Kuasa Kesabaran

Sulit dibayangkan, William Wilberforce, pria lumpuh bertubuh kecil dengan senyum lembut, dapat memutar balik dunia -- namun bukan dengan kekuatannya.

Dengan kecerdasan alami dan kefasihan berbicara, ia memesona banyak orang di sekolah dan Parlemen pada akhir abad 18-an. Namun, apa pun yang dilakukannya tidak memiliki tujuan.

Lalu ia membaca "The Rise and Progress of Religion in The Soul" karya Philip Doddridge. Ia pun segera menyadari hampanya kemakmuran dan kebenaran Kristen. Dari luar, ia nampak kuat, tapi di dalam, ia menderita: "Saya benar-benar menderita," tulisnya. "Saya yakin tidak ada seorang pun yang lebih menderita ketimbang saya."

Paskah tahun 1786, hidup barunya dalam Kristus dimulai, dan pengertian baru akan profesinya tumbuh dalam hatinya: "Pekerjaanku adalah untuk masyarakat," tulisnya di buku hariannya. "Pekerjaanku ada di dunia dan aku harus menyatu dengan masyarakat."

Lama-kelamaan, ia menyadari bahwa "bisnis"nya berkaitan dengan perbudakan. Wilberforce menjadi sangat terusik. Lalu ia menyimpulkan apa yang menjadi salah satu misi hidupnya: memberantas perbudakan apa pun akibatnya.

Ia pun menerima akibatnya -- kebanyakan dalam bentuk penentangan yang kejam dan tak pernah berhenti terhadap tujuannya. John Wesley, di ranjang tempat ia meninggal, menulis surat untuk Wilberforce, "Jika bukan Tuhan yang menghendakimu menentang perbudakan, kamu akan dihancurkan oleh orang-orang dan iblis yang menentangmu."

Mei 1788, dibantu Thomas Clarkson, peneliti yang sangat berpengaruh dalam kesuksesannya, Wilberforce mengajukan dua belas mosi ke Parlemen yang menuntut adanya penghapusan perdagangan budak. Tapi ditolak. Kampanye dan perlawanan terus dilakukan. Para petani, pengusaha, pemilik kapal, kaum tradisionalis, dan bahkan kerajaan pun menentang gerakan penghapusan perdagangan budak yang dipandang sebagai kaum radikal yang berbahaya.

Wilberforce tidak menyerah, ia pun mengajukan rancangan undang-undang antiperdagangan budak pada 1791, 1792, 1793, 1797, 1798, 1799, 1804, dan 1805, yang semuanya ditolak.

Namun, lama-kelamaan masyarakat mendukung usahanya. Tahun 1806, Parlemen menghapus perdagangan budak di seluruh wilayah Inggris. Wilberforce pun menangis bahagia.

Wilberforce tidak berlama-lama tenggelam dalam kemenangan -- ia menyusun rencana yang lebih besar, yaitu membebaskan semua budak. Hal ini membutuhkan ketekunan yang luar biasa. Namun, pada musim panas 1833, akhirnya Parlemen mengesahkan Undang-Undang Emansipasi (Emancipation Act). Tiga hari kemudian, Wilberforce meninggal dunia.

Wilberforce dan sekutunya berhasil menyingkirkan kejahatan paling kejam di Inggris, negara paling kuat pada saat itu, hanya dengan keyakinan, politik, dan ketekunan yang kukuh. (t/Setyo)

Diterjemahkan dari:

File: 

Komentar