OBAT TERBAIK
Jika Anda bukan dokter, mungkin Anda belum pernah mendengar nama William Osler. Ia seorang dokter, profesor universitas, dan penulis, yang praktek dan mengajar hingga meninggal di usia tujuh puluh tahun pada tahun 1919. Bukunya, Principles and Practice of medicine, mempengaruhi persiapan para dokter selama lebih dari empat puluh tahun diseluruh dunia yang berbahasa Inggris, Cina, serta Jepang. Namun itu bukanlah kontribusi yang terbesar kepada dunia. Osler berupaya mengembalikan kepercayaan manusia kepada dunia kedokteran.
Kesenangan Osler terhadap kepemimpinan telah tumbuh sejak kecil. Ia adalah seorang pemimpin alami dan murid paling berpengaruh di sekolahnya. Ia selalu memperlihatkan kemampuan yang luar biasa dalam mejalin hubungan dengan sesama. Segala yang diperbuat Osler menunjukkan pentingnya membangun hubungan dengan sesama. Sementara ia semakin dewasa dan menjadi dokter, ia mendirikan Association of American Physicians agar para professional medis dapat berkumpul, berbagi informasi, dan saling mendukung. Sebagai guru, ia ubah cara fakultas kedokteran berfungsi. Ia bawa siswa-siswinya ke luar dari ruang kuliah ke dalam bangsal rumah sakit untuk berinteraksi dengan pasien. Ia percaya bahwa siswa-siswi paling baik belajar dari para pasien sendiri.
Namun semangat Osler adalah mengajarkan agar para dokter memiliki belas kasih. Katanya kepada sekelompok siswa-siswi,
Ada perasaan yang kuat diantara orang-orang - kalian melihatnya di suratkabar - bahwa kita, para dokter zaman sekarang, lebih mementingkan penyakit serta aspek-aspek ilmiahnya ketimbang si pasien … saya ingin mendesak kalian agar dalam praktek, lebih memperhatikan si pasien … menangani manusia malang yang menderita, kita lihat wajah aslinya, dengan segala kekurangan serta kelemahannya, dan kalian harus menjaga kelembutan hati agar tidak menghina sesama manusia.
Kemampuan Osler untuk memperlihatkan belas kasih dan membangun hubungan dapat dirangkum dalam perawatannya terhadap seorang pasien ketika terjadi wabah influenza pneumonia pada tahun 1918. Biasanya Osler membatasi kerjanya di rumah sakit, namun karena wabah tersebut, ia merawat banyak pasien di rumah masing-masing. Ibu seorang gadis kecil mengenang bagaimana Osler mengunjungi puterinya dua kali sehari, berbicara dengan lembut kepadanya dan bermain dengannya untuk menghiburnya, sambil mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala yang dideritanya.
Mengetahui bahwa anak tersebut sudah menjelang ajal, suatu hari Osler datang dengan membawa setangkai bunga mawar yang indah, yang terakhir di musim panas, dari kebunnya sendiri. Ia berikan bunga itu kepada gadis kecil itu, sambil menjelaskan bahwa bahkan bunga mawar pun tidak mungkin bertahan selama yang mereka inginkan di suatu tempat, dan harus pergi ke rumah baru. Anak tersebut tampaknya terhibur oleh kata-kata serta hadiah Osler tersebut. Ia meninggal beberapa hari kemudian.
Osler meninggal tahun berikutnya. Salah satu rekannya yang berkebangsaan Inggris, mengatakan tentang Osler begini,
Kini tinggal kenangan, sebelum waktunya, sekalipun ia telah mencapai usia yang menjadi bagiannya, dokter tersabar dalam sejarah … dan dia tahu segalanya, seumur hidupnya ia menjadi sahabat kami; seseorang yang memiliki sifat bersahabat yang lebih besar ketimbang siapa pun dalam generasi kami. Perhatiannya kepada kami semualah yang paling menonjol dalam sifatnya tampaknya, dari kemanusiaannyalah, perhatiannya yang luar biasa terhadap sesama, segala kuasanya mengalir.
MENGUNGKAPKANNYA
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain serta membangun hubungan jelas-jelas tak tergantikan bagi kepemimpinan yang efektif. Menurut majalah Executive Female edisi Mei 1991, diadakan sebuah survei terhadap para pemberi kerja, tentang tiga ciri utama yang mereka inginkan dimiliki oleh para karyawannya. Yang nomor satu adalah kemampuan untuk menjalin hubungan dengan sesama: 84 persen mejawab bahwa mereka mementingkan ketrampilan antar pribadi. Hanya 40 persen yang menjawab pendidikan serta pengalaman sebagai tiga ciri utamanya. Dan jika para karyawan saja membutuhkan ketrampilan menjalin hubungan dengan sesama, apalagi para pemimpin. Orang benar-benar ingin mengikuti orang dengan siapa mereka akur. Dan sementara memang mungkin saja seseorang yang memiliki ketrampilan menjalin hubungan dengan sesama, namun bukan seorang pemimpin yang baik, ia takkan dapat menjadi pemimpin yang baik tanpa ketrampilan menjalin hubungan baik dengan sesama.
Apakah yang dapat diperbuat seseorang untuk mengelola serta mengembangkan hubungan baik sebagai pemimpin? Dituntut tiga hal:
Memiliki Kemampuan untuk Memahami orang lain
Kualitas pertama dari seorang pemimpin yang dapat menjalin hubungan baik dengan sesama adalah kemampuan memahami perasaan serta pikiran orang lain. Sementara Anda bekerja sama dengan orang lain, sadarlah bahwa semua orang, entah pemimpin atau pun pengikut, memiliki beberapa kesamaan:
Mereka suka merasa diistimewakan, maka berikanlah pujian yang tulus.
Mereka menginginkan petunjuk, maka berikanlah pertunjuk kepada mereka.
Mereka egois, maka dahulukanlah kepentingan mereka.
Mereka bisa jatuh secara emosional, maka berikanlah dorongan kepada mereka.
Mereka menginginkan sukses, maka bantulah mereka untuk meraihnya.
Dengan menyadari kebenaran-kebenaran ini, seorang pemimpin masih juga harus mampu memperlakukan orang lain sebagai individu. Kemampuan memandang masing-masing orang, memahaminya, dan menjalin hubungan dengannya adalah faktor utama dalam sukses menjalin hubungan dengan sesama. Itu artinya memperlakukan masing-masing orang dengan berbeda, bukan menyamaratakannya. Ahli pemasaran, Rod Nichols, mencatat bahwa dalam bisnis, ini sungguh penting: "Jika Anda memperlakukan setiap pelanggan dengan cara yang sama, Anda hanya akan berhasil dalam 25 persen hingga 30 persen dari kunjungan Anda, karena Anda hanya akan berhasil dengan suatu kepribadian tertentu. Namun jika Anda belajar bekerja dengan efektif dengan seluruh jenis kepribadian, Anda dapat berhasil 100 persen".
Kepekaan seperti ini dapat disebut sebagai faktor lunak dalam kepemimpinan. Anda harus menyesuaikan gaya kepemimpinan Anda menurut orang yang sedang Anda pimpin.
Memiliki kemampuan untuk Mengasihi Orang lain
Presiden merangkap Direktur Utama dari Difinitive Computer Services, Henry Gruland, menangkap gagasan ini begini: "Menjadi pemimpin adalah lebih dari sekedar ingin memimpin. Pemimpin memiliki empati terhadap orang lain dan kemampuan untuk orang lain … bukan yang terburuk … dengan benar-benar peduli terhadap orang lain."
Anda takkan dapat menjadi pemimpin efektif yang sejati, yang menjadi panutan, kecuali Anda mengasihi orang lain. Ahli fisika, Albert Einstein, mengatakannya begini: "Situasi kita di bumi ini memang aneh. Masing-masing dari kita datang untuk kunjungan singkat, tanpa mengetahui mengapa, namun terkadang tampaknya demi suatu tujuan yang ilahi. Namun dari sudut pandang kehidupan sehari-hari, ada satu hal yang kita ketahui: bahwa manusia ada di bumi demi kepentingan manusia lainnya".
Memiliki Kemampuan untuk Membantu Orang Lain
Le Roy H. Kurtz dari general Motors mengatakan, "Bidang-bidang industri penuh dengan tulang belulang oragnisasi-organisasi yang kepemimpinan rusak oleh jamur, yang lebih mementingkan mengambil ketimbang memberi … yang tidak sadar bahwa satu-satunya aset yang tidak dapat digantikan dengan mudah hanyalah sumber daya manusianya". Orang hormat kepada pemimpin yang mengutamakan kepentingan mereka. Jika fokus Anda adalah apa yang dapat Anda berikan kepada orang lain ketimbang apa yang dapat Anda peroleh dari mereka, mereka akan mengasihi dan hormat kepada Anda - dan semuanya ini akan menciptakan landasan yang baik untuk membangun hubungan.
MERENUNGKANNYA
Bagaimanakah keterampilan Anda dalam soal menjalin hubungan baik? Apakah Anda mudah bergaul dengan orang asing? Dapatkah Anda segera menemukan kesamaan dengan orang lain? Bagaimana dengan interaksi jangka panjang? Dapatkah Anda memelihara hubungan? Jika keterampilan Anda dalam soal menjalin hubungan baik ini lemah, kepemimpinan Anda akan selalu terpengaruh.
MENERAPKANNYA
Untuk meningkatkan kemampuan menjalin hubungan baik, lakukanlah yang berikut:
Perbaikilah pikiran Anda. Jika kemampuan Anda untuk memahami orang lain perlu diperbaiki, mulailah dengan membaca buku-buku tentang topik ini. Saya rekomendasikan karya-karya Dale Carnegie, Alan Loy Mc Ginnis, serta Les Parott III. Lalu luangkanlah waktu lebih banyak untuk mengamati orang dan bicara kepada mereka untuk menerapkan apa yang telah Anda pelajari.
Kuatkanlah hati Anda. Jika Anda tidak terlalu peduli terhadap orang lain ketimbang yang seharusnya, Anda perlu mengalihkan fokus dari diri sendiri. Buatlah daftar hal-hal kecil yang dapat Anda lakukan untuk memberikan nilai tambah kepada teman-teman serta rekan sekerja. Lalu cobalah lakukan satu setiap harinya. Jangan tunggu hingga Anda ingin membantu orang lain. Bertindaklah hingga Anda sendiri merasa senang melakukannya.
Perbaikilah hubungan yang retak. Renungkanlah hubungan jangka panjang yang berharga yang telah memudar. Lakukanlah semampu Anda untuk membangunnya kembali. Kontaklah orang yang bersangkutan dan cobalah menjalin hubungan kembali. Jika Anda bersalah, ambillah tanggung jawab dan mintalah maaf kepadanya. Berusahalah untuk memahami, mengasihi, serta melayani orang tersebut dengan lebih baik.
MELATIHNYA SETIAP HARI
Dalam sebuah cerita pendek berjudul "The Capital of the World", penulis pemenang Hadiah nobel, yaitu Ernest Hemingway, bercerita tentang seorang ayah serta puteranya yang remaja, Paco, yang hubungannya retak. Setelah sang anak minggat dari rumah, sang ayah memulai perjalanan panjang untuk menemukannya. Akhirnya, sebagai upaya terakhir, sang ayah memasang iklan di surat kabar setempat di Madrid. Bunyinya, "Paco anakku, temuilah ayah didepan kantor surat kabar ini besok siang … segalanya sudah ayah ampuni … ayah sayang sama kamu." Keesokan paginya di depan kantor surat kabar tersebut hadir delapan ratus pemuda bernama Paco, dengan keinginan untuk memulihkan hubungan yang retak. Jangan pernah meremehkan kuasa hubungan terhadap hidup manusia.