MENEMUKAN PEMIMPIN KOMPETEN

Diringkas oleh: Dian Pradana

Pemimpin kompeten! Apa maksud pernyataan ini? Jika disederhanakan (meski tidak mungkin), maksud dari istilah ini mungkin adalah kata "baik" (baik secara etis/moral/religi, sosial, estetis, kinerja, dsb.) atau secara leksikal berarti: mampu, ahli, cerdas, tangkas, sigap, dan sebagainya. Tetapi pertanyaannya adalah apakah ada orang yang berani berkata bahwa "saya adalah pemimpin yang baik" atau adakah pemimpin yang berani berkata bahwa "saya tahu bagaimana caranya menjadi pemimpin yang kompeten." Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas sukar diperoleh, dan kalaupun ada, jawabannya bersifat tersirat. Pada sisi lain, jawaban tersebut tentu ada pada setiap orang/pemimpin, hanya saja kunci dan jawaban menjadi "pemimpin yang baik" lebih banyak ditekati (sebagai sikap batin), dihidupi, dan dipraktikkan daripada dibicarakan secara demonstratif. Dengan demikian, prinsip-prinsip, teori-teori, atau pengalaman-pengalaman kepemimpinan yang dicetak hanyalah merupakan alat rangsangan yang mendorong seseorang untuk menjad pemimpin yang baik. Karena kepemimpinan yang baik tidak dihasilkan dari sekadar mempelajari/membaca prinsip/teori/pengalaman kepemimpinan, namun dari praktik kepemimpinan yang dilakukan secara ajeg.

Jika begitu, adakah pemimpin yang kompeten? Jawabannya memang ada, namun pemimpin kompeten itu sulit ditemukan -- bagaikan mencari jarum dalam jerami. Dalam mencari pemimpin yang kompeten, kita harus terlebih dahulu menentukan kriteria kompetensi dan bagaimana mengukur kompetensi seorang pemimpin. Ternyata, kompetensi kepemimpinan dapat diukur dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat objektif, maupun yang subjektif. Kriteria yang subjektif itu adalah milik pribadi yang idenya dapat dibagikan oleh setiap individu pemimpin. Sedangkan kriteria yang objektif cenderung merupakan alat identifikasi saja.

Apabila seorang pemimpin dikatakan kompeten, maka kompetensinya terlihat dari perilaku, sikap, dan kebiasaan yang muncul dari atau merupakan ekspresi diri yang melibatkan perpaduan/pertauatan tiga unsur penting, yakni karakter, pengetahuan, serta kecakapan/keahlian/keterampilan dari pemimpin.

KOMPETENSI DARI SUDUT KARAKTER

Mengingat pentingnya kompetensi seseorang dari segi karakter (paling tidak bagi kepemimpinan Kristen), di mana karakter yang baik akan menentukan penerapan pengetahuan dan keahlian dengan baik, maka kepemimpinan Kristen harus memerhitungkan kompetensi dari segi karakter, yang hanya dapat dibaca melalui perilaku atau tindakan.

Adapun kompetensi karakter seseorang dari segi kekristenan hanya dapat diidentifikasi dengan melihat beberapa indikasi berikut.

  1. Komitmen kepada Tuhan, organisasi/pemimpin dan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesetiaan, kejujuran, kerajinan, sikap bertanggung jawab, dsb. yang dibuktikan dalam sikap hidup dan kerja sehari-hari. Perilaku nyata dari seorang pemimpin menggambarkan isi hatinya (sikap batin) serta kebiasaan hidupnya.

  2. Integritas diri yang berkenaan dengan bagaimana seseorang melihat diri -- self ideal, self image, self esteem; Tuhan (khususnya sikapnya terhadap dosa/kejahatan); hubungan dengan orang lain sehingga ia diakui sebagai "bijak" dan "baik" dalam takaran sosial; sikap terhadap uang sehingga ia dianggap dapat dipercaya karena tidak berkompromi dengan "ketidakjujuran"; sikap terhadap kerja di mana ia menghargai pekerjaan dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Faktor-faktor tersebut hanya dapat dibuktikan dalam perilaku nyata.

  3. Faktor khusus, antara lain disiplin, motivasi, semangat hidup, kerja sama, orientasi hasil/sukses, sikap positif, kreatif, inovatif, sinergetik, energetik, ketahanan, konsistensi, dsb.. Semua faktor itu dapat terlihat dari perilaku dan perbuatan seseorang.

  4. Kemauan keras untuk bekerja serta kesetiaan dan ketekunan kerja yang dibuktikan dengan bekerja baik dan bekerja keras dengan sikap pasti, yaitu mencapai tujuan kerja dan menghasilkan/produktif.

KOMPETENSI DARI SUDUT PENGETAHUAN

Pengetahuan yang baik yang dimiliki seseorang akan membuat orang itu melakukan sesuatu yang baik, membuatnya dianggap lebih/ahli oleh orang lain serta mendapat kredensi sosial. Itulah mengapa pengetahuan adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat menjadi pemimpin yang kompeten.

Kompetensi seorang pemimpin dari segi pengetahuan dapat diukur dari beberapa hal berikut.

  1. Dapat memahami bagaimana mengembangkan dan menggunakan pikirannya dengan baik, tersistem, efektif, dan efisien, serta dapat berpikir secara kreatif-inovatif yang bersifat pragmatis dan produktif.

  2. Dapat memahami dengan baik manfaat berpikir proaktif (cara berpikir yang menandakan adanya kemauan baik serta semangat untuk maju dan sukses) dan sinergetik (cara berpikir yang menandakan bahwa seseorang memerhitungkan segala faktor yang terkait dan saling memengaruhi/bekerja sama yang mendukung ke arah keberhasilan) sehingga mampu membuat keputusan dengan tepat, jelas, dan berdaya guna.

  3. Memahami bagaimana berpikir lengkap, tersistem/bertahap, serta tuntas, yang memungkinkan seseorang untuk mengetahui bagaimana dapat menggunakan pikirannya untuk berpikir terencana atau strategis sehingga dapat meletakkan dasar serta merancang jurus-jurus dan kerangka kerja untuk bekerja dengan baik.

  4. Memahami bagaimana berpikir cermat dan tepat yang membantu untuk membuat penaksiran/perkiraan serta keputusan yang tepat. Perpaduan antara pengetahuan yang baik dan kemampuan untuk berpikir cermat dan tepat akan membuat seseorang memunyai kemampuan lebih, yakni yang sering disebut "naluri kepemimpinan", yang memungkinkan seseorang untuk memimpin dengan baik.

KOMPETENSI DARI SUDUT KECAKAPAN/KEAHLIAN/KETERAMPILAN

Faktor ini berkenaan dengan sejauh mana penerapan karakter dan pengetahuan secara praktis. Kompetensi keahlian ini dapat dilihat dari dua sudut penting berikut.

  1. Yang berkenaan dengan "hubungan antar manusia", atau disebut sebagai "keterampilan atau kecakapan sosial". Seorang pemimpin yang baik tidak hanya menyadari bahwa ia membutuhkan orang lain, tetapi ia juga dengan penuh tanggung jawab dapat membina hubungan baik dengan orang lain yang menjamin kerja sama yang baik dan keberhasilan kerja. Hubungan baik dengan orang lain harus dimulai oleh pemimpin. Ia harus mentekadinya, menyukainya, menghidupinya dengan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Golden rule kepemimpinan Tuhan Yesus tetap berlaku di sini, yaitu: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Mat. 7:12). Tekanan utama yang diberikan di sini adalah bahwa apa saja yang dilakukan oleh seorang pemimpin, mencerminkan apa saja yang akan/nanti/telah diperbuat orang kepadanya. Apabila pemimpin menghendaki dan melaksanakan/membina hubungan baik dengan siapa saja, ia pun akan menerima kebaikan dari tindakannya.

  2. Yang berkenaan dengan "hubungan pelaksanaan tugas" di mana seseorang yang disebut ahli itu tahu dan dapat melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Keterampilan/keahlian/kecakapan tugas berkaitan erat dengan hal-hal praktis yang bersifat teknis, sehingga dapat juga disebut keahlian teknis/praktis. Keahlian ini berkaitan erat dengan "bagaimana melaksanakan tugas", yang harus dilaksanakan dengan baik. Berikut adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan.

    1. Pemimpin harus memiliki kecakapan "know how" (memberi pengarahan) secara umum, sekalipun ia tidak perlu "maha ahli". Wawasan yang luas dan belajar dengan menggunakan segala macam cara akan membantu dalam memperoleh kecakapan ini.

    2. Pemimpin harus memiliki keahlian khas, khususnya yang berkenaan dengan kecakapan memimpin.

Hal-hal di atas itulah yang merupakan kriteria ukuran seorang pemimpin yang kompeten. Namun demikian, asumsi penting dari segi kekristenan yang perlu ditekankan ialah bahwa kompetensi seorang individu pemimpin Kristen adalah anugerah Allah (Yoh. 15:16-17), di mana semua faktor yang disinggung di atas hanya ada karena dia menemukan dirinya ada karena dan di dalam Tuhan (Ef. 2:6-10; 2Tim. 3:14-17). Di sisi lain, kompetensi adalah tanggung jawab anugerah untuk menghidupi anugerah di atas dengan seluruh aspek secara nyata dan ajeg (Ams. 3:1-15; Fil. 2:2-18; 4:8-9). Setelah itu, kompetensi tidak perlu dituntut, ia akan ada dan yang kompeten akan diakui kompeten bila dihidupi serta dibagi secara ajeg dalam upaya memimpin oleh pemimpin itu sendiri.

Diringkas dan disesuaikan dari:

Judul buku: Kepemimpinan yang Dinamis
Judul bab : Menemukan Pemimpin Kompeten
Penulis : Pdt. Dr. Yakob Tomatala
Penerbit : Gandum Mas, Malang 1997
Halaman : 325 -- 341