Dibentuk dari Bawah

Ditulis oleh: N. Risanti

Tahukah Anda bahwa Abraham Lincoln, Presiden Amerika paling inspiratif dan sangat dihormati dalam sejarah, adalah orang yang berkali-kali mengalami kegagalan dalam hidupnya?

Ia menjalani kehidupan yang keras semenjak kecil, tidak terlalu cemerlang dalam hal pendidikan, empat kali gagal menjadi anggota kongres, mengalami kehidupan perkawinan yang tidak bahagia, dua kali gagal sebagai anggota senat, mengalami kekalahan dalam nominasi wakil presiden, dan dibenci oleh banyak orang akibat kesalahpahaman, rentetan kritik, dan rumor yang buruk. Jika pada akhirnya ia menjadi presiden dalam usia ke-51, tidak banyak orang yang tahu bahwa sebelumnya ia harus mengalami serangkaian proses dan peristiwa dalam hidup yang sungguh keras dan menyakitkan. Lalu, lihat juga kisah Yusuf, Musa, Saul, Daud, Petrus, dan Paulus. Mereka semua juga adalah orang-orang yang memiliki cerita kelam dalam masa lalunya. Perhatikan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang melangkah di jalan yang mulus, rata, dan landai sebelum menjadi seorang pemimpin.

Hampir selalu seperti itu. Seorang pemimpin besar tidak terlahir begitu saja. Mereka diproses melalui benturan, pukulan, kejatuhan, rasa sakit, pengkhianatan, bahkan tikaman dari orang-orang terdekat. Mereka merangkak dari bawah, dari posisi yang tak pernah dilirik atau mendapat perhatian dari banyak orang, dan yang sering kali kita remehkan. Yang kemudian membedakan mereka dari kebanyakan orang lainnya adalah mereka belajar, bertahan, dan kemudian menjadikan masa-masa paling menyakitkan dalam kehidupan mereka sebagai proses yang mendewasakan dan menguatkan mereka. Barulah setelah mengetahui kisah hidup mereka, kita akan melihat kebenaran dan kedalaman di balik kata-kata Paulus, "... kita tahu bahwa penderitaan ini menghasilkan ketekunan, ketekunan menghasilkan karakter yang tahan uji, dan karakter yang tahan uji menghasilkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan" (Roma 5:3-5, AYT). Lalu, kita menjadi sadar bahwa penderitaan sesungguhnya menjadi anugerah Allah yang besar karena itulah yang menghasilkan pertumbuhan dan kebesaran dalam diri seorang pemimpin.

Seperti Daud yang berkata, "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu," (Mazmur 119:71), kiranya kita juga dapat belajar rendah hati saat mengalami proses pembentukan dari Tuhan sambil terus memandang kepada Kristus yang menjadi guru terbesar dan Tuhan kita. Dialah yang akan memampukan kita untuk bertahan menjalani proses demi proses sampai pada akhirnya kita akan bertumbuh matang sebagai seorang pemimpin.

Sumber bacaan:
  1. Swindoll, Charles R. 2015. "The Dark Side of Greatness". Dalam
    http://www.christianity.com/devotionals/todays-insight-chuck-swindoll/the-dark-side-of-greatness-today-s-insight-december-1-2015.html
  2. "Mazmur 119:71". Dalam http://alkitab.sabda.org/?mazmur+119:71
  3. "Roma 5:3-5". Dalam http://alkitab.sabda.org/?Roma+5:3-5&version=ayt
Jenis Bahan Indo Lead: 
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar