahudi Kehilangan Kemerdekaan

Pompey dan perwira-perwiranya memasuki ruangan maha suci di Bait Allah, tapi ia tidak menjamah semua perabotan-perabotan yang mahal itu, dan tetap mengijinkan ibadah di Bait Suci terus berlangsung. Walaupun demikian, Yerusalem harus membayar pajak pada Romawi dan sisa-sisa terakhir dari kemerdekaan orang Yahudi lenyap.

Yudea sekarang dijadikan bagian dari kerajaan Romawi dan termasuk dalam propinsi Siria dan kehilangan kota-kota pesisirnya, wilayah Samaria, dan kota-kota non Yahudi di bagian Timur dari Yordan.

Hyrcanus, diberi gelar Ethnarch (penguasa) dari Yudea, termasuk Galilea, Idumaea dan Perea, dan diteguhkan kembali sebagai Imam Besar. Upeti tahunan diberikan pada Roma.

Aristobulus dan sejumlah tawanan lainnya dibawa ke Roma sebagai penghormatan atas kemenangan Pompey. Namun, selama dalam pelayaran itu, Aristobulus, putera Alexander lolos dan berusaha menyusun suatu revolusi melawan Hyrcanus. Tapi dengan bantuan Roma Hyrcanus dapat menghadapi tantangan terhadap kekuasaan ini.

2. Antipater: Kuasa Dibalik Tahta Yahudi

Selama tahun-tahun pergolakan antara Aristobulus (II) dan hyrcanus (II), gubernur Idumaean Antipater (Antipas) sangat berminat pada politik Yudea.

Antipater sangat ditentang oleh Aristobulus, sebagian karena takutnya dan sebagian lagi karena persahabatannya dengan Hyrcanus. Tampaknya Hyrcanus sangat tergantung pada Antipater, dan bahwa dialah yang mengendalikan kekuasaan dibalik tahta Yudea.

Ketidak-senangan orang-orang Yahudi akan pengaruh dari antipater ini hampir sepahit ketika mereka berada di bawah kekuasaan Romawi. Walaupun Idumaean telah disatukan ke dalam negara bagian Yahudi oleh john Hyrcanus,orang-orang disana tidak pernah membaur, bahkan permusuhan yang ada sejak dulu tetap tidak terlupakan.

Didalam kemelut, yang mengikuti pembunuhan Julius Caesar., Antipater dan para puteranya menunjukkan kesetiaan mereka pada rezim yang baru dari Casius dengn kesemangatan mereka mengumpulkan pajak. Herodes, putera dari Antipater diberi gelar Procurator dari Yudea (penguasa Yudea) dengan janji bahwa suatu ketika ia akan menggelar raja.

Ketika Anthony mengalahkan brutus dan Casius di Filipi, asia kembali jatuh ketangan rezim yang baru. Walaupun demikian, Herodes dengan cepat ingkar akan kesetiaannya dan dengan jalan menyuap, ia berhasil mendapatkan hati Anthony.

Bagian Timur dari bekas kekaisaran persia yang megah itu kini diduduki oleh orang-orang yang dikenal dengan sebutan Parthia yang belum pernah dikalahkan oleh Roma. Pada tahun 41 S.M.,mereka menyerang Yerusalem dan menjadi Antigonus anak Aristobulus II, menjadi raja dan imam besar.

3. Herodes disebut "Raja Orang-orang Yahudi"

Herodes, anak Antipater, yang telah mewarisi tahta Yudea saat kematian hyrcanus, dipaksa melarikan diri ke Roma. disana ia berhasil memenangkan hati Anthony dan secara resmi diberi gelar "Raja Orang Yahudi". Gelar ini baru berarti setelah orang-orang Parthian dapat diusir keluar dari Yerusalem. Herodes kembali ke Yudea dengan angkatan perang Romawi dan masuk ke Yerusalem dengan penuh kemenangan sebagai raja. Tahun-tahun pemerintah Herodes berjangka waktu dari 37 S.M. sampai 4 S.M.Ia paling terkenal sebagai seorang raja yang takut akan kelahiran dari "Raja Orang Yahudi" yang akan menyainginya, sehingga ia membunuh semua bayi-bayi di Bethlehem saat kelahiran Yesus.

Kalau tindakkan Herodes itu tidak ada dalam catatan dokumen di dunia ini, maka tindakkan kejinya yang lain tidak kalah terkenalnya. Dia memiliki sepuluh isteri dan Kaisar Agustus diceritakan telah mengomentari kehidupan keluarganya,"Saya lebih suka menjadi babi piaraan Herodes daripada menjadi puterinya".

Babi adalah binatang yang kotor (najis) dan tidak akan dijagal (dipotong untuk makanan), tapi isteri-isteri dan anak-anaknya akan disingkirkan dengan kejam apabila mencampuri rencana-rencananya atau bila mereka dicurigai tidak setia.

a. Mencari Cara Memenangkan Hati Orang-orang Yahudi.Walaupun sangat dibenci oleh orang Yahudi, Herodes tetap mencari cara untuk memenangkan hati mereka. dia membangun dan memperbaiki kota-kota diseluruh negaranya; Samaria berubah menjadi Sebaste untuk menghormati Agustus; Menara Straton menjadi Kaisar dengan pelabuhan yang dilindungi oleh tembok batu dan sebuah tembok yang mempunyai sepuluh menara. Benteng-benteng, kamar-kamar mandi, taman-taman, pasar-pasar, jalan-jalan raya, dan kemewahan-kemewahan lainnya dari kebudayaan Helenis adalah bagian dari program pembangunannya.

Pada tahun ke 18 dari masa pemerintahannya (20-19 S.M.), Herodes mulai membangun kembali Bait-Suci orang Yahudi di Yerusalem. Bangunan besar yang utama dibangun oleh imam-imam dalam waktu satu setengah tahun.

Tapi pekerjaan dari seluruh komplek pelataran dan bangunan-bangunan itu tidak terselesaikan hingga kepemimpinan setempat dari Albinus (62-64 Tahun Masehi). Saat itu kira-kira kurang dari satu dasawarsa sebelum dihancurkan secara keseluruhan oleh tentara-tentara Titus pada tahun 70 T.M. seperti yang dinibuatkan Yesus (Luk 19:41-44).

b. Meninggal Tak Lama Setelah Lahirnya Yesus. Herodes meninggal segera setelah kelahiran Yesus yang menantang hak dari Herodes untuk memiliki gelar "Raja Orang Yahudi". Dengan kematian Herodes- yang tidak ditangisi seorangpun- periode antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berakhir dan kita pindah kemasa Perjanjian Baru.

H. GAMBARAN SEKTE-SEKTE ORANG YAHUDI

Orang-orang Farisi, Saduki, Herodes dan Zelot yang mempunyai peran yang sangat penting dalam tulisan-tulisan Injil semuanya mempunyai asal-usul selama dua abad sebelum kelahiran Kristus. Mereka mewakili reaksi-reaksi yang berbeda dalam pertentangan-pertentangan yang tak ada hendtinya antara Helenisme dan kehidupan agamawi Yahudi. Ketika perjuangan orang-orang Makabi telah menyelesaikan masalah politik dari hubungan antara Seleucids Siria dan Yudea, maka Yudaisme terpaksa harus menentukan hubungannya dengan dunia luar.

1. Orang-orang Farisi-Lagalistik

Suatu kelompok yang menyandarkan nama Farisi untuk pertama kali disebutkan semasa pemerintahan John Hyrcanus (134-104 S.M..), dan ini adalah bukti bahwa sejak saat itu ada permusuhan antara Farisi yang "Ortodoks" dan Saduki yang lebih terbuka pikirannya.

Kata Farisi berarti "yang di pisahkan". Pada mulanya nama ini bisa berarti seseorang yang telah memisahkan dirinya dari pengaruh Helenisme yang merusak ketaatannya pada Hukum Alkitab.

Seorang sejarahwan, Yosefus, mengatakan bahwa orang-orang Farisi "tampak lebih rohani dari orang-orang yang lain dan tampak mereka menafsirkan hukum-hukum itu dengan lebih cermat".

Orang-orang Farisi memandang dan melakukan hukum-hukum itu sesuai dengan kemurnian tata caranya. Untuk alasan ini mereka tidak mau membeli makanan atau minuman dari seorang "berdosa" karena takut akan mencemarkan upacara keagamaannya.

Seorang Farisi juga tidak dapat makan di dalam rumah seorang berdosa, walaupun ia mungkin bisa mengundang orang berdosa makan di rumahnya. Dalam keadaan seperti ini orang Farisi dapat menyediakan pakaian untuk dipakai seorang berdosa, karena pakaian untuk berdosa mungkin najis untuk suatu upacara.

Dengan keinginan yang sungguh-sungguh untuk menerapkan Hukum (Taurat), di tengah-tengah pergantian kebudayaan dari kebudayaan Yunani-Romawi, orang-orang Farisi mengembangkan system tradisional yang mencari jalan untuk menerapkan Taurat itu dalam keadaan yang bermacam-macam.

a. Dua Sekolah Pemikiran LegalistikSelama abad yang pertama sebelum Kristus, dua orang guru Farisi yang berpengaruh memberikan mana mereka bagi dua sekolah yang mempunyai pemikiran legalistik.

1.Hillel lebih modern dari yang lainnya, memikirkan orang-orang miskin danmau menerina hukum Romawi berdampingan dengan keortodoksan Yahudi.

2. Shammai sebaliknya lebih kaku di dalam penafsirannya, dengan keras melawan Romawi. Sudut pandangannya pada akhirnya tampak pada sekte Zelot yang perlawanannya terhadap Romawi mengakibatkan penghancuran Yerusalem tahun 70 Masehi.

Talmud menyimpan 316 catatan perbedaan pendapat antara sekolah Hillel dan sekolah Shammai.

b. Tradisi Menjadi Hukum. Tradisi dalam pemikiran Farisi dimulai sebagai suatu keterangan tentang hukum Taurat, tapi pada akhirnya meningkat menjadi hukum Taurat itu sendiri.

Untuk membenarkan pengajaran ini diajarkan bahwa "hukum secara lisan" diberikan Allah pada Musa di gunung Sinai bersama "hukum Tertulis atau Taurat".

Akhir dari perkembangan ini diperoleh ketika Mishna menyatakan bahwa hukum lisan harus dilaksanakan dengan lebih tegas dari pada hukum tertulis. Karena hukum lisan tersebut (tradisi) lebih mempengaruhi kehidupan orang biasa daripada hukum yang tertulis (hukum Taurat) yang terlalu jauh untuk dijangkau.

Sebagai tambahan untuk menunjukkan bahwaajaran Farisi in lebih menekankan tradisi yang tidak begitu penting. Perjanjian baru juga menegaskan bahwa tradisi telah banyak kali mengesampingkan maksud yang sesungguhnya dari Taurat (Mat 15;3).

Seperti dalam banyak gerakan-gerakan yang penting, orang-orang kudus yang dahulu telah memisahkan diri mereka dari kecemaran-kecemaran (dimana untuk itu mereka harus membayar dengan harga yang mahal), kini telah berubah menjadi suatu sikap kesombongan dengan dalil melaksanakan pandangan yang legalistik.

Orang-orang seperti Nikodemus, Yusuf dari Arimatea, Gamaliel dan Saulus dari Tarsus (setelah bertobat pada Kristus ia menjadi Rasul Paulus), mewakili jiwa0jiwa yang berdarah bangsawan dari tradisi Farisi dalam Perjanjian Baru.

Untuk Saulus, Farisi mewakili wajah ortodoksi,"sekte yang paling keras di dalam agama kita"(Kis 26:5).

Paham Farisi memang mulai dengan baik, dan penyangkalan dirinya adalah peringatan yang terus-menerus bahwa menyenangkan diri sendiri dan kesombongan rohani adalah pencobaan-pencobaan yang sering menjatuhkan orang-orang kudus.

2. Orang Saduki- Materialistik

Walaupun orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dikatakan sering tampil bersama-sama dalam Perjanjian Baru, mereka hanya memiliki sedikit persamaan yaitu permusuhan mereka dengan Yesus.

Orang-orang Saduki adalah golongan dari bangsawan Yerusalem dan penyandang jabatan Imam Besar. Mereka mempunyai hubungan yang baik dengan para pemimpin politik dan karenanya mendapatkan jabatan, kekayaan dan pengaruh. Administrasi tempat ibadah dan upacara keagamaan adalah tanggung jawab mereka yang khusus. Orang-orang Saduki menjaga jarak dalam pergaulan dengan masyarakat umumnya, karena itu mereka tidak begitu disukai.

Usaha-usaha orang Farisi untuk menerapkan Taurat pada situasi-situasi yang baru ditolak oleh orang-orang Saduki yang berpegang teguh pada konsep otoritas dari Torah, atau Hukum Musa Orang Saduki tidak percaya kebangkitan, roh-roh, atau para malaikat (lihat Mrk 12:18; Luk 20:27; Kis 23:8). Imam mereka sebagian besar terdiri atas larangan-larangan, dengan akibat bahwa mereka tidak lagi mempunyai system keagamaan dan politik yang positif.

Sementara orang-orang Farisi menyambut orang-orang bertobat (mat 23:15), orang-orang Saduki menutup diri. Yang boleh masuk menjadi anggota orang-orang Saduki hanyalah keluarga-keluarga imam besar dan keluarga bangsawan di Yerusalem.

Dengan dihancurkannya Bait Allah pada tahun 70 M.,tamatlah sudah golongan Saduki ini. Paham Yudaisme modern mempunyai asal usul dari kelompok Farisi.

3. Orang-orang Essene-Penyangkalan Diri (Asketis)

Essene dan Farisi, kedua-duanya berasal dari para pemimpin Ortodoks dari zaman Makabi yang berpendirian anti Helenisme. Orang-oang Farisi tetap memegang teguh "hukum lisan", dalam jaringan sejarah Yuadisme. Mereka mempertahankan pemisahan mereka dari kenajisan tapi tidak dari masyarakat Yahudi sendiri.

Walaupun ibadah di Bait alah dipimpin oleh orang-orang Saduki, orang-orang Farisi menghargai ibadah itu sebagai dasar dari warisan keagamaan mereka. Walaupun orang Farisi itu hidup mengambil jarak dengan "orang-orang berdosa", mereka hidup di antara orang-orang berdosa itu karena mengharapkan mereka.

Sebuah reaksi yang ekstrim terhadap pengaruh-pengaruh yang cenderung merusak kehidupan Yahudi dilancarkan oleh sekte yang disebut oleh penulis kuno, Philo, Josephus dan Pliny sebagai kelompok Essene.

Orang-orang Essene tampaknya hidup sebagian besar dalam biara, sama seperti yang ada di markas besar di Qumran, dekat ujung Tenggara dari Laut Mati.

(Catatan: Qumran adalah tempat dimana "Gulungan Kitab-kitab Laut Mati" yang terkenal itu ditemukan dalam gua pada pertengahan abad ke dua puluh. Tampaknya orang-orang Essene telah menyimpannya di sana pada era pra Kristen).

Dalam penjelasan tentang Yudaisme pada negara-negara yang bernama Yunani, Yosephus berbicara tentag tiga "filsafat"-ialah dari Farisi, Saduki dan Essene.

Istilah "Essene" tampaknya telah digunakan dalam berbagai cara yang berbeda. Bermacam-macam kelompok Yahudi di kalangan biara itu berpegang teguh dan melakukan bermacam-macam upacara keagamaan. Mereka semua dikenal sebagai kaum Essene.

Pliny mengatakan bahwa kaum Essene ini menghindari wanita dan tidak menikah, tapi Josephus mengatakan adanya juga ordo dari kaum Essene yang menikah. Penyelidikan di Qumran mengatakan bahwa para wanita juga berperan dalam masyarakat Qumran.

Penulis-penulis kuno menceritakan hal-hal yng baik tentang kelompok Essene ini, yang hidup dalam gaya keras, dan sederhana. Anggota masyarakat mepelajari kitab Suci dan buku-buku rohani lainnya. Setiap orang Essene di haruskan untuk dapat melakukan kerja keras dengan tangannya sendiri agar masyarakat tersebut dapat hidup mandiri. Pembentukan masyarakat yang bermoral sangat baik telah dilakukan dan disiplin yang keras dipaksakan oleh seorang pemimpin. Kelompok yang menolak perkawinan ini mengadopsi anak laki-laki pad usia muda untuk meneruskan dan memelihara ajaran-ajaran Essenisme. Perbudakan da peperangan sama sekali ditolak disana.

Kelompok Essene juga menerima orang-orang yang baru bertobat, tapi para pemula diharuskan melalui masa percobaan yang keras (ketat) sebelum menjadi anggota penuh.

Secara jumlah, orang-orang Essene tidak pernah banyak. Philo mengatakan jumlah mereka ada empat ribu orang, dan Pliny mengatakan tentang suatu masyarakat disebelah Utara En Gedi yang ada hubungannya dengan Qumran. Adanya pemukiman-pemukiman lain sangatlah jelas, karena telah dikatakan bahwa semua anggota dari sekte ini disambut di dalam setiap koloni Essene di mana saja.

Awal sejarah dari sekte ini tidak diketahui secara pasti, sebab sama seperti gerakan-gerakan pembaharuan yang lain, asal usulnya adalah dari zaman kuno. philo mengatakan bahwa yang mendirikan ordonya adalah Musa, dan Josephus mengatakan bahwa mereka telah ada "sejak zaman kuno semasa hidup nenek mojang mereka".

Dapat dipastikan bahwa gerakkan Essene ini suatu ketika merupakan proses yang sama tajam terhadap diselewengkannya paham Yahudi yang terjadi pada masa pra-Yudaisme kristen, hingga akhirnya banyak anggota menarik diri dari kehidupan masyarakat Palestina dan mencari penyucian bagi rohaninya di tempat-tempat seperti daerah Qumran.

Bagi siswa-siswa yang mempelajari sejarah Gereja, akan melihat dengan jelas bahwa pengaruh kelompok Essene terus berkembang sampai ke abad duapuluh. Peraturan-peraturan mereka ad hubungannya dengan bermacam-macam "Ordo" kekristenan yang bersifat Ortodoks dan aliran Katolik.

Mungkin saja Paulus menunjuk pada pengaruh doktrin Essene tertentu ketika ia memperingatkan beberapa orang yang memegang:"...ajaran setan-setan...yang melarang orang kawin, melarang orang makan makanan..."(1 Tim 4:1-3).

Dengan menganggap diri mereka sebagai satu-satunya yang benar atau Israel sejati, kelompok Essene menolak untuk bekerja sama dengan apa yang mereka percaya sebagai pelaksana-pelaksana religius yang sesat di Bait allah Yerusalem. Kehidupan yang sangat diatur dengan hati-hati dipusat Essene tampaknya dilakukan sebagai pengganti ibadah itu, di mata orang-orang kudus Essene.

Orang-orang yangmenulis tentang kaum Essene ini menekankan kerasnya disiplin dan kelakuannya dengan Hukum-hukum yang dipaksakan pada pengikut mereka. Joseptus bahkan mengatakan kekerasan itu melebihi kerasnya larangan Yahudi untuk bekerja pada hari Sabat.

Sebuah alenia dalam Dokumen Damaskus (yang tampaknya dari Essene yang asli) mengatakan bahwa mengangkat seekor binatang dari sebuah lubang pun merupakan pelanggaran Hukum. Pandangan seperti ini dianggap sangat ekstrim bahkan oleh orang-orang Farisi legalistik (lihat Mat 12:11).

Ketika ikut serta orang-orang Essene dalam aliran-aliran utama kehidupan Yahudi jelas tampak dengan tidak disebutkannya mereka di dalam Perjanjian Baru maupun Kitab Talmud orang Yahudi. Walaupun ketinggian moral dari orang-orang Essene itu sangat terpuji, pengajaran dan pekerjaan Yesus sangat bertolak belakang dengan ajaran Essene yang bersifat penyangkalan diri (askese dan legalistik).

Meskipun kelompok Essene beranggapan bahwa berhubungan dengan golongan yang lebih rendah dalam kelompok mereka sendiri menurut tata-cara merupakan kenajisan, Yesus tidak segan-segan makan dan minum bersama-sama "pemungut cukai orang-orang berdosa"(Mat 11:19; Luk 7:34).

Walaupun patuh pada Hukum Musa, Yesus tidak menaruh simpati pad mereka yang membuat Hukum itu menjadi beban, bukannya berkat. Menurut Yesus, Sabat itu dibuat untuk memberikan keutuhan bagi manusia. Karena itu tidaklah merupakan pelanggaran Hukum untuk berbuat baik pada Hari Sabat (Mat 12;1-12; Mrk 2:23-28; Luk 6:6-11; 14:1-6).

Yesus menolak penyalahgunaan Bait Cusi dan membuat kehancurannya. Tetapi Ia tidak menolak ibadah-ibadah di Bait Allah. dia datang ke Yerusalem untuk Hari-hari Raya Besar Yahudi; dan setelah kebangkitanNya, murid-muridNya masih berusaha untuk pergi ke Bait Suci pada saat doa (lihat Kis 3).

Sementara penyiksaan/penyangkalan diri (askese) dan hidup membiara memperoleh tempat berpijak dalam paham kristen, kekristenan pada awal mulanya bukanlah merupakan gerakan penyangkalan diri. Sebagian besar pelayanan Yesus adalah diantara "orang-orang biasa" yang ditolak, baik oleh orang Farisi maupun oleh orang Essene. Karena bebasnya Yesus berhubungan dengan orang-orang seangkatanNya, mereka yang merasa dirinya benar, menyebutNya sebagai pemabuk, sahabat dari para pemungut cukai dan orang berdosa (Mat 11:19).

Ia tidak cocok dengan bentuk legalistik orang Farisi, dan kaum Essene yang melakukan penyiksaan diri serta hidup membiara, maupun kelompok Saduki yang materialistis dan berjiwa politik. Tentang Dia dikatakan "...dan orang-orang awam mendengarkanNya dengan sukacita..."(Mrk 12:37).

4. Sekte-sekte Yang Lain

Perjanjian Baru menyebutkan kelompok Herodian (Mrk 3;6; Mat 22:16) dan Zelot (Luk 6:15), merupakan kelompok-kelompok Yahudi yang saling bermusuhan dalam sejarah politik.

Orang-orang Herodian tampaknya adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai pengaruh dan kedudukan mereka mendukung pemerintahan Herodian, yang berarti mereka mendukung Romawi, yang mendukung para Herodes.

Orang-orang Zelot, sebaliknya adalah pejuang-penjuang yang hebat, yang berkeputusan untuk mati-matian menolak Romawi berapa pun harganya. Kefanatikan mereka itu akhirnya membawa mereka dalam pertempuran, pada saat mana angkatan perang Titus menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah (tahun 70 Masehi).

Untuk mengetahui keterangan yang lebih lanjut akan periode antara Perjanjian Lama dan Baru, lihatlah pada sub-bagian yang disebut Apocrypha di bagian C1 dengn judul The Canon (keabsahan). Lihat juga Kronologi Antara Kedua Perjanjian Lama dan Baru, di bawah ini.

Kronologi Antara Perjanjian Lama dan Baru. Tanggal Sebelum Masehi
612 Niniweh dihancurkan oleh Medes dan Babilonia.
587 Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnesar.
559 Cyrus mewarisi kerajaan Anshan; awal dri kekaisaran Persia.
539 Babil jatuh ke tangan Cyrus; akhir dari kekaisaran Neo-Babilonia.
530-522 Cambyses menggantikan Cyrus; merebut Mesir.
522-486 Darius I Penguasa Kekaisaran Persia.
515 Bait Suci yang Kedua diselesaikan oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem.
486-465 Xerxes I berusaha merebut Yunani; zaman Ester.
480 Kemenangan Angkatan Laut Yunani di Salamis; Zerxes melarikan diri.
464-424 Artaxerxes I memerintah Persia; zaman Nehemiah.
334-323 Alexander dari Macedon memerintah daerah Timur.
311 Seleceus memerintah Babilonia; Permulaan dari dinasti Seleucid.
223-187 Antiokhus (III) yang Agung, Seleucid, peguasa Siria.
198 Antiokhus III mengalahkan Mesir, memperoleh kekuasaan atas Palestina.
175-163 Antiokhus (IV) Epiphanes memerintah Siria; Yudaisme ditolak.
167 Mattatias dan putera-puteranya memberontak terhadap Antiokhus; permulaan revolusi Makabi.
166-160 Kepemimpinan Yudas, orang Makabi.
160-142 Yonathan menjadi Imam Besar.
142-135 Simon, imam besar mendirikan dinasti Hasmonean.
134-104 John Hyrcanus memperluas kemerdekaan negara bagian Yahudi.
103 Pemerintahan Aristobulus.
102-76 Pemerintahan Alexander Jannaeus.
75-67 Pemerintahan Salome Alexandra; Hyrcanus II menjadi imam besar.
66-63 Perang Dinasti; Aristobulus II dan Hyrcanus II.
63 Pompey menaklukkan Palestina; Permulaan Pemerintahan Romawi.
63-40 Hyrcanus II memerintah, dibawah Romawi; Antipater memperluas kekuasaannya.
40-37 Parthian merebut Yerusalem; menentukan Aristobulus II sebagai imam besar dan raja.
37-4 Herodes yang Agung, putera Antipater memerintah sebagai raja di bawah Romawi.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
masa_pl_pb.htm57 KB

Komentar