BAB II

Contoh Tokoh Alkitab yang Pernah Mengalami Kelelahan/Keletihan/
Kehabisan Tenaga

Meskipun banyak orang Kristen percaya bahwa anak Tuhan seharusnya tidak pernah menderita kekacauan semacam ini seperti keletihan yang menakutkan atau kelelahan/kehabisan tenaga, saya percaya bahwa ada bukti yang dapat dipercaya di dalam Alkitab untuk meyakinkan bahwa beberapa hamba Tuhan yang terbaik mengalami pencobaan-pencobaan semacam ini. Sejarah gereja juga meyakinkan bahwa beberapa pemimpin terbesarnya telah mengalami beragam bentuk penderitaan ini.

APAKAH MUSA DIAMBANG KELELAHAN?

Musa merupakan contoh yang jelas mengenai orang yang sering menghadapi kelelahan sampai mertuanya yang bijaksana datang dan membujuk dia untuk mengurangi beberapa tanggung jawabnya melalui proses pendelegasian. (Keluaran 18:13-27)

Imam Yetro memperhatikan banyak hal mengenai menantunya.
ayat 13. Musa bekerja dalam waktu yang lama - dari pagi sampai petang. Dia memiliki tanggung jawab berat dalam mengadili permasalahan bangsa itu.
ayat 14. Musa melakukan seorang diri saja.
ayat 16. Musa bekerja keras memecahkan semua permasalahan orang-orang.
ayat 18. Musa melelahkan dirinya dengan tugas yang terlalu banyak baginya.
ayat 18. Akhirnya orang-orang tidak dapat dilayani dengan baik.

Imam Yetro menasehati Musa agar memilih pemimpin yang cakap dan mendelegasikan tanggung jawabnya pada mereka. Setelah kejadian ini tidak ada satu pun yang disebutkan dalam Alkitab mengenai Musa yang mengalami kelelahan dan kita mengira bahwa sistem yang baru telah menyelamatkan dia dari kelelahan yang total.

ELIA MENGALAMI KELELAHAN
(1 Raja-raja 19:1-8)

Dalam 1 Raja-Raja 18, Elia terlibat dalam beberapa kejadian rohani yang terus menerus sehingga menyebabkan dia kehabisan tenaga dan lelah secara spiritual, mental dan emosional.

Meskipun "Tangan Tuhan berlaku atas Elia", Elia masih kelelahan ketika sampai di Jezreel."
ayat 20-40: Elia menentang dan mengalahkan 450 nabi Baal.
ayat 41-45: Dia berdoa agar hujan turun untuk mengakhiri kekeringan.
ayat 46 : Dia berlari mendahului kereta sampai limabelas mil.

Yakobus mengatakan pada kita bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita" (Yak 5:17). Dan kejadian-kejadian yang harus dia atasi menyebabkan dia lemah dan kehabisan tenaganya.

Dalam 1 Raja-raja 19 kita meneliti beberapa gejala klasik yang dapat menyebabkan kelelahan.

  1. Melarikan Diri dari Tekanan dan Tanggung Jawab.

    ayat 4: "Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar."

    Dorongan untuk menjauhkan diri dari dunia dan permasalahannya dan pergi dari segala sesuatu merupakan satu gejala umum dari stres dan kelelahan. Sehingga kecenderungan untuk duduk sendirian di suatu tempat, yang menurun sampai menjadi pengaduan dari keputus-asaan dan hilang harapan.

    Saya secara pribadi telah mengetahui orang dalam "Kelelahan" yang menolak bangun dari tempat tidur, dan memilih untuk tetap di sana selama beberapa minggu. Mereka telah menolak pergi bekerja atau melakukan segala bentuk pekerjaan. Mereka telah tinggal di tempat tidurnya siang dan malam, merasa takut untuk meninggalkan rasa aman yang mereka rasakan di sana. Mereka kadang-kadang akan meringkuk seperti janin dan seolah-olah berusaha kembali ke dalam perlindungan perut ibunya, lalu secara terang-terangan mencoba kembali ke saat di mana di dalam hidup mereka ketika mereka tidak memiliki tanggung jawab dan tidak stress.

  2. Pergi dari orang-orang

    ayat 3: "Dia meninggalkan bujangnya di sana."

    Di sini kita melihat kecenderungan klasik pada orang yang mengalami kelelahan untuk pergi dari orang-orang, mencari pengasingan diri dan sendirian. Penderita seringkali tidak dapat menanggung kehadiran seseorang yang dikasihi meskipun mereka seolah-olah mengerti dan membesarkan hatinya. Dia bahkan tidak dapat menanggung kehadiran teman yang dekat dan dipercaya, tidak juga dapat mengatasi mereka yang terdekat dan paling disayanginya. Dia adalah "orang terbuang", dan tidak dapat mengatasi kelompok orang yang lain. Dia seringkali menemukan bahwa dia bahkan tidak dapat memasuki ruangan dimana orang- orang lain juga hadir. Dia tidak dapat menanggung resiko dengan pergi ke jalan atau tempat-tempat umum lainnya. Dia takut untuk memasuki toko atau warung makan, takut menjadi sangat dekat dengan orang lain. Hal ini seringkali merupakan reaksi sungguh-sungguh pada penerimaan tanggung jawab untuk peduli pada kesejahteraan dan kesehatan banyak orang. Reaksi ini sangat keras terutama pada beberapa tipe perlindungan pekerja yang sangat berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya dan tanggung jawabnya terhadap mereka yang berada dibawah tanggung jawabnya.

  3. Pengecilan Hati dan Penghilangan Semangat

    ayat 3. "Dia melarikan diri dari hidupnya dan pergi ke Bersyeba."

    Orang yang telah mengalahkan 450 nabi Baal, sekarang sendirian dan melarikan diri dari kedatangan seorang wanita yang menakuti dia. Apa yang terjadi dengan dia? Dia telah kehabisan moralnya. Kekuatan terdalamnya, ketabahannya, dan keberaniannya telah meninggalkan dia. Pria yang telah sukses menentang dan mengalahkan banyak nabi palsu tidak berani menghadapi seorang wanita. Pria yang sangat bijaksana yang telah cukup berani menantang kesalahan sistem beragama, sekarang dipenuhi perasaan takut dan lari dari hidupnya. Saya menyadari bahwa ada beberapa alasan untuk takut, tetapi saya juga yakin bahwa banyak ketakutan yang memenuhi pikiran hanyalah imajinasi belaka.

  4. Kehilangan Penghargaan Diri Secara Total

    ayat 4b. "Tuhan ambilah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari nenek moyangku.

    Korban "Kelelahan" sering menderita kehilangan penghargaan dan kepercayaan diri secara menyeluruh. Kepercayaan dirinya dan perasaan menghargai diri berada di dasar batu karang. Pendapat pribadinya seluruhnya menjadi negatif. Dia tidak dapat lebih lama melihat kebaikan, nilai dan kemampuan dalam dirinya. Perkiraan negatif ini begitu kuat mempengaruhi dia sehingga dia seringkali tidak dapat lebih lama melihat nilai hidupnya. Dia yakin bahwa hidupnya tidak akan pernah bernilai apa pun dan dia meminta pada Tuhan, "O Tuhan, ambilah nyawaku."

  5. Mengalami Depresi mendalam dan kronis.

    Sikap, postur fisik, perkataan dan ekspresinya, serta semua perkataannya memperlihatkan seseorang yang benar-benar depresi. Pandangan hidupnya secara menyeluruh adalah negatif. Dia tidak memiliki satu pun hal positif untuk dikatakan. Dia tidak memiliki antisipasi yang positif mengenai masa depannya. Tak satu pun yang memandang ke depan. Perasaannya gelap, suram tanpa bayangan apa pun. Penuh ketakutan dan depresi yang melemahkan kemungkinan adalah gejala paling umum dan menakutkan dari "Kelelahan".

  6. Sangat Putus Asa Dan Hilang Harapan

    Tiba-tiba hidupnya menjadi tidak bernilai. Tak ada satu poin pun dalam hidupnya. "Sudah cukup," teriaknya. Saya tidak dapat menghadapi hidup lebih lama lagi. Putus asa berarti hilangnya atau tidak adanya harapan. Elia kesal dan sedih, sedangkal rohaninya yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dia bahkan putus asa dengan hidup itu sendiri. Dia merasa bahwa hidupnya telah kehilangan seluruh tujuan dan artinya bahwa di sana tidak ada alasan untuk hidup. Perhatikan sikap dan pandangannya tentang Allah dan karya Allah. Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mesbah-mesbahMu, dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang, hanya aku seorang diri yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku." (1Raja raja 19:14)

    Dia mendedikasikan diri secara sungguh-sungguh dan mendalam pada Tuhan dan Karya-Nya. Dia iri dengan nama dan reputasi Allah. Dia menilai suasana negatif di sekitar-Nya dan merasa bahwa beberapa orang mungkin menyalahkan Tuhan bagi situasi yang mengerikan ini. Dia kemudian merasa iri dengan nama dan reputasi Allah. Dia menduga bahwa segala sesuatu telah mencapai tingkat kesuraman dimana hanya dia sendiri yang masih hidup. Allah telah meyakinkan dia lagi bahwa sgala sesuatu tidaklah seburuk yang dia takutkan dan "Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia." (ayat 18)

    Korban kelelahan sering mengalami depresi menakutkan yang menutupi masa depannya. Kebiasaan ini seringkali tampak pada mereka yang mengalami "kelelahan".

  7. Harapan kematian yang apatis

    Ayat 4. "Dan dia berdoa bahwa dia mungkin mati, dan berkata, cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku."

    Banyak orang Kristen akan memiliki saat yang sulit untuk memahami seperti apakah nabi besar ini, seorang rohaniawan besar bagaimana mungkin berharap untuk mati. Mereka tidak pernah mengalami putus asa yang sangat seperti yang pernah dialami nabi ini. Mereka tidak pernah tahu gelapnya depresi yang dapat membuat orang merasa bahwa hanya kematian yang menjadi jalan keluar terbaik bagi permasalahan yang tampaknya akan dihadapinya. "Harapan kematian" terjadi ketika prospek kematian muncul menjadi lebih diinginkan daripada hidup. Hal ini mungkin baik seperti yang dikatakan Daud dalam Masmur 23:4, ketika di berbicara mengenai "lembah kekelaman."

    Hal ini penting untuk memahami bentuk kelelahan yang serius paling sedikit untuk dua alasan:

  8. Perbaikan puncak-Nya

    Bersyukur karena kisahnya tidak berakhir dengan harapan kematian. Tuhan melangkah ke dalam dan membawa pembebasan dan perbaikan kembali. Coba perhatikan bahwa resep Allah termasuk tidur panjang, dan makanan yang baik! Resep yang sangat alami. (1Raja-raja 19:6) Ini masih merupakan kejadian biasa dimana pengobatan alami merupakan yang paling sederhana dan baik.

APAKAH DAUD MERUPAKAN KORBAN YANG LAINNYA?

"Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku."
(Masmur 42:12)

Banyak perumpamaan yang kuat dan dramatis dari tulisan Daud hanya dapat dipahami dengan baik bila kita menangkap bahwa dia kemungkinan mengalami kelelahan yang sungguh-sungguh secara emosional, trauma, dan gugup, dan ini menyebabkan penyakit depresi, --alegori klasik yang sederhana, misalnya kisah dengan kebenaran yang tersembunyi. Kita sering cenderung mengabaikan atau menyembunyikan kenyataan dari pengalaman. Kita sering lupa bahwa orang semacam Daud dan banyak karakter dalam Alkitab sebenarnya mengalami trauma besar dan penderitaan yang sering.

Pada masa episode yang menyedihkan dengan Bathsheba dia kemungkinan paling menderita kehabisan tenaga secara mental dan emosional.
(2 Sam. 11:1-13)

Ini merupakan saat raja pergi berperang, namun Daud, pahlawan besar yang masyhur, tetap di rumah, mungkin menderita karena perang hebat. Dia juga berada dalam pertengahan umur, dan mungkin dibawah krisis pertengahan umur. Dia menderita karena imsonia dan terganggu dengan pola tidur, gejala umum yang menyebabkan "Kelelahan".

Tak seorang pun yang dimintai maaf untuk apa yang terjadi tapi ini menggambarkan beberapa latarbelakang yang mungkin menyebabkan insiden menyedihkan dan dapat digunakan menjadi peringatan bagi yang lain.

KEKELAMAN JIWA

Grafik perumpamaan pada Mazmur 22 dapat dipahami lebih baik jika kita menangkap bahwa ini merupakan kisah saat Daud mengalami "Kelelahan". Banyak ayat hanya membuat kesan ketika kita membaca dengan latar belakang kisah di dalam pemikiran kita. Sebaliknya ayat tersebut mungkin tampak menjadi emosi yang tinggi dan dibesar-besarkan.

Sementara Mazmur ini merupakan nubuatan yang jelas mengenai Mesias, kita juga harus membuktikan bahwa ayat ini merupakan rekaman dari pengalaman Daud. Sepertinya dia merupakan tipe Mesias dalam masa kegelapan dari penderitaan-Nya. Ada sejumlah ayat yang dramatis, kuat, dan penuh menakutkan, tapi tak seorang pun merasa takut seperti dalam baris pembukaan, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.

Ini merupakan pemikiran yang bijaksana untuk menganggap bahwa ayat ini mengatakan pengalaman antara Daud dan Yesus. Keduanya mengalami masa suram, depresi, putus asa dan penuh ketakutan yang tampaknya bagi mereka bahwa Allah telah meninggalkan mereka dan menarik diri dari kisah penderitaan terbesar mereka. Begitu dalam, begitu gelap merupakan lembah dari kelelahan mental dan emosional dimana korbannya tidak dapat lama lagi merasakan kehadiran Allah di dekatnya. Ini juga penting untuk mengingat bahwa Tuhan belum pergi atau meninggalkan mereka. Ini merupakan pengalaman mereka terdalam yang membuat mereka merasa bahwa Tuhan telah melakukannya.

Sejumlah pria dan wanita dari Allah juga mengalami trauma yang mirip. Rohaniawan terbesar semacam Agustin, Martin Luther dan banyak lagi telah merekam pengalaman mereka mengenai "kegelapan/kekelaman jiwa." Ini seperti melewati lembah yang mengandung banyak hal yang harus dilalui, lalu muncul ke dalam alam baru yang terang dan dewasa. Mungkin ini juga "lembah kekelaman" seperti yang diungkapkan oleh Daud (Mazmur 23).

Pengalaman ini mungkin juga berhubungan dengan kata-kata Daud, "sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai. (Mazmur 30:6b) Secara pasti, Alkitab dan konsep ini menyampaikan pengobaran semangat yang hebat pada orang yang mengalami pencobaan semacam ini. Kenyataan bahwa kekelaman semacam ini tidak akan ada selamanya, tetapi seperti malam yang secara pelan-pelan akan berubah menjadi hari yang baru dan menggembirakan.

CONTOH DALAM PERJANJIAN BARU

Seseorang berkata, "Ini mungkin benar tapi hal itu terjadi pada tokoh Perjanjian Lama. Sudahkah mereka mengenal keuntungan dari suatu Perjanjian Baru yang berhubungan dimana mereka tidak harus mengalami penderitaan semacam ini." Mari kita melihat satu kejadian yang dialami oleh Epafroditus di dalam Perjanjian Baru. (Filipus 2: 25-30)

Latar Belakangnya:

  1. Dia adalah teman seperjuangan Paulus - "Saudaraku," kata Paulus.
  2. Dia adalah rekan sekerja dari Paulus
  3. Tentara Allah - Mengalami peperangan rohani.
  4. Dia adalah orang yang membantu pelayanan Paulus.
  5. Pemimpin Kristen yang memiliki pengalaman dan kedewasan tinggi.

Sifat Dasar dari Penderitaannya:

  1. Dia bekerja berlebihan -"Bagi pekerjaan Kristus" (ayat 30)
  2. Tidak disebutkan penyebab yang lainnya.
  3. Dia sakit, hampir mati (ayat 27) "Sebab oleh pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayanannya kepadaku. (ayat 30)

Kerja fisik sebenarnya akan membuat seseorang kelelahan tetapi ini tidak seperti biasanya terjadi pada Anda bahkan membuat Anda hampir mati. Tetapi stres, keprihatinan, kekhawatiran dari tanggung jawab dan mencoba melakukan pekerjaan banyak orang yang "kurang pelayanannya pada Paulus."

Pelepasannya:
ayat 27: Tetapi Allah mengasihani dia, -dan Paulus juga.
Epafroditus dapat menjadi aktif lagi dalam pelayanannya di dalam pekerjaan Kristus. Orang Filipi bangkit tanggung jawab mereka lagi dan mulai melayani Paulus seperti yang harus mereka lakukan sebelumnya, mengirim talenta mereka melalui Epafroditus. Satu alasan yang baik dari tragedi ini adalah banyak orang menjadi terlibat dalam pelayanan. Ini akan menjadi konsekuensi dari kelelahan. Tugas akan didelegasikan pada orang lain untuk membagi beban kerja menjadi lebih adil.

BAGAIMANA DENGAN PAULUS SENDIRI?

Sementara memperhatikan kasus Epafroditus kita tidak boleh mengabaikan akibat yang menimpa Paulus sendiri. Dia berkata, "Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga." (ayat 27) Paulus ternyata terpengaruh secara mendalam oleh sakit yang menimpa rekan sekerja dan teman seperjuangannya.

Kita seringkali cenderung untuk menganggap Paulus sebagai rohaniawan super yang menjalani hidup sehingga terlupa dan terhindar dari tekanan yang menyebabkan kita lebih kurang mati. Kita sering membayangkan dia terlalu jauh di atas kita dalam beberapa kategori kerohanian dan iman yang mengangkat dia tinggi di atas rata-rata orang Kristen.

Kita mendengar dia dengan bersemangat menjelaskan, "Segala perkara dapat aku tanggung" begitu kuat sehingga kita lupa kata-kata yang mengikutinya," oleh karena Kristus yang memampukan aku." Kita cenderung menganggap dia orang yang positif, percaya, dapat mencukupi dirinya, melangkah dengan mantap dalam melalui pengalaman hidup yang bervariasi tanpa reaksi negatif dari seorangpun.

Konteks dari pernyataan ini, (Filipi 4:4-13) secara jelas mengungkapkan kepuasan hati Paulus dan kemampuan dia menanggung segala perkara merupakan seni yang dipelajari dan diperoleh. Dia telah belajar, dalam beberapa tempat dia menemukan dirinya, dan menjadi berisi. Lingkungan sekitarnya dan pengalamannya seringkali negatif dan sulit untuk ditanggulangi, namun dia belajar bagaimana melakukannya dengan:

Jelaslah ini merupakan satu aspek dari pengalaman Paulus tetapi kita tidak seharusnya mengabaikan beberapa faktor penyeimbang yang dia gambarkan mengenai dirinya dan rekan sekerjanya, seperti: "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianaiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8)

"Bahkan ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan: dari luar pertengkaran dari dalam ketakutan. Tetapi Allah yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus." (2Kor 7:5-6)

Ini tampak jelas, dari ayat ini dan perikop lain dalam ALkitab, bahwa Paulus sama sekali tidak terhindar atau tahan terhadap stres dan tekanan dalam gaya hidup yang nomaden dan dramatis ini. Tekanan luar yang dihadapi menyebabkan ketakutan dalam hatinya. Ada waktu ketika dia dan temannya "putus asa" -kecil hati dan depresi.

Kenyataan ini menyebabkan saya terdorong untuk melihat pernyataan Paulus yang lain dalam suasana yang berbeda. Ketika dia berbicara mengenai dilema antara keinginan untuk "hidup atau mati." (Filipi 1:21-24) Dia tidak hanya menurutkan satu dugaan filosofis atau mimpi siang hari. Dia benar-benar mengalami ketakutan besar seperti dia menemukan keinginannya terbelah di antara hidup untuk melanjutkan dan menyelesaikan pelayanannya atau keinginan lain untuk melarikan diri dari pencobaan dan pergi bersama Kristus, satu prospek yang dia lihat sebagai hal yang "jauh lebih menarik" daripada hidup. Bagaimana pun kita memilih untuk menginterpretasikan kebingungan Paulus, dia secara nyata menghadapi dilema yang membuat gagasan untuk mati dan pergi bersama Kristus, suatu prospek yang memikat.

YESUS MENGALAMI KELELAHAN JUGA

Saya secara pribadi menemukan rasa nyaman yang luar biasa karena menyadari bahwa Yesus sendiri mengalami sesuatu hal yang pernah saya alami. Alkitab meyakinkan kita bahwa Imam Besar Tertinggi kita ini mengalami semua perasaan (kesakitan dan emosi) dari kelemahan kita dan pencobaan (dicoba dan diuji) dalam setiap keadaan yang kita alami juga. (Ibrani 4:15)

Yesaya mengatakan bahwa Yesus adalah "seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, yang menanggung penyakit kita dan memikul semua kesengsaraan kita." (Yesaya 53:3-4) Kita tahu bahwa Dia melakukan hal ini sebagai Sang Penebus, Penderitaan Juruselamat yang menanggung, menebus, memikul semua dosa dan kesengsaraan kita. Tetapi ini juga benar, bahwa dalam aspek kemanusiaan dari keberadaann-Nya, dia benar-benar merasa dan memikul semua kepedihan dari kegagalan manusiawi kita. Yesus secara pribadi, dalam kemanusiaan-Nya, mengalami setiap sakit yang pernah diketahui oleh manusia. Dia benar-benar paham dengan kesengsaraan kita.

Kita diberitahu bahwa saat Yesus di taman Gethsemane, "mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya pada mereka, "Hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Mat 26:37-38) Lukas juga mengatakan pada kita bahwa "Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." (Lukas 22:44) Ini merupakan gambaran dari seseorang yang berada di bawah bentuk siksaan yang sangat mengerikan yang mendapat tekanan secara spiritual dan emosional, dan mengalami bentuk "kelelahan" yang sungguh-sungguh, bahkan terpuruk ke tingkat yang lebih buruk daripada yang pernah diketahui manusia. Ini merupakan bagian dari pengalaman yang dapat membuat "seorang imam tinggi tersentuh pada perasaan akan kesengsaraan kita."

Tentu saja saya tahu semua ini secara teologis, namun untuk tingkat yang sama pengetahuan saya hanyalah secara teori. Tetapi sekarang saya tahu hal ini dalam dimensi baru dan lebih mendalam. Kenyataannya bahwa Yesus sendiri mengalami setiap nuansa sakit yang Anda perlihatkan. Ini merupakan asal mula yang luarbiasa dari rasa nyaman dan bisikan hati para penderita kelelahan.

Ini biasanya sangat sulit untuk menemukan sahabat karib yang dapat dipercaya. Seseorang yang sepenuhnya mengerti yang Anda alami dimana mereka akan berjalan dengan sabar dan terus menerus dengan Anda melewati waktu dan bulan yang kelam. Seseorang yang benar-benar tahu banyak akan kelemahan dari siksaan yang mengerikan yang Anda pikul dan dapat dengan penuh kasih berempati dengan Anda dan menawarkan pengertian yang hanya seseorang yang pernah mengalaminya yang dapat mengerti.

Dengan berhubungan dengan Yesus dalam tipe suasana ini, Anda dapat datang untuk mengenal Dia dengan cara lebih dalam daripada sebelumnya. Semua sentimen dan kedangkalan keagamaan yang semuanya terlalu sering membebani persahabatan kita tolak dan kita datang untuk berusaha mengatasi kenyataan dasar dari persahabatan dan persekutuan dengan Yesus. Meskipun dalam beberapa ukuran ini adalah, "Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya," (Filipi 3:10) dan menjadi seorang "saudara dan sekutu dalam kesusahan" kata Yohanes dalam Wahyu 1:9.

Kita cenderung merasa seperti Ayub yang harus merasakan saatnya setelah semua penderitaan yang menjatuhkan dia, dia berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (Ayub 42:5). Meskipun pengetahuan kita akan Allah sebelumnya jauh dan teoritis tetapi sekarang kita mengenal Dia dalam pengalaman yang nyata.