Kepemimpinan Kristen Versus Kepemimpinan Sekuler (Bag. II)

Pandangan Alkitab Tentang Kepemimpinan

Di dalam Perjanjian Baru, khususnya klaim tentang kebenaran nampak di dalam perkataan Yesus Kristus dan seluruh karya-Nya di dalam dunia. Di dalam Yohanes 14:6a, Yesus Kristus berkata "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup." Perkataan ini ditujukan kepada murid-murid-Nya di dalam perjamuan malam sebelum hari raya Paskah. Apakah maksud dari perkataan ini? Bagaimana hubungannya dengan konsep kebenaran yang dipahami secara umum dan di dalam kekristenan?

1. Arti pemimpin rohani (Kristen)

Makna pemimpin dalam konsepsi/pengertian Alkitab, bukan berarti seseorang disebut pemimpin rohani (Kristen) karena ia adalah seorang Kristen atau melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin Kristen berarti pemimpin yang mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin secara kristiani [16]. Pemimpin Kristen adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifat-sifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk melayani dan memuliakan Allah. Sedangkan sifat-sifat spiritualitas kristiani menyebabkan ia sanggup memengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan Allah. Sebab, daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan keterampilan dirinya sendiri, tetapi dari kepribadian yang dibarui Roh Kudus dan karunia yang dianugerahkan Roh Kudus [17]. Pemimpin Kristen (rohani) berbeda dari pemimpin alamiah (sekuler/umum) dalam beberapa hal. Pemimpin rohani mengenal Allah, mencari kehendak Allah, menaati kehendak Allah, bergantung pada Allah, mengasihi Allah dan manusia [18], dan akhirnya memuliakan Allah. Sedangkan pemimpin alamiah hanya mengenal manusia, membuat keputusan sendiri atau organisasi, berusaha mencapai sasaran pribadi atau organisasi, bersandar pada cara-cara sendiri, bergantung pada kuasa dan keterampilan diri sendiri, mengutamakan hasil kerja dan cenderung mengabaikan manusia.

2. Penyebab munculnya pemimpin rohani

Pemimpin rohani muncul bukan menurut kemauan atau ambisi pribadi, melainkan karena tindakan Allah yang mempersiapkan, memanggil, menetapkan dan membimbingnya dalam mencapai tujuan-tujuan dari Allah. Dalam Perjanjian Lama, Allah yang mempersiapkan dan memanggil Musa dan Yosua menjadi pemimpin bagi umat-Nya (Keluaran 4; Yosua 1). Begitu pula dengan Harun dan keturunannya dalam jabatan keimaman Perjanjian Lama (Keluaran 28:1). Allah juga yang membangkitkan para hakim (Hakim-Hakim 2:16). Allah yang menetapkan raja bagi Israel, misalnya Saul (1 Samuel 10:1), Daud (1 Samuel 13:14; 2 Samuel 7), dan Salomo (1 Raja-Raja 8). Dia juga yang memanggil para nabi dalam Perjanjian Lama. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Kristus sendiri yang memilih, mempersiapkan, dan mengutus keduabelas rasul-Nya. Allah pula yang memberikan karunia-karunia rohani untuk melaksanakan pelayanan di dalam dan melalui gereja-Nya (1 Timotius 4:14).

3. Persyaratan pemimpin rohani

Jika persyaratan kualitas karakter dan sosial dalam diri pemimpin umum bersifat relatif, bahkan boleh saja tidak dimiliki, maka persyaratan pemimpin Kristen sangat menekankan aspek karakter dan kesosialan. Ada dua puluh kriteria yang dicantumkan dalam 1 Timotius 3:1-13 dan Titus 1:5-9, delapan belas berkaitan dengan reputasi seseorang, etis, moralitas, temperamen, kebiasaan, dan kedewasaan rohani serta psikis [19] J. Oswald Sanders, melihat kualifikasi yang ditulis Paulus ini sebagai kualifikasi sosial, moral, mental, kepribadian, rumah tangga, dan kedewasaan [20]. Kualifikasi dalam 1 Timotius 3:1-7 ini memiliki tiga ciri menonjol [21], yakni menyangkut 1) persyaratan fundamen, bukan tugas, 2) tingkah laku yang diamati, 3) karakter tersebut bukan khas Kristen melainkan ideal tertinggi moralitas konteks Helenistis (dalam konteks Yunani, Red) zaman itu. Ini berguna demi kesaksian gereja. Jadi, kriteria di atas menunjukkan bahwa persyaratan seorang pemimpin rohani sangat ketat dan menuntut kedewasaan jiwani, rohani dan sosial.

4. Arti kepemimpinan rohani

Ada beragam definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen [22]. "Kepemimpinan adalah pengaruh." (Oswald J. Sanders). "Tugas utama pemimpin adalah memengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah" (Robert Clinton). "Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi." (George Barna). "Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah." (Henry & Richard Blackaby). Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani memiliki persamaan dengan kepemimpinan umum dalam hal memengaruhi atau menggerakkan orang lain, mensyaratkan kemampuan fungsional dan membimbing kepada tujuan tertentu. Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani berdasarkan panggilan Allah, bukan dari manusia atau organisasi; melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang Allah kehendaki, bukan tujuan organisasi atau manusiawi.

5. Sifat khas kepemimpinan rohani

Berdasarkan prinsip Alkitab, terdapat beragam karakteristik kepemimpinan rohani. Pertama, kepemimpinan rohani adalah kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai "hamba" [23]. Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari keuntungan materi maupun nonmateri, melainkan untuk pelayanan (Lukas 22:26). Dalam Perjanjian Lama, para raja bukan untuk meninggikan diri atas rakyat (Ulangan 17:20). Korah ditegur dan dihukum akibat sikap kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bilangan 16:9-33). Paulus memandang jabatan rasuli bukan untuk kemuliaan dirinya, melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2 Korintus 11-12; 1 Korintus 15:9-10). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan memelihara umat Allah (Ibrani 13:17; 1 Petrus 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai "menjadi hamba" dan Dia menegaskan melalui keteladanan-Nya (Markus 10:35-45). Kedua, kepemimpinan yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus [24]. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yohanes 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan nyata dalam praktiknya. Kerendahan hati yang melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun keterbukaan untuk terus belajar akan kepemimpinan yang lebih baik, termasuk keunggulan dalam orang lain [25]. Ketiga, kepemimpinan yang berdasarkan karakter yang baik [26]. Kepemimpinan Kristen sangat menekankan karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan Kristen bergantung pada ketaatannya terhadap Kristus dan meneladani Kristus. Dengan otentisitas tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin. Keempat, kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus [27]. Pemimpin Kristen bukan dilahirkan atau dibentuk melalui usaha manusia, melainkan kemampuannya terutama karena karunia Roh Kudus (Roma 12:6; 1 Korintus 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu dari banyak karunia rohani dalam gereja. Sebab itu, kemampuan kepemimpinan rohani harus bersandar pada Roh Kudus. Kelima, kepemimpinan berdasarkan motivasi Kristen. Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan pada kekuatan manusiawi dan bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi (Markus 10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani harus menanggalkan pementingan diri dan motivasinya untuk kepentingan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu, dia dimotivasi oleh kasih Kristus. Keenam, kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Sebab itu, pemimpin Kristen yang sejati disebut "pemimpin pelayan" (a servant leader). Cacat terdalam dalam kepemimpinan sekuler berakar pada arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas [28]. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Markus 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.

Kesimpulan

Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan menyatakan, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:42-45)

Catatan Kaki:

  • [16] Bd. Blackaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 31.
  • [17] Bd. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1979), hlm. 21.
  • [18] Ibid., hlm. 22.
  • [19] Bd. Gene A. Getz, Sharpening The Focus Of The Church (Chicago: Moody Press, 1976), hlm. 118.
  • [20] Sanders, Kepemimpinan Rohani, hlm. 32-41.
  • [21] Gordon D. Fee, New International Biblical Commentary (Peabody: Hendrickson Publishers, 1988), hlm. 78. Bd. Donald Guthrie, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids: Wm.B.Eermands Publishing Company, 1986), hlm. 80.
  • [22] Beragam definisi kepemimpinan rohani dan penilaian atasnya dapat dilihat pada George Barna, ed., Leaders On Leadership (Malang:Penerbit Gandum Mas, 2002), hlm. 22-26. Blackkaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 33-38.
  • [23] Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 102-112. Lihat Elwell, Walter A., and Walter A. Elwell, Evangelical Dictionary of Biblical Theology (Grand Rapids: Baker Book House, 1997).
  • [24] Bd. Lihat William D. Lawrence, "Distinctives of Christian Leadership," Bibliotheca Sacra 575, (Juli-September 1987): 318-319.
  • [25] John Adair, Inspiring Leadership (London: Thorogood, 2002), hlm. 344.
  • [26] Bd. Lawrence, "Distinctives of Christian Leadership," hlm. 320-321.
  • [27] Bd. Lawrence, "Distinctives of Christian Leadership," hlm. 321-323.
  • [28] John, Inspiring Leadership, hlm. 37-38.

Diambil dari:

Nama situs: gkagloria.or.id
Alamat URL: http://gkagloria.or.id/artikel/a14.php
Judul artikel: Kepemimpinan Kristen Versus Kepemimpinan Sekuler
Penulis artikel: Pdt. Ruslan Christian
Tanggal akses: 6 Desember 2010
File: 

Komentar