BAB IX

MEREKA YANG BELUM MENDENGAR

Salah satu inti yang telah ditekankan dalam buku ini, yaitu bahwa Kristus merupakan penguasa tertinggi yang mengatasi semua dewa dan semua sistem yang mengaku sebagai teman setia manusia. Kita telah menunjukkan bahwa kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam agama lain tidak cukup membawa seseorang pada jalan keselamatan. Pertanyaan yang terpenting adalah apakah tujuan dari seseorang yang tidak menerima ketuhanan Kristus, khususnya bagi mereka yang belum pernah mendengar penginjilan.

SATU JALAN KEPADA KESELAMATAN

Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Petrus berkata kepada pemimpin Yahudi, yang sangat tidak bersedia untuk menerima dan mengakui keagungan Kristus, "Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).

Keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus disediakan bagi semua manusia melalui imannya di dalam Kritus. Sehingga ketika penjaga penjara Filipi bertanya pada Paulus dan Silas, "Apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?" mereka menjawab, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kisah Para Rasul 16:30,31). Kisah Para Rasul 2:21 dan Roma 10:13 meringkas pengajaran ini dengan menyatakan, "Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan."

Tetapi bagaimana dengan mereka yang sama sekali belum pernah mendengar Firman Tuhan? Apakah mereka akan dihukum karena menolak Injil yang sama sekali belum mereka ketahui? Kalau demikian, berarti Tuhan tidak adil. Alkitab tidak mengajarkan bahwa mereka tersesat karena mereka menolak Injil. Sebaliknya, seseorang akan dihakimi sesuai dengan respon terhadap terang yang mereka terima. Tetapi hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang hidup sesuai dengan terang yang telah mereka terima, dan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan tanpa Injil. Paulus menjelaskan kebenaran ini di Roma 1-3.

TERANG MELALUI PENCIPTAAN (Roma 1:19-25)

Pada saat menjelaskan "terang melalui penciptaan" ini, Paulus sering berhubungan dengan topik terang yang tersedia bagi orang-orang di luar Injil Yesus Kristus. Terang Tuhan dapat dilihat melalui Penciptaan, hati nurani, dan hukum Musa. Paulus memberi komentar atas dua sumber terang yang sangat penting sekali.

Paulus mengawali suratnya dengan penekanan bahwa "Murka Allah nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia" (1:18). Menurut Paulus, kefasikan menyebabkan manusia "menindas kebenaran" dan kebenaran yang mereka tindas itu adalah kebenaran tentang Allah yang diwahyukan dalam penciptaan:

Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (Roma 1:19, 20)

Sebagaimana penjelasan C.K. Barrett, Paulus mengatakan bahwa dengan meneliti ciptaan manusia seharusnya dapat menyimpulkan bahwa "ciptaan tidak menyediakan kunci jawaban atas keberadaan mereka sendiri."{1} Dari ciptaan tersebut manusia seharusnya menyadari bahwa ada Allah dibalik semua ini.

Manusia dimintai pertanggung-jawaban untuk membuat respon yang tepat atas pesan yang berasal dari penciptaan ini. Paulus menunjukkan bahwa karena pengetahuan ini "manusia tidak memiliki alasan untuk berdalih" (1:20). C.E.B. Cranfield menjelaskan pendapat Paulus demikian :"(manusia) telah secara terus menerus dikelilingi dari semua sisi dan menempatkan dalam diri mereka sendiri, bukti kuasa Allah yang kekal dan ilahi, tetapi mereka tidak membiarkan dirinya dipimpin oleh Dia untuk mengenal Dia." {2} Paulus mengatakan bahwa Allah mungkin mengunjungi mereka dengan murka (1:18) sebab "walaupun mereka tidak mendapat keuntungan dengan mendengar Injil, mereka menolak pengetahuan tentang Allah yang telah sempurna yang diberikan pada mereka itu." {3}

Paulus menjelaskan bagaimana manusia menolak pengetahuan yang telah disediakan Allah bagi mereka: "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya" (ayat 21). Masalah mereka bukan karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Allah. Tetapi ini merupakan pemberontakan manusia. Selanjutnya mereka akan menggantikan Allah dengan berhala. Mereka telah "menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang- binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar." (ayat 23). Paulus menyimpulkan, "Mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji untuk selama-lamanya" (1:25).

Paulus menegaskan bahwa semua orang telah mendapat kesempatan untuk memberi respon kepada Tuhan melalui terang yang mereka terima dari penciptaan, tetapi mereka menolak terang itu dan memilih praktek keagamaan mereka sendiri (1:18-21). Hal ini disebabkan karena mereka tidak mau memuliakan Allah sebagai Allah atau mengucap syukur kepada- Nya (1:21). Mereka memilih jalannya sendiri daripada jalan Allah, yang merupakan akar dosa manusia - ketidaktergantungan kepada Allah. Oleh sebab itu semua manusia secara alamiah berada dibawah murka Allah (1:18).

TERANG MELALUI HATI NURANI (ROMA 2:12-16)

Paulus berkata, "Semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat" (Roma 2:12). Paulus menyebutkan secara khusus mereka yang tidak berada dibawah pengaruh penyataan khusus Allah. Mereka tidak akan dihukum karena gagal dalam menjalankan hukum yang sama sekali tidak mereka ketahui. Prinsip Paulus yang dibeberkan disini, seperti yang dikatakan oleh F.F. Bruce, "bahwa manusia dihakimi oleh terang yang telah disediakan bagi mereka, tidak oleh yang tidak tersedia."{4} Namun, orang kafir tidak hidup dalam terang ini. Ia berdosa dan ia akan dihakimi dengan sepantasnya.

Terang apa yang tersedia untuk orang kafir? Sebelumnya Paulus telah menyebutkan terang yang berasal dari ciptaan. Kemudian ia menyebutkan terang datang dari hati nurani, "mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela" (2:15). Terdapat rasa benar dan salah yang mereka alami melalui kata hati nurani mereka. Sebab melalui keinginan seseorang, hati nurani tiap-tiap orang pada suatu saat nanti akan menuduh atau membela mereka. Tuduhan dan pembelaan ini "akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus" (2:16). Jadi orang kafir akan dihakimi sesuai dengan apa yang mereka perbuat dengan hati nurani mereka.

Hati nurani bahkan mungkin akan membela orang Kafir pada hari penghakiman nanti (2:16). Beberapa orang mengambil ayat ini dan mengartikan bahwa akan ada orang-orang yang berdiri dihadapan tahta penghakiman dan dibebaskan, walaupun mereka tidak mengenal Kristus, sebab mereka setia pada suara hati nurani mereka. Tetapi bukan begitu yang dimaksud oleh ayat ini. Paulus mengatakan bahwa pada hari penghakiman manusia akan diperlihatkan pada tindakan-tindakan mereka yang setia terhadap hati nurani begitu juga dengan perbuatan- perbuatan mereka yang tidak setia terhadap hati nurani mereka. Selanjutnya dalam bab ini kita akan melihat bahwa perbuatan yang baik dan yang tidak baik dari manusia akan sangat mempengaruhi penghakiman yang akan mereka terima. Tetapi tidak hanya sampai disini saja. Seperti yang dikatakan oleh Max Warren, "Pendapat Paulus tidak berhenti di Roma 2:16." Paulus melanjutkan dengan menunjukkan bahwa "hati nurani manusia sedikit banyak telah menurun secara menyedihkan."{5} Paulus kemudian menjelaskan bahwa seluruh umat manusia, tanpa pengecualian, telah berada dibawah kuasa dosa, sesat dan membutuhkan kuasa supranatural bagi anugerah keselamatan.

SEMUA MANUSIA BERDOSA (ROMA 3:9-12, 23)

Paulus membuat pembelaan yang lebih lanjut dengan melihat kenyataan bahwa semua orang secara alami mereka tidak layak dihadapan Allah karena dosa mereka (1:18 dst.). Ia meringkas hal ini dengan mengatakan, "Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan daripada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa" (3:9). Kemudian Paulus menambahkan:

Seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak" (Roma 3:10-12).

Maksud Paulus adalah untuk menunjukkan bagaimana setiap manusia adalah seorang yang berdosa yang jauh dari Allah. Everett F. Harrison meneliti bahwa bahasa yang digunakan Paulus "sangat jelas dan tajam," menunjukkan bahwa "tidak ada pengecualian yang diijinkan."{6}

Paulus menegaskan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (3:23). Menurut standart manusia, orang bisa kelihatan benar. Tetapi, jika dihakimi menurut standar kemuliaan Allah, semua manusia telah tidak berpengharapan. Bahkan seorang yang dianggap benar seperti Yesaya sekalipun, ketika ia mendapat penglihatan kemuliaan Allah, ia berseru dalam keputusasaan, "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam" (Yesaya 6:5).

Fakta bahwa setiap manusia secara alami adalah berdosa dihadapan Allah yang suci, dan itu sebabnya mereka terhilang, dan telah dilupakan sekarang ini. Sebagian besar kotbah, pengajaran, dan tulisan Kristen masa kini menekankan pada berkat-berkat yang diberikan oleh Injil. Berkat-berkat tentu saja sangat penting. Tetapi harus juga sesuai dengan penekanan pada kegelapan bila terpisah dari Allah dimana manusia hidup terpisah dari Injil. Kegagalan untuk menekankan kedua hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak ditemukan kesulitan untuk menerima fakta bahwa tanpa iman dalam Kristus tidak ada harapan keselamatan untuk siapapun. Mereka melihat pengalaman "kelahiran baru" sebagai berkat "tambahan" untuk kehidupannya. Mereka tidak melihatnya sebagai sebuah transformasi dari mati kepada hidup (Roma 6:23); dari gelap kepada terang (1Petrus 2:9); dari penolakan oleh Allah kepada penerimaan dari Allah (Roma 5:9-11).

JALAN KELUAR ALLAH (ROMA 3:21-31)

Paulus menguraikan jalan keluar Allah untuk masalah dosa universal manusia (3:21-31). Pertama-tama ia mengatakan bahwa "tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan" (3:21). Maksudnya adalah bahwa metode Allah untuk membawa manusia pada hubungan yang benar dengan diri-Nya sendiri adalah bukan dengan berusaha mematuhi Hukum Taurat, sebaliknya "kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya" (3:22). Mereka harus percaya dalam Yesus. Itulah satu-satunya jalan keselamatan.

Mengapa iman dalam Kristus adalah satu-satunya jalan? Paulus menjawab pertanyaan ini dalam beberapa ayat selanjutnya. Pertama ia menyebutkan bahwa semua orang betul-betul tersesat dan tak berpengharapan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (3:23). Mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka dengan usaha mereka sendiri. Lalu Paulus menjelaskan bahwa, karena manusia tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri maka Allah melalui Kristus bertindak untuk memberikan keselamatan.

"Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya." (3:24-25)

Dalam dua kalimat ini berisi beberapa kata kunci yang menjelaskan rencana keselamatan Allah. Kata kunci pertama adalah "dibenarkan", sebuah istilah umum yang berarti tindakan seorang hakim membebaskan seorang yang sedang diadili. Ketika seseorang dibenarkan, ia diperlakukan sama seperti seorang yang tidak berdosa atau bersalah.

Tetapi Paulus telah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa. Kalimat "oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma" menunjukkan bagaimana Allah dapat membenarkan orang berdosa yang telah kehilangan kemuliaan-Nya. Kata "dibenarkan" dan "kasih karunia" kedua- duanya menunjukkan bahwa pembenaran adalah sesuatu yang kita terima tanpa usaha dan secara cuma-cuma. Dan merupakan suatu hadiah. Kasih karunia menjelaskan dasar dari hadiah ini, sesuatu yang disediakan atas apa yang telah diperbuat Yesus untuk kita. Seperti yang disebutkan oleh sebuah sajak yang terkenal "Karunia Allah atas Pembayaran Kristus". Tidak ada seorang manusia pun yang berjasa dalam keselamatan. Sebaik apa pun kita di hadapan manusia, kita telah kehilangan kemuliaan Allah dan berada dalam penghukuman. Kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Hanya Allah yang dapat menolong kita. Bersyukurlah kepada Allah, karena ia menolong kita.

Disini kita melihat kekurangan dalam argumen orang-orang yang mengaku bahwa ketulusan hati dan kerohanian seseorang dapat menjadi alat keselamatan. Manusia sudah terperangkap dalam dosa sehingga mereka tidak mempunyai kemampuan dan ketulusan yang cukup untuk mengupayakan keselamatan. Akibat dari dosa atas mereka dan atas hubungan mereka dengan Tuhan adalah sangat menyedihkan sehingga mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Harapan satu-satunya adalah anugerah kasih karunia dari Allah yang diberikan secara cuma-cuma melalui Yesus Kristus.

Dengan menggunakan kata "penebusan", Paulus menjelaskan sesuatu yang terjadi sesudah mereka dibenarkan. Kata-kata ini pada dasarnya merupakan kelepasan dari kuasa jahat dengan membayar sejumlah harga. Harga ini biasanya digunakan untuk membayar uang tebusan bagi orang yang tertawan atau budak. Ketika Yesus mencucurkan darah-Nya, Ia membayar harga untuk membebaskan kita dari keterikatan dosa dan kuasa- kuasa kegelapan.

Paulus berkata Kristus "telah ditentukan ... menjadi jalan pendamaian" (3:25). Sebelum manusia menghadap tahta Allah, sebuah pengorbanan diperlukan. Dosa manusia dan murka Allah menjadikan manusia tidak bisa berhubungan dengan Allah. Melalui pengorbanan hidup Kristus, Dia menghapus dosa-dosa kita dengan menanggungnya diatas tubuh-Nya dan menghapus murka Allah dengan dihukum sebagai ganti dosa kita. Walaupun kita telah kehilangan kemuliaan Allah, kebenaran Kristus telah memuaskan sebab Kristus telah dihukum sebagai ganti dosa kita.

Inilah apa yang Allah telah lakukan untuk keselamatan manusia. Paulus dengan setia mencatat ini supaya kita mengerti. Ketika kita mengerti, kita juga melihat bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk diselamatkan dengan jalan lain. Kita terlalu berdosa untuk melakukan apa pun sebagai usaha bagi keselamatan kita. Tetapi Allah kita yang mulia telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk kita.

Ayat berikut ini juga menyebutkan berulang-ulang bahwa iman (atau kepercayaan) adalah jalan yang layak disediakan bagi karya Kristus.

Kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya (3:22). Ia (Allah) benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (3:26). Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (3:28). Kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman (3:30)

Percaya bukan sekedar memberikan persetujuan mental akan apa yang Kristus lakukan dan hidup sesuai dengan yang kita inginkan. Iman yang menyelamatkan mempunyai 4 langkah penting. Pertama, kita harus memutuskan untuk meninggalkan hidup lama kita. Kedua, kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat menolong diri kita sendiri. Ketiga, kita harus menerima apa yang Kristus sudah lakukan sebagai ganti atas dosa kita. Keempat, kita harus mempercayakan diri kita seutuhnya kepada Dia sedemikian rupa; kita menerima cara hidup-Nya sebagai cara hidup kita. Jadi ketika Ia menjadi Juruselamat kita, Dia juga menjadi Tuhan kita.

Mengapa iman begitu penting bagi keselamatan kita? Iman adalah lawan dari dasar dosa yang memisahkan manusia dari Allah. Kejatuhan manusia terjadi ketika ia memutuskan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Ia memilih untuk membangun sistim nilainya sendiri. Jadi dasar dosa manusia adalah ketidaktergantungan kepada Allah. Ketika seseorang mempraktekkan imannya, maka ia akan menolak caranya sendiri untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan mengendalikan hidupnya serta tunduk pada jalan yang Allah sediakan dalam Kristus Yesus.

Disinilah akhirnya Injil dalam kulit kacang: Allah, dalam Yesus Kristus, telah melakukan semua yang perlukan untuk keselamatan kita dan kita harus menerimanya dengan iman.

HARUSKAH MEREKA MENDENGAR

Dapatkah mereka yang tidak mendengar Injil mempraktekkan iman yang menyelamatkan? Beberapa orang ada yang mengatakan bisa. Mereka mengatakan bahwa apa yang penting dari Kristus adalah kualitas-Nya. Menyerukan nama-Nya berarti menempatkan kepercayaan kita kepada kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang pantas untuk diikuti. Kita yang mengenal Kristus tahu bahwa yang dimaksud adalah kualitas Kristus. Menurut pandangan ini, jika seseorang bertobat dari sifat mementingkan diri sendiri dan mengikuti prinsip-prinsip Kristus, maka ia akan diselamatkan walaupun ia tidak mengenal Kristus.

Banyak yang dapat dikatakan untuk menentang pandangan ini. Banyak ayat-ayat yang menjelaskan perlunya iman yang menunjukkan obyek iman sebagai seorang Pribadi - Kristus. Ada lebih dari sekedar sifat- sifat Kristus yang dimaksud disini. Ayat-ayat ini berbicara tentang permohonan kepada seseorang sebagai Juruselamat dan Tuhan.

Ayat-ayat yang lain mengajarkan bahwa kita harus mendengar berita Kristus sebelum menyerahkan diri kita kepada-Nya. Yesus berkata, "Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum" (Yohanes 5:24). Mendengar terlebih dahulu baru percaya. Logika dari pernyataan ini diterangkan dengan jelas sekali oleh Paulus:

Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Roma 10:13-14)
Selanjutnya Paulus menambahkan, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus" (Roma 10:17)

Namun, beberapa orang yang setuju dengan logika yang disampaikan diatas mengatakan bahwa itu bukan satu-satunya cara Allah bekerja. Mereka percaya bahwa mungkin ada orang-orang yang dapat diselamatkan dengan cara lain selain mendengarkan Firman Kristus melalui seorang pengkotbah atau kesaksian. Kita percaya argumen yang sudah kita bicarakan tidak memungkinkan hal itu. Tetapi dalam bab selanjutnya kita akan mempertimbangkan beberapa cara yang mereka usulkan dan perlihatkan bahwa tidak ada landasan yang alkitabiah untuk pandangan bahwa iman yang menyelamatkan dapat diperoleh selain dari mengabarkan Injil.

DERAJAT TINGKATAN TANGGUNG JAWAB

Sebelum mengakhiri diskusi ini kita harus mengerti ajaran Alkitab bahwa akan ada tingkatan penghukuman menurut tingkat tanggungjawab dari individu yang berbeda. Ini adalah pemikiran baru bagi banyak orang Kristen. Mereka telah belajar bahwa bagi Allah dosa adalah dosa, dan ketika kita sampai pada penyelamatan, tidak ada perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil.

Hal ini bukanlah masalah dosa pribadi yang membawa akibat kekal. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia adalah seorang pendosa. Jika seseorang mati dalam dosa, ia tetap mati tidak peduli apakah dia orang baik di dalam pandangan dunia atau tidak. Kita semua setuju dengan ini semua. Itu sebabnya kita telah menegaskan hal itu, selain melalui beriman kepada Kristus, tidak ada harapan untuk keselamatan bagi siapa pun.

Namun demikian, sejalan dengan keseluruhan pengajaran Alkitab, kita juga harus mempertimbangkan ayat-ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa pada hari penghakiman beberapa orang akan menerima penghukuman yang lebih keras daripada yang lain. Ada dua kriteria yang menentukan beratnya hukuman, yaitu terang yang telah ia terima dan perbuatan yang telah ia lakukan.

Empat perikop dalam Perjanjian Baru menyebutkan bahwa tingkat terang yang diterima orang yang tidak percaya mempengaruhi tingkat hukuman yang akan diterima nanti. Perikop yang pertama terdapat dalam Matius 11:20-24, yang mengatakan bahwa Tirus, Sidon dan Sodom dihancurkan karena kekejian mereka karena mereka tidak menerima terang seperti yang Korazin, Bethsaida, dan Kapernaum telah terima. Yesus berkata bahwa pada hari penghakiman, bagi kota Tirus, Sidon dan Sodom yang keji akan menerima penghukuman yang lebih ringan dibandingkan dengan ketiga kota yang tidak terkenal lainnya karena kejahatannya yang lebih keji.

Firman Kristus dalam Lukas malah lebih jelas lagi. Ia berfirman bahwa "hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima lebih banyak pukulan" (Lukas 12:47). Hamba ini menerima banyak terang tetapi tidak mengindahkannya. "Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan." Ia sebenarnya mempunyai terang yang cukup untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya, itulah sebabnya ia dihukum. Tetapi karena tuannya belum memberikan perintah yang jelas kepadanya, maka ia mendapat sedikit pukulan. Yesus melanjutkan dengan memberikan prinsip-prinsip sebagai alasannya: "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut" (12:48).

Pertama-tama Paulus memberikan ketegasan tentang sifat keadilan Allah, "Sebab Allah tidak memandang bulu." Kemudian ia memberikan ilustrasi bagaimana keadilan Tuhan diwujudkan dalam penghukuman: "Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa dibawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat" (Roma 2:11,12).

Kita perhatikan bahwa masing-masing dari ayat ini menyebutkan bahwa mereka yang menerima sedikit terang akan dihukum. Tetapi mereka yang menerima lebih banyak terang akan dihukum lebih keras.

Penulis Ibrani menjelaskan dengan sangat terperinci tentang mereka yang menolak Injil. Nasib mereka akan lebih buruk daripada mereka yang telah menolak hukum Musa:

"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan, atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?" (Ibrani 10: 26-29)

Dari perikop ini kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang menolak Injil, setelah memahami isinya, akan menghadapi hukuman yang berat. Orang yang tidak mendengar Injil akan dihukum sebab tidak hidup dalam terang yang telah datang padanya. Tetapi tanggung-jawab mereka sedikit, sehingga penghukuman mereka juga akan diperhitungkan sedikit. Kitab lain dalam Alkitab mengajarkan bahwa semua orang dihakimi sesuai dengan perbuatannya. Kita tentu saja tahu bahwa perbuatan yang tidak baik akan menghasilkan hukuman jika tidak diampuni dan dihapus oleh darah Kristus. Prinsip yang mendasari kejadian ini ditunjukkan dengan jelas dalam Galatia 6:7, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri- Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."

Kitab Wahyu menjelaskan proses penghakiman atas manusia, "Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab....Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab- kitab itu" (Wahyu 20:12,13). Segala sesuatu yang tersembunyi (Roma 2:16), setiap kata sia-sia yang diucapkan (Matius 12:16), Allah perbuatan orang-orang fasik (Surat Yudas 14,15), sesungguhnya semua perbuatan manusia tanpa terkecuali akan menghadap tahta penghakiman Allah. Seperti yang tertulis dalam Pengkotbah, "Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik entah itu jahat". (Pengkotbah 12:14)

Kita tidak seharusnya mengharapkan orang Budha yang taat, yang melakukan berbagai usaha untuk hidup sesuai dengan prinsipnya, untuk mendapatkan hukuman seperti seorang penguasa yang jahat yang mengabaikan semua prinsip untuk memuaskan segala keinginannya yang tidak baik. Kerohanian Budha, dengan ketidaktergantungannya pada jalan Tuhan, merupakan suatu penghinaan bagi kemuliaan Tuhan sehingga tidak memberikan jalan keselamatan. Tetapi penguasa yang jahat merupakan penghinaan terbesar bagi kemuliaan Tuhan.

Di sini kita menemukan bagian dari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan keadilan Tuhan dalam menyelamatkan orang yang mendengar dan memberikan respon pada berita Injil. Dosa merupakan sesuatu yang menakutkan dimana tak seorang pun berhak mendapat keselamatan. Dalam kemuliaan-Nya Allah menyelamatkan beberapa orang, dan yang lain akan mendapat penghukuman. Tetapi barangsiapa mencoba untuk hidup sesuai terang yang mereka terima maka mereka akan menerima hukuman yang lebih ringan.

KEBUTUHAN TERPENTING DALAM PENGINJILAN

Melihat kenyataan bahwa mereka yang tidak mendengarkan Injil akan dibinasakan seharusnya menunjukkan betapa pentingnya tugas-tugas penginjilan kita. Jika orang-orang tersesat dan dihadapkan pada hukuman sebelum mereka menerima Injil, maka kita harus segera memberitakan Kabar Keselamatan kepada mereka. Yudas menanggapi pentingnya arti penginjilan ini ketika menulis, "Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api" (Surat Yudas 23).

Orang-orang yang tersesat tanpa Kristus telah membawa semangat yang besar untuk melakukan penginjilan selama berabad-abad. Misionaris besar, Hudson Taylor, mengatakan, "Saya tidak pernah berfikir untuk pergi ke China sebelum saya percaya bahwa orang-orang China adalah orang-orang yang tersesat dan membutuhkan Kristus." Willian Booth, pendiri Bala keselamatan (Salvation Army), mengatakan bahwa dia berharap pekerjanya bisa menghabiskan "satu malam di neraka" untuk melihat betapa pentingnya tugas penginjilan. Saya percaya buku ini akan membantu utusan Allah untuk menemukan kembali ajaran Alkitab mengenai orang yang tersesat tanpa Kristus dan akhirnya memotivasi mereka untuk tetap setia dalam penginjilan.

CATATAN :
  1. C. K. Barret, "A Commentary on the Epistle to the Romans" (New York: Harper & Row, 1975), hal. 35.

  2. C.E.B. Cranfield, "A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans", vol I (Edinburgh: T & T Clark, Ltd., 1975) hal. 116.

  3. Barret, "Romans", hal. 36

  4. F.F. Bruce, "The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries" (Grand Rapids: Eerdmans, 1963), hal. 90.

  5. Max Warren, "I believe in the Great Commission" (London: Hodder & Stoughton, 1976), hal. 157.

  6. Everett F. Harrison, "'Romans,' The Expositor's Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 1976), hal. 38.