Doktrin tentang Keselamatan Kekal

BAGIAN C7
DOKTRIN TENTANG KESELAMATAN KEKAL
(Sekali Selamat, Tetap Selamat)

Oleh : Ralph Mahoney

DAFTAR ISI BAGIAN INI
C7.1 - Dapatkah Seseorang Yang Baru Saja Dibenarkan Terhilang?
C7.2 - Jenis Iman Yang Benar

Bab 1
Dapatkah Seseorang Yang
Baru Saja Dibenarkan Terhilang?

Pendahuluan

Empat puluh tahun yang lalu saya sekolah di sebuah pelatihan misi. Di sana saya bertemu dengan seorang hamba Tuhan yang sangat luar biasa. Hamba Tuhan ini adalah seorang Pendeta Presbitarian generasi yang ke lima. Meskipun pada waktu itu umur saya baru 18 tahun, ia mau berteman dengan saya. Sejak saat itu saya sangat menghormatinya sebagai seorang pelayan Injil. Hamba Tuhan ini memiliki kehidupan kekristenan yang sangat indah.

Dia bertumbuh dalam keluarga yang sangat menghargai Alkitab. Dia selalu menghafalkan 5 ayat setiah hari.

Pada waktu ia berumur 12 tahun, ia sudah menghafal seluruh surat-surat Rasul Paulus. Pada waktu umur dua puluh ia sudah menghafalkan seluruh Perjanjian Baru, dan pada waktu ia berusia empat puluh tahun, sebagian besar Perjanjian Lama telah terpahat dalam ingatannya.

Dia melakukan semuanya itu dengan menghafalkan lima ayat perhari, yaitu kira-kira 1800 ayat pertahun. (Yang terpanjang dalam Perjanjian Baru adalah Injil Lukas yang memiliki 1151 ayat). Seluruh Perjanjian Baru mempunyai 7597 ayat dan Perjanjian Lama 22485 ayat).

Pengetahuannya yang dalam tentang Alkitab memberikan kesan yang dalam pada diriku.

Meskipun begitu kami masih sering bersilang pendapat mengenai masalah doktrinal. Biasanya kami duduk bersama dengan rasa persahabatan untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan itu. Ia mempercayai sebuah doktrin yang disebut "keselamatan kekal". Saya tidak (sampai sekarangpun tidak) mempercayai doktrin itu pada waktu ia mengajarkannya pada saya.

Perbedaan pendapat di antara kami itu bukan perbedaan pendapat yang diwarnai kekerasan ataupun kemarahan, tetapi hal itu hanyalah perbincangan antar sahabat saja.

Dia mampu mengutip berpasal-pasal ayat Alkitab untuk mendukung doktrin yang dipercayainya. Sayapun mempunyai banyak kumpulan ayat yang saya yakin dapat membantah pengajaran/doktrinnya.

Dalam mempelajari doktrin ini, sebaiknya kita menggunakan pendekatan yang penuh kasih. Walaupun berbeda pendapat janganlah mengatakan kata-kata "sesat" pada orang yang tak sepaham.

Biarlah kita mempelajari Kitab Suci dengan sikap yang telah digambarkan oleh Rasul Yakobus dengan jelas, "tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut ..." (Yak 3:17).

Ingat, orang yang mempunyai pandangan yang berbeda pastilah dia mempunyai alasan yang kuat, jadi marilah menjadi orang-orang `Berea' yang baik "... karena mereka menerima Firman Tuhan itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki kitab suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian" (Kis. 17:1).

A. DUA PANDANGAN YANG BERBEDA

1. Pandangan yang Pertama - Kita Diselamatkan Oleh Perbuatan Baik Kita Atau Dengan Iman Dan Perbuatan Baik.

Sekitar empat ratus tahun yang lalu, banyak pimpinan gereja yang menyadari bahwa gereja sangat membutuhkan suatu perubahan. Sertifikat pengampunan dosa (sebuah konsep bahwa gereja dapat menjual belikan kebaikan Tuhan dan orang-orang percaya dapat membelinya) dijual di seluruh Eropa untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan katedral St. Peter di Roma.

Flagelisme (praktek menyiksa diri sendiri dengan cambukan-cambukan) dilakukan oleh jutaan orang `Kristen". Para pelaku Flagelisme itu berusaha mendapatkan belas kasihan Tuhan dengan cara yang sangat kafir itu.

Orang-orang berjalan bermil-mil jauhnya dengan lutut mereka untuk berdoa di depan patung perawan Maria, dengan harapan mereka bisa mendapatkan pengampunan dan pembebasan dari dosa-dosa mereka. Mereka mencari keselamatan melalui cara-cara seperti di atas, dan yang lebih parah lagi dengan menggunakan ajaran-ajaran sesat.

Penyelewengan telah tersebar luas dikalangan gereja. Para Paus pemimpin Gereja Roma Katolik di Roma kekuasaannya melebihi raja-raja di Eropa dan mengancam mereka dengan penghukuman kekal apabila mereka tidak mentaati perintah-perintah para Paus itu.

Raja-raja `Kristen' itu dipaksa untuk memimpin perang melawan saingan-saingan politik dari Paus. Itulah zaman kegelapan dimana terang Injil hampir padam.

Sebagai seorang pengkhotbah dan seorang ahli Teologi, John Calvin dan sang pembaharuan, Martin Luther berjuang melawan praktek-praktek yang tidak Alkitabiah itu, sebab mereka mulai melihat kebenaran-kebenaran yang berkuasa yang diajarkan oleh Rasul Paulus di dalam suratnya bagi jemaat di Roma.

(Catatan: bukanlah suatu kebetulan jika Rasul Paulus menulis suratnya bagi sidang jemaat di Roma. Roh Kudus sudah mengetahui pada waktu itu bahwa berabad-abad kemudian gereja di Roma akan sangat membutuhkan pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah dikatakan oleh Rasul Paulus).

2. Pandangan Yang Kedua - Kita Diselamatkan oleh Kasih Karunia Hanya Melalui Iman Percaya Kita.

a. Lima Doktrin Kebenaran. Denominasi Reformasi yang lahir empat abad yang lalu melahirkan gereja-gereja Protestan. Lima kebenaran dasar doktrin di bawah ini adalah dasar kepercayaan gerakan ini :

  1. Hanya Kitab Suci Yang Benar
  2. Hanya Oleh Iman Percaya
  3. Hanya Oleh Kasih Karunia
  4. Kekuasaan Mutlak Dari Tuhan
  5. Keimamatan Setiap Orang Yang Percaya.

Doktrin-doktrin di atas merupakan suatu inti penting bila gereja ingin membebaskan diri dari belenggu kegelapan spiritual dan perbudakan agamawi yang menekan gereja pada saat itu. Diskusi ini melibatkan doktrin kedua dan ketiga dari kelima doktrin yang ada.

B. ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN

Calvin, Luther dan ratusan orang lainnya dilawat oleh Tuhan. Mereka menerima mujizat yang digambarkan dalam Lukas 24:45. "Lalu ia membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti kitab suci".

Ini merupakan wahyu Allah yang luar biasa ketika mereka membaca Alkitab " Sesungguhnya ... orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (Hab 2:4).

"Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17).

"Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan dihadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah mutlak, (yaitu dengan melaksanakan sepuluh Hukum Allah, peraturan agama, dsb). Karena : `Orang yang benar akan hidup oleh iman' (Gal 3:11).

"Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman ..." (Ibr 10:33).

Apakah maksud dari keempat pernyataan yang berulang-ulang di atas tadi?

1. Jawaban Paulus

Rasul Paulus mengemukakan tiga buah argumentasinya untuk menjawab pertanyaan tadi.

a. Setiap Orang Kafir Adalah Orang Berdosa dan Membutuhkan Juruselamat. "... telah nyata ... baik orang Yahudi, maupun orang Yunani bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa;

`Seperti ada tertulis, tidak ada yang benar, seorangpun tidak';

`Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.

`Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak ...

`Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah;

`Kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah;

`Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal;

`Rasa takut akan Allah tidak ada pada orang itu' (Rm 3:9-18).

Ayat berikut ini menggambarkan betapa sesatnya bangsa kafir secara total - " ... tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia" (Ef 2:12).

b. Setiap orang Yahudi adalah Orang Berdosa Dan Membutuhkan Juruselamat. "... telah nyata baik orang Yahudi, maupun orang Yunani bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa;

Seperti ada tertulis, tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Rm 3:9,10).

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat (hal ini tertuju khusus bagi orang Yahudi, yang masih hidup di bawah hukum Perjanjian Lama) supaya mulut mereka berhenti (dari kesombongan yang membanggakan kebenaran diri sendiri), dan seluruh dunia akan jatuh ke bawah hukum Allah" (Rm 3:19).

Kesimpulan : Ayat-ayat di atas sangatlah jelas menunjukkan bahwa setiap orang di dunia (baik orang kafir maupun orang Yahudi) adalah orang berdosa, dan membutuhkan seorang Juruselamat. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm 3:23).

c. Baik Orang Kafir Maupun Orang Yahudi Tidak Dapat Dibenarkan Oleh Hukum Taurat.

2. Penjelasan Mengenai Istilah-Istilah Yang Digunakan

Untuk mengerti pandangan yang disusun Rasul Paulus, kita harus dapat mendefinisikan dan menjelaskan arti kata-kata yang dipakainya.

a. Dibenarkan. Ini adalah istilah yang biasa digunakan oleh pengadilan kriminal non agama. Untuk di "benarkan"/ "justified" di dalam suatu pengadilan berarti harus disebutkan, diumumkan, dinyatakan bahwa orang itu tidak bersalah.

Di dalam Alkitab kata ini mempunyai arti yang lebih dalam. Arti kata itu bahkan berarti "dinyatakan benar", dan "layak berada" dihadapan Allah. Di dalam pandangan Tuhan, Iam just (as) if -eid. (bila dibaca bisa berbunyi : just if I had) never sinned, yang artinya : Saya benar, seperti tidak pernah berbuat dosa.

Hal ini telah diilustrasikan pada zaman kitab Keluaran dimana Musa memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir di bawah "perlindungan darah anak domba" (Kel 12:13). "Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua sudah dibaptis dalam awan dan dalam laut" (1 Kor 10:2)

Di padang gurun, tindak tanduk orang Israel tidak seperti orang-orang yang sudah dibaptis. Mereka mengeluh dan menyalahkan Musa maupun Tuhan. Pada suatu saat Tuhan berkata akan membinasakan mereka (Ul 9:14).

Bahkan seorang peramal yang menjadi nabi yaitu Bileam waktu disewa oleh Raja Balak untuk mengutuki bangsa Israel mengucapkan nubuatan yang luar biasa ini : "Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara Israel ..." (Bil 23:21).

Bagaimanakah hal tersebut dapat dikatakan untuk bangsa Israel? Padahal Alkitab dipenuhi dengan kisah-kisah mengenai kegagalan dan dosa-dosa mereka.

Bileam telah mengungkapkan pandangan yang dimiliki Tuhan mengenai orang-orang yang sudah mengambil "darah anak domba" sebagai perlindungan mereka. Darah itu membawa perlindungan dari Tuhan dan menutupi dosa mereka. Allah tidak dapat melihat dosa mereka lagi. Allah memandang mereka sebagai umat yang tidak berdosa. Mereka telah dibenarkan, mereka memiliki "kedudukan" yang benar di hadapan Allah meskipun "kelakuan" mereka selalu mengeluh dan memberontak.

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya yang dosanya ditutupi" (Mzm 32:1). Itu artinya bila sesuatu sudah ditutupi, tidak dapat dilihat lagi. Maka bila kita sudah dibenarkan, dosa kita sudah diampuni dan dilupakan. "... Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka" (Yer 31:34). "Sejauh Timur dan Barat, demikianlah dijauhkan daripada kita pelanggaran kita" (Mzm 103:12).

Dosa ditutupi! Dosa diampuni! Dosa dilupakan!

Inilah yang diperintahkan oleh "... Tuhan, Hakim itu ..." (Hak 11:27) bagi setiap orang berdosa yaitu harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang diberikan Tuhan agar orang berdosa dibenarkan. Syarat-syarat tersebut akan dijelaskan kemudian.

b. Hukum Taurat (The Law) dan Sepuluh Perintah Allah (The Ten Commandment). "Hukum Taurat (the law)" mengarah pada 5 kitab pertama di dalam Perjanjian Lama. Hukum itu ditulis Musa di atas lembaran-lembaran kulit binatang dan telah diidentifikasikan sebagai "kitab Taurat Musa".

"Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab ...".

"... Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi ... Ambillah kitab Taurat ini dan letakkan disamping tabut perjanjian Tuhan, Allahmu ..." (Ul 31:24-26).

"Ia berkata kepada mereka ... harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku di dalam kitab Taurat Musa, dan kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur" (Luk 24:44).

"Kitab Taurat" memuat "(sepuluh) perintah"

"Perintah (commandments)" sebenarnya ditulis di atas dua loh batu oleh jari tangan Allah. Musa menyalinnya lagi dan memasukkannya ke dalam "kitab Taurat Musa".

"Dan ... Ia menuliskan pada loh batu itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman" (Kel 34:28)

"Dan Tuhan memberikan kepada Musa ... kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah". (Kel 31:18).

"Di dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb ..." (1 Raj 8:9).

Sepuluh perintah Allah mendefinisikan kewajiban kita terhadap Tuhan dan sesama manusia. Perintah-perintah itu adalah tuntunan moral bagi sikap dan tindakan umat manusia.

Hukum Taurat menerapkan perintah-perintah tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan ketenangan dan keadilan di antara bangsa Israel. Hukum Taurat diperuntukkan bagi bangsa Israel. Kesepuluh perintah Allah adalah tuntunan moral yang universal dan merupakan prinsip-prinsip rohani bagi seluruh umat manusia.

"Hukum Taurat" dan "(kesepuluh) Perintah" harus bisa dibedakan ketika kita membaca kitab Perjanjian Baru. Rasul Paulus menyebut kedua hal itu sebagai dua hal yang sama sekali berbeda, tidak ada kesamaan satu sama lain. "Jadi Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus benar dan baik" (Rm 7:12). Hampir di dalam setiap kasus, kedua hal ini tidak pernah mempunyai arti yang sama.

CATATAN : Sepanjang abad ke tigabelas dari zaman Musa sampai Kristus, orang-orang Yahudi membuat komentar-komentar tambahan dan interpretasi-interpretasi yang rumit dari Hukum Taurat (Pentateuch). Orang-orang Yahudi itu menyebut kelima kitab Taurat Musa sebagai "tradisi yang disampaikan secara lisan".

Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi memperlakukan "tradisi yang disampaikan secara lisan", ini sebagai ikatan yang mengikat masyarakat seperti Kitab Suci. (Untuk komentar lebih jauh bisa dilihat pada bagian antara Perjanjian Lama dan Baru).

Yesus menolak otoritas tradisi/adat istiadat orang-orang Yahudi, bila tradisi itu bertentangan dengan perintah-perintah atau yang lebih jelas adalah "kitab Taurat Musa".

Yesus berkata pada orang-orang Yahudi, "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Dengan demikian Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu (Mrk 7:8,9,13).

3. Kesulitan-Kesulitan Dalam Memahami Jawaban Rasul Paulus.

Rasul Petrus sudah mengingatkan tentang kesulitan yang akan dihadapi dalam memahami surat-surat yang ditulis Paulus : "... seperti juga Paulus, saudara kita ... telah menulis kepadamu ... ada hal-hal yang sukar dipahami ..." (2 Ptr 3:15,16).

Tujuan surat-surat Rasul Paulus bagi jemaat di Roma, Galatia, Ibrani sebenarnya dimaksudkan untuk menjawab suatu pertanyaan sulit yang dikemukakan oleh Ayub 4000 tahun yang lalu. ... masakan manusia benar dihadapan Allah?" (Ayb 9:2).

Sekarang kita akan menjelaskan jawaban Rasul Paulus. Untuk memahami surat-surat Rasul Paulus, anda harus melihat definisi-definisi di bawah ini terlebih dahulu.

a. Bagaimana Seorang Berdosa Dapat Dibenarkan? Orang-orang Yahudi menjunjung tinggi Abraham sebagai nenek moyang besar bangsa Yahudi. Karena ketaatan Abraham yang penuh iman, terhadap suara Tuhan, Iskak, anak perjanjian itu dapat dilahirkan. Dari Iskak lahir Yakub (namanya diganti menjadi Israel - Kej 32:28). Dari Israel lahir 12 anak yang keturunannya menjadi keduabelas suku Israel.

Rasul Paulus mengajukan suatu pertanyaan: Bagaimana Abraham Dapat Dibenarkan?

1. Bukan Karena Perbuatannya Baiknya Sendiri, Tetapi Karena Iman Percayanya Pada Allah.

"Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, Bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah ... Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci (Perjanjian Lama - Kej 15:6)?"

Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Rm 4:1-3 NIV).

Rasul Paulus memperjelasnya, yaitu : "Pada waktu itu Ia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya ..." (Tit 3:5).

Jadi kita dibenarkan bukan karena perbuatan baik kita tetapi oleh apa yang telah Kristus perbuat di atas kayu salib. Seperti domba paskah di Mesir, Dia memberikan darahNya untuk menyediakan penutup bagi dosa kita. "... kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah".

2. Bukan Melalui Penyunatan. Abraham dibenarkan bukan melalui penyunatan, meskipun ia sendiri sudah disunat.

" ... kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.

Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan Iman yang ditunjukkannya sebelum ia bersunat"(Rm 4:9-11 NIV).

Penyunatan (sama seperti baptisan bagi orang percaya) bukanlah suatu alasan bagi Abraham untuk dibenarkan, hal itu hanyalah merupakan tanda lahiriah (bukti) dari iman Abraham, sebab oleh imannyalah Abraham dibenarkan (sebelum ia disunat).

3. Bukan Dengan Mentaati "Hukum Taurat". Abraham dibenarkan bukan karena ia mentaati "hukum Taurat". Sangat mustahil bagi Abraham dibenarkan karena mentaati hukum Taurat dan perintah-perintah Allah karena kedua hal itu baru muncul 430 tahun setelah zaman Abraham.

"... janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tigapuluh tahun kemudian, sehingga janji itu kehilangan kekuatannya" (Gal 3:17 niv).

"Sebab tidak seorangpun dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat ..." (Rm 3:20)

"Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rm 3:28)

"Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang percaya" (Rm 10:4 NIV).

"Kami (orang Yahudi) tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... sebab tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat" (Gal 2:16)

"Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena orang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11).

4. Hanya Oleh Iman. Rasul Paulus sudah membuat hal ini menjadi jelas - kita tidak dapat mempercayai Kitab Suci mengenai pembenaran oleh iman, sekaligus menjadi orang tidak percaya, tersesat, dan tanpa pengharapan.

"Tetapi bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman ..." (Rm 9:31,32 niv).

Rasul Paulus menjelaskan tujuan dari hukum Taurat.

Tujuannya bukan membuat manusia menjadi suci; tujuannya adalah untuk mengajar mereka melihat betapa tidak sucinya mereka.

"... justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rm 3:20). "... justru oleh hukum Taurat aku mengenal dosa ..." (Rm 7:7 niv).

Hukum Taurat akan membuat umat manusia sadar bahwa mereka membutuhkan seseorang untuk menyelamatkan mereka, sehingga mereka lalu menjadi percaya pada Kristus sebagai Sang Penyelamat.

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam kitab Taurat ditujukan kepada mereka ... dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah" (Rm 3:19). "Jadi, hukum Taurat adalah penuntun (yang berwenang) bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan oleh iman" (Gal 3:24 NIV).

Membenarkan diri di hadapan Allah berdasarkan hukum Taurat disebut "hidup diluar kasih karunia". "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat, kamu hidup di luar kasih karunia" (Gal 5:4).

Mari kita menumpuk dan meletakkan semua perbuatan baik dan dosa-dosa kita masing-masing pada tumpukkan tersendiri dan meninggalkan kedua tumpukan tersebut lalu lari pada salib Kristus, dimana pengampunan ditawarkan pada orang-orang yang merasa insaf. Hanya oleh iman di dalam darahNya (Rm 3:25) kita dibenarkan.

Bab 2
Jenis Iman Yang Benar

Pendahuluan

Sebagai seorang muda dalam gerakan pembaharuan, Martin Luther menolak adanya surat-surat Yakobus dan memikirkan hendak meniadakannya dari Alkitab.

Dikemudian hari dalam hidupnya, Luther mengubah pendiriannya. Sebab dia melihat kehidupan pengikut-pengikutnya yang penuh dengan kejahatan. Mereka mengaku dibenarkan oleh iman, tetapi gaya hidup mereka tidak membuktikan bahwa mereka memiliki jenis iman yang benar.

Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka menyangkal Allah. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik. (Tit 1:16).

Pengikut-pengikut Luther jatuh ke dalam kesalahan yang telah diperingatkan oleh Rasul Paulus sebelumnya. Setelah meneguhkan dasar-dasar pembenaran secara jelas, Rasul Paulus memperingatkan orang-orang percaya agar tidak salah mengartikan dan menerapkan wahyu yang diterimanya.

"Jika demikian, apakah yang hendak kita kerjakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!

"... kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh Baptisan dalam air ... kita akan hidup dalam hidup yang baru.

"... kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa ... hendaknya kamu memandangnya, bahwa kamu telah mati bagi dosa ... .

"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah hukum kasih karunia" (Rm 6:1-14 niv).

A. PAULUS VS YAKOBUS = TIDAK ADA PERTENTANGAN

Alkitab dalam bahasa Inggris tidak menterjemahkan kitab Yakobus secara jelas. Akibatnya, banyak orang berpikir bahwa Yakobus bertentangan dengan Paulus. Tidak akan ada pertentangan antara Yakobus dan Paulus bila kitab Yakobus dimengerti secara benar.

Kenyataannya, Yakobus telah menjelaskan dengan jelas sekali bahwa usaha untuk dibenarkan oleh Kitab Taurat adalah usaha yang tidak berpengharapan. "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya" (Yak 2:10).

Pernahkah ada seseorang (kecuali Yesus) yang hidup tanpa satu dosapun? Pertimbangkanlah pernyataan Yakobus ini : SATU perlawanan saja terhadap perintah-perintah, maka hal itu akan sama parahnya seperti menghancurkan semua perintah-perintah secara berkali-kali.

Satu kali berbohong membuatku menjadi pembohong, satu dosa membuatku berdosa, di bawah hukuman maut. "Sebab upah dosa adalah maut ..." (Rm 6:23). "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati ..." (Yeh 18:20).

Maka, bila kita berpikir kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri dengan hukum Taurat/sunat ataupun perbuatan baik, itu adalah pikiran yang sia-sia. Kita membutuhkan seorang Juruselamat (seseorang yang dapat menyelamatkan kita karena kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri).

Puji Tuhan! Dia sudah menyediakan hal itu bagiku di dalam AnakNya, Yesus! Juruselamatku.

B. APAKAH IMAN YANG MENYELAMATKAN ITU?

"Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (Yak 2:14 kjv). Terjemahan ini kurang tepat, seharusnya "... apakah iman semacam itu dapat menyelamatkan dia?"

Dalam hal ini kita tidak mempertanyakan, kita diselamatkan dengan iman atau oleh perbuatan baik kita. Tetapi cenderung pada jenis iman apakah yang dapat menyelamatkan? Jenis iman yang menyelamatkan bukanlah suatu persetujuan/kecocokan antara pengetahuan dengan fakta-fakta Alkitabiah mengenai Tuhan.

"Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar" (Yak 2:19).

1. Iman Yang Menyelamatkan Ialah Bertindak Dan Taat.

Yakobus menunjukkan bahwa iblis mempercayai fakta-fakta mengenai Allah, tetapi sebagai reaksinya, mereka tidak mentaati apa yang dikatakan Tuhan. Iman akan selalu BERTINDAK dan TAAT.

Jenis iman yang membenarkan dan menyelamatkan kita dari dosa adalah iman yang menghasilkan ketaatan yang indah pada perintah-perintah Allah. "Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan/tindakan ketaatan adalah iman yang kosong?" (Yak 2:20).

Iman adalah "tindakan-tindakan mentaati sebagai reaksi terhadap apa yang telah dikatakan Tuhan".

a. Iman Yang Menyelamatkan Diilustrasikan. Seperti halnya kaisar Jepang, kaisar-kaisar Romawi pada zaman Perjanjian Baru menyatakan dirinya sebagai tuhan, yang harus disembah.

Kata "kurios" dalam bahasa Yunani (diterjemahkan sebagai `Tuhan' didalam Alkitab kita) dipergunakan dalam hukum Romawi. `Kurios' hanya dipergunakan untuk sang Kaisar saja.

Bagi orang Romawi Kaisar adalah "Tuhan".

Menggunakan kata ini untuk hal-hal yang lain akan mengakibatkan hukuman mati bagi pelanggarnya.

Paulus menulis suratnya pada orang-orang percaya di Roma (Ibukota dimana Kaisar bertahta) ...

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa `Yesus' adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm 10:9, 10).

Ada dua kebenaran yang berkuasa mengenai jenis iman yang menyelamatkan, diajarkan oleh Paulus :

1) Iman Adalah Hidup Atau Mati Bagi Yesus. Iman yang menyelamatkan adalah jenis iman yang membuat saudara rela hidup atau mati bagi Yesus. Mengakui dengan mulut anda, `Yesus itu Tuhan', di depan banyak saksi, berarti menaruh hidup anda di dalam resiko yang besar. Bila saudara diadukan pada penguasa-penguasa Romawi oleh saksi-saksi tersebut, anda dapat dihukum mati.

2) Iman Seperti Ini Taat Pada Yesus. Iman yang menyelamatkan lebih mengarah pada hati manusia daripada pikiran yang ada di dalam kepala manusia. "karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan ..." (Rm 10:10).

"Sebab karena kasih karunia (pemberian yang diberikan untuk kita yang tidak layak kita terima) kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu; tetapi oleh kasih karunia dan iman adalah pemberian Allah" (Ef 2:8,9).

Roma 16:26 berbicara tentang "... ketaatan iman". Jenis iman yang tidak menghasilkan tindakan ketaatan terhadap apa yang sudah dikatakan Tuhan, BUKANlah jenis iman yang menyelamatkan dan membenarkan.

Pertanyaan Yakobus yang benar-benar ditekankan mengenai : "Dapatkah jenis iman yang tidak ada tindakan ketaatan dapat menyelamatkan?" Selalu menghasilkan jawaban TIDAK !

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya" (Ef 2:10).

Masih berhubungan dengan hal di atas, dapatkah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, bersunat, hukum Taurat dan perintah-perintah, membawa pada keselamatan? TIDAK! Hanya oleh kasih karunia dan kemurahan Tuhanlah kita diperbolehkan memiliki pengharapan akan keselamatan. Melalui percaya dengan sepenuh hati kita (seperti Abraham pada waktu yang lalu), iman kita diperhitungkan sebagai kebenaran.

2. Iman Yang Menyelamatkan Adalah Pemberian Allah.

"Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran ..." (Yes 61:10). Ini adalah jubah dan penutup yang Dia berikan cuma-cuma pada kita sebagai suatu "pemberian" yang memungkinkan kita dapat berdiri di hadapan Tuhan seperti tidak pernah berbuat dosa, dibenarkan".

"... itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah ..." (Ef 2:8,9).

Terpisah dari tindakan-tindakan penyelamatan Tuhan yang ditujukan bagi kita, " ... kami sekalian seperti seorang najis, dan segala kesalehan kami seperti kain kotor ... dan ... kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin" (Yes 64:6).

Yesaya membuat hal ini menjadi jelas, bahwa dengan usaha kita sendiri meskipun itu secara rohani hanya akan menghasilkan "Kain kotor" (arti dalam bhs. Ibrani) yang mana bila disentuh akan mengakibatkan secara harafiah membuat seseorang najis dan tidak layak untuk menghadap Tuhan.

"Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan, ... darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya menjadi najis ..." (Im 15:19).

Catatan : bahwa wanita semacam ini dapat menjamah Yesus dan disembuhkan, dan diterima dengan penuh kasih, menunjukkan kelebihan Perjanjian Baru atas Perjanjian Lama (Luk 8:43-48 dan Ibr 7:22; 8:6; 12:24).

Sangat kita hargai salib Kristus dan pekerjaanNya. Ia telah menggenapkan keselamatan bagi kita di saat kita sedang berusaha untuk menyelamatkan diri kita sendiri, atau mencampuri karya penyelamatanNya dengan usaha perbuatan baik kita.

"Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaanNya" (Ibr 4:10).

Di dalam Perjanjian Lama, Rut diajar bagaimana mendobrak kemiskinan dan statusnya sebagai seorang janda, lalu menikah dengan "Tuan masa tuai" yaitu Boas.

"Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya :"Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia? Maka sekarang, bukankah Boas ... adalah sanak kita? ... maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu ...

Jika ia membaringkan diri tidur, ... datanglah dekat ... berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kau lakukan" (Rut 3:1-4).

Satu-satunya hal yang harus diperbuat Rut adalah menyiapkan dirinya sendiri untuk suatu hubungan dan pergi menghadap Boas lalu berbaring (istirahat). Boas kemudian melaksanakan semua kepentingannya - Dengan ini Rut diselamatkan dari status jandanya, kelaparan dan kekurangannya.

Demikian juga halnya dengan kita, kita dipanggil untuk beristirahat - selagi Tuan masa tuai itu, yaitu YESUS membereskan keselamatan kita sampai hal paling kecil sekalipun.

Biarlah Yesus menyelesaikan pekerjaanNya yang telah dimulai dalam diri kita. Hentikan usaha untuk menyelamatkan diri sendiri dengan segala perbuatan baik, maka kita akan menjadi orang Kristen yang berbahagia.

"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia yang telah mulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Flp 1:6).

Jika kita bergumul, untuk menyelamatkan diri kita sendiri, kita akan menjadi frustasi ketakutan dan selalu merasa terancam.

C. APAKAH YANG AKAN TERJADI BILA ORANG PERCAYA BERDOSA?

Beberapa orang mengajarkan bahwa bila anda berdosa setelah anda percaya pada Tuhan, anda akan terhilang sampai anda bertobat dan mendapat pengampunan.

Kitab Suci tidak mendukung hal semacam ini. Alkitab berkata, "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN" (Mzm 32:1,2).

Daud mengatakan hal yang sama ketika ia berbicara tentang keberkatan bagi orang yang dibenarkan Allah bukan karena perbuatan-perbuatan baiknya :

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya" (Rm 4:6-8 niv).

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ketika kita dibenarkan, dosa-dosa kita diampuni, dosa tidak lagi ditanggungkan atas kita. Dosa kita seluruhnya dibebankan pada Kristus, dan kebenaranNya dilimpahkan bagi kita.

1. Yesus Akan Melindungi Kita.

Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya bila orang percaya berbuat dosa? Rasul Yohanes mengajarkan kepada kita, "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu tidak akan lagi berbuat dosa/jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil - Ia (Yesus Kristus) adalah pendamaian untuk segala dosa kita ..." (1 Yoh 2:1,2 niv).

Rasul Yohanes tidak menganjurkan kita untuk berbuat dosa. Dia memohon kepada kita agar tidak berbuat dosa. Tetapi dia meyakinkan kita, meskipun kita berbuat dosa, Yesus akan selalu siap melindungi kita dari tuduhan-tuduhan yang dilancarkan setan. Dia sudah membayar harganya bagi dosa kita, sehingga tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya (Rm 8:1).

Terjemahan dari 1 Yohanes 3:6-9 di dalam Alkitab versi King James berbahasa Inggris cenderung mengarahkan beberapa orang untuk mempercayai bahwa orang yang percaya pada Yesus memiliki hidup tanpa dosa sama sekali.

Gagasan semacam ini bertentangan dengan 1 Yohanes 1:8-10 : "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita".

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan".

"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita."

1 Yohanes 3:5-9 diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan tepat oleh Dr. Williams: "Anda tahu bahwa Yesus datang supaya Dia dapat melenyapkan dosa-dosa kita. Di dalam Dia tidak ada dosa. Tidak ada seorangpun dari mereka yang tinggal di dalam Dia sengaja berbuat dosa. Setiap orang yang sengaja berbuat dosa belum melihat atau mengenal Dia... Tidak seorang pun yang dilahirkan baru dalam Tuhan, sengaja berbuat dosa..."

Masalahnya bukannya mengenai orang yang sempurna yang tidak pernah berbuat dosa. Bagaimanapun, hal yang pasti ialah bahwa Kristus datang "...untuk menyelamatkan umatNya dari dosa" (Mat 1:21) - sehingga, jika seseorang terus menerus sengaja berbuat dosa atau mempunyai kebiasaan atau juga kecanduan berbuat dosa, maka ia tidak memiliki jenis iman yang menyelamatkan.

2. Orang Percaya Yang Benar Tidak Ingin Berbuat Dosa.

Ini adalah masalah pengertian "manusia lama" kita dan "manusia baru" kita. Manusia lama kita, digambarkan seperti babi yang gemar berguling-guling di dalam becek dan lumpur. Manusia baru kita digambarkan sebagai domba, yang mana kalau domba ini terjatuh atau terpeleset di dalam lumpur, akan meronta sekuat-kuatnya untuk keluar dari lumpur, meskipun harus mengorbankan nyawanya.

"Yaitu bahwa kamu...harus meninggalkan manusia lama (alamiah) dan mengenakan manusia baru (alamiah), yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:22,24).

Orang percaya yang benar tidak ingin berbuat dosa atau "bergumul di dalam lumpur" dosa. Orang yang memiliki iman yang menyelamatkan tidak akan melakukan dosa yang sudah dipikirkan masak-masak terlebih dahulu.

Tetapi jika ada orang percaya yang tidak sengaja melakukan kesalahan, menyerahkan pada godaan atau jatuh kedalam dosa. Tuhan selalu ada di sana untuk melindungi orang yang percaya dari tuduhan-tuduhan dan penghukuman dari si iblis. Kuncinya adalah apakah orang percaya tersebut memiliki kerinduan untuk dibebaskan dari dosa atau tidak.

3. Orang Percaya Yang Benar Akan Didisiplin.

Jika ada seorang anak tidak mematuhi orang tuanya, persekutuan mereka akan hancur, bukannya hubungan mereka. Disiplin yang tepat adalah sesuatu yang bisa memulihkan ketaatan dan persekutuan anak tersebut dengan orang tuanya. Selama proses ini, hubungan mereka TIDAK terputus. Anak yang tidak taat adalah tetap anak dari orang tua tersebut.

Maka harus dicatat bahwa disiplin yang sangat keras dapat mengikuti perbuatan dosa yang berat.

"Karena Tuhan mengajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak..." (Ibr 12:6,7).

Jika anda dapat berbuat dosa tanpa dihukum, ini akan menjadi suatu pertanyaan, apakah anda orang percaya yang benar atau tidak.

"Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang" (Ibr 12:8 niv)

a. Dosa Daud Dan Penghakiman. Raja Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan yang sangat berat, yang diikuti oleh dosa pembunuhan yang sangat tidak berperi kemanusiaan (2 Sam 11). Hal ini mendatangkan rangkaian penghakiman yang menghantui Daud sepanjang sisa hidupnya.

Di antaranya penghakiman-penghakiman yang dialami Daud (penghukuman) yang ada di dalam 2 Samuel 12 adalah hal-hal di bawah ini:

1) Perang dan Kematian. Karena Daud sudah membunuh orang yang tidak bersalah (Uriah), pedang tidak akan dapat dipisahkan dari rumahnya. Perang dan kematian akan menjadi seperti wabah sepanjang sisa hidupnya.

2) Kematian Anak. Anak yang dilahirkan dari perzinahannya dengan Betsyeba akan mati.

3) Malapetaka Atas Keluarga Daud. Karena Daud telah melanggar kesucian pernikahan Uria, maka malapetaka akan datang ke atas dan dari dalam keluarganya sendiri. Istri dan anak-anak Daud akan terlibat dalam kejatuhan moral yang paling parah, termasuk perkosaan, menikah di antara keluarga dan perzinahan.

4) Anak Melawan Anak. Anak Daud yang bernama Absalom membunuh saudaranya dari lain ibu yaitu Amnan, karena memperkosa adik kandung Absalom yaitu Tamar.

5) Anak Melawan Ayah. Absalom hendak menggulingkan tahta Daud dan menggantikannya. Lalu Daud mendapat malu yang tak terhingga karena Absalom berhubungan sex dengan selir-selir Daud.

6) Dikutuk Oleh Bawahannya Sendiri. Daud dikutuk oleh para bawahannya karena ia melarikan diri dari Absalom.

7) Kematian Anak Yang Paling Dikasihinya. Anak Daud yang bernama Absalom pada akhirnya dibunuh oleh salah satu jenderal Daud yaitu Yoab.

8) Patah Hati. Hati Daud akan dihancurkan dan patah karena malapetaka yang menimpa diri dan keluarganya.

"Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjang pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: "Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah kalau aku mati menggantikan engkau. Absalom, anakku, anakku!"

"... raja menyelubungi mukanya, dan dengan suara nyaring merataplah raja "Anakku Absalom, Absalom anakku, anakku!" (2 Sam 18:33; 19:4).

Allah begitu mengasihi anak-anakNya sedemikian dalam sehingga Ia tidak akan membiarkan mereka berbuat dosa tanpa dihukum. Dia tidak akan memperingan/melepaskan kita dari rasa sakit sebagai konsekwensi dari dosa-dosa kita.

"... jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka" (Ams 13:15). "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermalukan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Gal 6:7).

Tetapi Allah tidak menghukum kita bersama dunia. "...kasih setiaNya untuk selama-lamanya, dan kesetianNya tetap turun temurun" (Mzm 100:5).

b. Tiga Tingkat Penghakiman. Ada 3 tingkatan penghakiman yang berhubungan dengan dosa-dosa yang diperbuat orang percaya. Pada setiap hukuman yang kemudian akan lebih berat daripada yang sebelumnya.

1) Menghakimi Diri Sendiri. "Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita." (1 Kor 11:31). Pada waktu seorang percaya berbuat kesalahan, Roh Kudus ada di sana untuk menegur dan membuat dia sadar bahwa ia harus membereskan kesalahan-kesalahannya. Bila dosa itu ditujukan pada sesama, ia harus meminta ampun atau mengganti rugi. Pada waktu ia telah melakukan hal itu, ia telah bebas.

2) Penghakiman Oleh Saudara Seiman. Kalau anda tidak berhasil menghakimi diri sendiri, Tuhan akan mengirimkan seorang saudara seiman kepada anda, seperti halnya Tuhan mengirim Natan kepada Daud, Daud menanggapinya dengan bertobat. Doa Daud meminta belas kasihan dan pemulihan tercatat didalam Mazmur 51. hal itu mengakhiri persoalan.

3) Penghakiman Oleh Orang-orang Yang Tidak Percaya Atau Oleh Setan. Jika kita gagal untuk menjawab campur tangan Tuhan ditingkat pertama atau kedua - penghakiman yang paling dahsyat akan mengikuti.

"Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan diantara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun diantara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya" (1 Kor 5:1).

Orang-orang Korintus tidak mau menghakimi atau mendisiplinkan orang yang tidak bertobat ini, yang telah melakukan dosa tersebut. Paulus memberikan perintah-perintah yang serius ini karena hal-hal yang telah dilakukan oleh jemaat di Korintus.

"Bilamana kita berkumpul dengan roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan" (1 Kor 5:4,5).

Dosa adalah persoalan yang sangat serius bagi orang percaya.

4) Penghiburan Bagi Orang Percaya. Orang percaya yang tidak mau berbuat dosa harus mengambil kekuatan dalam janji-janji yang ada dalam Roma 8.

"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"

"Ia yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"

"Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka?"

"Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi; yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang menjadi pembela bagi kita?"

"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau bahaya, atau pedang?" (Rm 8:31-35).

Semua kebenaran-kebenaran yang indah ini memberi kita jaminan dan harapan yang kuat. Ada kedamaian yang indah dalam Kristus. Allah ada di samping kita - berperang untuk keselamatan kita. Kristus dan Roh Kudus ikut serta dalam doa syafaat dan merupakan wakil yang sah atas nama kita. Untuk membuktikan keinginanNya yaitu agar kita diselamatkan, Allah memberikan AnakNya yang tunggal bagi kita. Semuanya ini memberi kita suatu rasa aman dan penghiburan.

"Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji akan keputusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang Allah yang tidak akan berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita."

"Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir" (Ibr 6:17-19 niv).

D. APAKAH MUNGKIN MENJADI TERHILANG SETELAH DIBENARKAN?

Banyak yang percaya pembenaran oleh kasih karunia lewat iman, mempercayai ajaran tentang "keselamatan yang kekal". Mereka menyimpulkan dari semua kebenaran-kebenaran yang indah yang disimpulkan di atas, bahwa mereka tidak mungkin akan terhilang.

Jika seseorang ingin tetap selamat dan aman saya tidak percaya bahwa ada suatu bahaya untuk menjadi terhilang. Allah telah berbuat terlalu banyak untuk membuat kita tetap aman dan selamat. Yesus menekankan hal ini. "... dan Aku memberikan hidup yang kekal pada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu".

"BapaKu yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (Yoh 10:28,29).

1. Peringatan-peringatan yang serius

Tapi kita memiliki peringatan-peringatan yang serius di Perjanjian Baru yang kita abaikan karena keinginan kita sendiri.

Teman saya seorang presbiterian (Protestan) (saya telah menyebutkannya pada permulaan bagian ini yaitu pada pedoman Pelatihan Para Pemimpin) percaya pada ajaran tentang keselamatan yang kekal. Tapi ia juga mengatakan bahwa ada beberapa ayat yang membuat dia bimbang, salah satunya adalah Roma 8:13 : "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati..."

Kata "mati" berasal dari akar yang sama dengan kata dalam bahasa Yunani yang digunakan untuk menggambarkan akhir dari orang-orang yang tidak percaya yang akan mengalami "kematian kedua" - suatu rujukan pada penghakiman kekal. "... sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yoh 8:24).

Suatu gaya hidup yang duniawi dapat membawa seseorang pada penipuan. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan `hari ini', supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa" (Ibr 3:13). Dosa dan kedagingan menghilangkan kesadaran dan menegarkan hati.

Karena penghakiman dan disiplin Allah tidak selalu datang dengan segera, orang-orang yang hidup dalam daging ditipu untuk berpikir bahwa tidak ada akibat yang timbul karena dosa. Ketidak percayaan mulai merangkak masuk. Ketidak percayaan ini dinyatakan melalui ketidaktaatan pada hukum-hukum/perintah-perintah Allah.

"Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia, mereka...durhaka (tidak taat)..." (Tit 1:16).

2. Ketidakpercayaan membawa kita pada bahaya

Lalu apa yang membuat seseorang yang pernah diselamatkan itu terhilang? Jawabannya adalah ketidak percayaan yang disebabkan oleh kedagingan dan dosa.

"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya..." (Ibr 11:6). Kembali menjadi tidak percayalah yang membawa seseorang dalam bahaya.

"Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barang siapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yoh 3:36).

Perkataan "percaya" berarti untuk mempercayai dan tetap (terus) percaya. Dalam bahasa Yunani digunakan untuk menerangkan keadaan waktu yang sedang berlangsung. Setelah menjadi percaya, seseorang harus terus percaya.

"Waspadalah, hai saudara-saudaraku, supaya di antara kamu jangan terdapat seseorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup..." (Ibr 3:12). Perhatikan bahwa peringatan-peringatan ini disampaikan pada "saudara-saudara". Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang diajak bicara adalah orang-orang percaya.

"Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dikatakan `hari ini' supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."

"Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:13,14).

Saya kira ayat di atas telah mengatakan dengan jelas dan sudah seharusnya menyelesaikan perdebatan tersebut. Jika kita terus percaya, kita aman. Jika karena ketidak percayaan (hasil dari dosa dan ketidaktaatan) kita terpisah dari Allah yang hidup, saya percaya bahwa kita dalam bahaya.

3. Dapatkah orang-orang percaya berbalik menjadi tidak percaya?

Saya bertanya kepada teman saya yang Presbitarian tadi dengan pertanyaan ini: "Jika engkau mengenal seseorang yang telah menjadi percaya tapi sekarang katakanlah bahwa mereka menjadi orang tidak percaya, apakah ada harapan untuk selamat bagi mereka?"

Dia kemudian berpikir untuk sementara waktu, kemudian menjawab dengan tenang: "Saya tidak akan pernah memberikan suatu harapan keselamatan pada siapapun yang berkata bahwa dia tidak percaya. Tapi saya tidak percaya bahwa ada kemungkinan bagi mereka yang sudah benar-benar percaya, menjadi tidak percaya lalu kemudian terhilang".

Pembicaraan ini berhenti sampai di sini.

Saya percaya bahwa memang ada kemungkinan bahwa seseorang berbalik pada ketidakpercayaannya dan terhilang, bahkan setelah ia menjadi orang yang percaya.

Teman saya tadi tidak mempercayai hal ini. Ini bukanlah masalah "kerja lawan iman", ini adalah masalah percaya (dimana denganNya kita diselamatkan) atau tidak percaya (dimana kita dapat terhilang), mengapa Allah memperingatkan kita tentang hal ini, jika memang ini tidak mungkin terjadi?

a. Umat Ibrani Yang Percaya Yang Kemudian Murtad. Dikatakan bahwa banyak orang-orang Ibrani yang beriman pada abad-abad pertama, berbalik dari Kristus, setelah percaya kepadaNya. Ada tekanan yang hebat dan aniaya atas orang-orang Yahudi Kristen saat itu.

Mereka mengalami diskriminasi dalam pekerjaan. Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan. Mereka didiskriminasi dalam pendidikan. Anak-anak mereka tidak diijinkan masuk sekolah. Mereka kadang-kadang tidak diperkenankan berbelanja dalam perdagangan setempat.

Supaya diterima kembali ke dalam masyarakat Yahudi, dikatakan bahwa orang-orang Kristen Yahudi tersebut harus menggambar tanda salib di tanah, menuangkan darah atasnya dan kemudian menginjaknya dengan kaki mereka. Ini menggambarkan bahwa mereka menolak darah dan salib Kristus.

Untuk hal yang demikian, kitab Ibrani menulis: "Karena itu kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut terbawa arus."

"Sebab kalau firman dikatakan dengan perantara malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidak taatan mendapat balasan yang setimpal;"

"bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang besar itu..." (Ibr 2:1,3).

"Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi."

"Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?" (Ibr 10:28,29).

Ini adalah kata-kata peringatan yang tegas!

"Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan" (Ibr 6:9).

"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."

"Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa" (1 Ptr 4:7,8).

Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
keselamatan_kekal.htm58 KB

Komentar