Antusias Untuk Tuhan

Di mana kita mendapatkan energi yang diperlukan untuk menjadi pemimpin dalam dunia kita yang rumit ini? Sumber apa yang bisa kita dapatkan untuk menolong kita mempertahankan integritas yang diperlukan untuk bertahan dalam tantangan kita untuk menjadi teladan? Dan sumber apa yang akan menolong kita untuk bertahan (dan tidak kehabisan tenaga pada usia muda)?

Sumber pertama yang tersedia bagi pemimpin muda adalah antusiasme. Kata antusiasme yang dalam bahasa Inggris adalah "enthusiasm" diambil dari kata "en", yang berarti "dalam", dan "theos" yang berarti "Tuhan". Kata ini berarti "penuh akan Tuhan".

Walaupun kata antusiasme tidak pernah muncul dalam Alkitab, gagasan "penuh akan Tuhan" ada di seluruh Alkitab. Mereka yang memberikan seluruh energi mereka dalam melayani Tuhan diteguhkan, sementara yang suam-suam kuku ditolak. "Menyala-nyala" bagi Tuhan lebih baik daripada "suam-suam kuku" (Wahyu 3:15-16).

Paulus menulis kepada Timotius dan mendesaknya beberapa kali untuk menjadi penuh akan kuasa Tuhan dalam pelayanannya sebagai pemimpin gereja.

- 2 Tim. 1:7 -- Tuhan telah memberikan roh kuasa, kasih, dan disiplin diri untuk menguatkan Timotius dalam menghadapi tantangannya.

- 1 Tim. 1:18 -- Paulus mendesak Timotius untuk tetap kuat dalam memperjuangkan perjuangan yang baik.

- 1 Tim. 4:15-16 -- Lebih banyak perintah kepada Timotius agar dia rajin, tekun, dan memberikan diri seutuhnya pada masalah-masalah kepemimpinan.

- 2 Tim. 2:15 - Rajin mempelajari firman Tuhan.

Di hadapan penganiayaan (2 Tim. 3:12), Paulus menulis untuk mendorong rekannya yang lebih muda untuk mempertahankan kerajinan, bertekun, dan memikirkan Tuhan saja. Timotius tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya sendiri, Dia harus bersandar pada kekuatan Tuhan dalam dirinya. Dia tidak bisa hanya setengah hati, Dia harus berada di dalam Roh Kudus.

Antusiasme yang Dibutuhkan

Konsep alkitabiah tentang dipenuhi oleh Tuhan (atau dipenuhi oleh Roh Allah, Roh Kudus [Efesus 5:18]) tidak boleh dipandang rendah sebagai sekadar kehebohan singkat, seperti antusiasme saat menonton pertandingan bola di SMA. Antusiasme yang harus kita dapatkan bersumber dari mendedikasikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan tujuan-tujuan-Nya.

Pericles dan Demosthenes hidup pada era yang sama di Yunani. Keduanya adalah pembicara ulung, namun yang satu adalah orator, sementara yang lainnya motivator. Saat sang orator berbicara, orang akan mengagumi kemampuannya merangkai suatu kalimat atau memperdebatkan suatu pokok penting. Saat sang motivator berbicara, orang-orang bangkit mengikutinya. Antusiasme memampukan kita menjadi motivator.

Antusiasme untuk Mengenal Tuhan

Saya bertemu Gary di kampus Universitas Massachusetts. Dia baru saja menyerahkan hidupnya kepada Kristus, dan seorang teman meminta saya menemuinya untuk melihat bagaimana saya bisa mendorong pertumbuhannya.

Gary tidak memiliki latar belakang Kristen. Dia belum pernah ke gereja. Saat pertama kali bertemu dengannya, saya bisa melihat ketertarikannya dengan iman yang baru saja ia temukan, sekaligus kurangnya informasi spiritual dalam dirinya. Saya tahu dia harus mulai membaca Alkitab, jadi saya memberikannya Kitab Perjanjian Baru dan menyuruhnya membaca Injil Yohanes. Dua hari kemudian, dia menelepon saya (kami seharusnya tidak bertemu sampai 5 hari kemudian), "Apa yang bisa saya baca sekarang?" tanyanya. Saya menunjukkan Surat Roma.

Beberapa hari kemudian, dia selesai membaca Roma. Pada minggu pertama, dia sudah membaca semua injil yang lain. Pada minggu kedua, dia sudah menyelesaikan seluruh Perjanjian Baru. Saya merasakan diri saya tertarik pada Gary karena dia begitu kelaparan dalam keiginannya untuk mengenal Tuhan. Kelaparannya pada Tuhan menginspirasi saya. Gary telah menemukan relasi dengan Tuhan. Dan dia mengejarnya dengan seluruh kemampuannya. Dia begitu berambisi untuk mengenal dan menyenangkan Tuhan, seperti Paulus saat dia menulis: "Supaya kami berkenan kepada-Nya" (2 Kor. 5:9). Gary tidak ingin yang lain kecuali mengenal Tuhan, dan keinginan ini menguasai hatinya, energinya, dan waktunya. Dia berjuang, bahkan sebagai seorang Kristen muda, untuk menjadi seseorang yang fokus pada satu tujuan.

Saat kita berjalan dengan Tuhan, semangat kita kadang pudar dan gairah kita menguap. Mari kita berdoa seperti pemazmur agar kita bisa menjadi orang yang fokus pada satu tujuan: "Tunjukkanlah jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu." (Mzm. 86: 11)

Antusiasme Menghubungkan Firman Tuhan dengan Dunia

Tema dasar buku John Scott tentang khotbah, "Between Two Worlds", adalah bahwa khotbah yang baik itu membicarakan dunia Alkitab dan dunia modern. Pengkhotbah yang efektif berusaha dengan penuh semangat untuk mengaplikasikan kebenaran Injil pada budaya kontemporer.

Paulus memberikan contoh semangat ini dalam 1 Korintus 9:16-17 saat dia menggambarkan dorongannya untuk memberitakan Injil. Dia hidup dengan perasaan bahwa dia adalah seorang duta besar Kristus (2 Kor. 5:20) yang sungguh-sungguh ingin semua pendengarnya dibawa kepada Tuhan melalui Injil Yesus Kristus. Dia begitu bersemangat bahwa dunia akan mengerti Sang Firman.

Antusiasme untuk mengaplikasikan firman Tuhan pada dunia akan menular. Saat kita bersemangat menerapkan firman Tuhan pada zaman kita, orang Kristen lain akan mengikutinya. John White mengingatkan kita dalam "Excellence in Leadership" bahwa "orang tidak mengikuti program, tapi pemimpin yang menginspirasi mereka. Mereka bertindak saat sebuah visi menggerakkan mereka pada harapan akan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri, harapan mencapai sesuatu yang sebelumnya bahkan tidak berani mereka pikirkan".

Kepemimpinan berarti bersemangat mengaplikasikan firman Tuhan di dunia. Saat kita tumbuh dalam semangat yang terfokus pada Tuhan, kita akan menarik orang lain untuk mengikuti kita.

Antusiasme untuk Melihat Perubahan-Perubahan yang Tuhan Lakukan

Saat kita berdoa "datanglah kerajaan-Mu", kita meminta Tuhan untuk membawa perubahan dalam dunia. Saat kita hidup oleh kuasa Tuhan dan sungguh ingin melihat perubahan itu, kita mulai mengalami antusiasme yang alkitabiah.

Antusiasme "jadilah kehendak-Mu" bukanlah suatu cara pikir positif yang dengan lugu mengatakan "kalau kita pikir kita bisa, kita pasti bisa", seperti suatu mesin kecil yang menanjaki bukit hanya dengan menyenandungkan, "Saya bisa, saya bisa."

Antusiasme "jadilah kehendak-Mu" berarti bahwa kita tidak bisa melakukannya dengan kekuatan sendiri. Kita harus bersandar pada kekuatan Tuhan yang supernatural dan mengubahkan. Tapi bukan berarti kita melankolis dan tidak memiliki harapan. Tidak ada pemimpin besar yang pesimis. Dengan antusiasme "jadilah kehendak-Mu", kita dapat memandang dengan optimis secara benar setiap kesulitan, karena menyadari bahwa Tuhan dapat menggunakannya untuk kebaikan.

John Scott menyebut pemimpin dengan tipe antusias seperti ini dalam "Involvement": "Tidak banyak yang dapat terjadi tanpa mimpi. Dan agar sesuatu yang besar dapat terjadi, harus ada mimpi-mimpi yang besar. Di balik setiap pencapaian, ada seorang pemimpi dengan mimpi-mimpi yang besar."

Saat kita mencari Kerajaan Allah, kita dapat bersemangat untuk memimpikan mimpi-mimpi perubahan yang akan Dia lakukan melalui kepatuhan kita.

Antusias untuk Memercayai Tuhan bagi Karya-Nya dalam Orang Lain

Kami menganggap komitmen Bob kepada Kristus sebagai salah satu kejadian paling menarik dalam 3 tahun terakhir. Christie telah bersaksi kepada Bob, saudaranya, selama lebih dari 10 tahun. Tapi kami jarang melihat Bob kelaparan secara rohani. Dia tampak bahagia dengan hidupnya, dan dia menganggap komitmen kepada agama yang dangkal saja sudah cukup.

Kemudian Tuhan mulai menjawab doanya (Christie). Bob mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke gereja, membaca Alkitab, dan bertanya-tanya tentang iman. Christie menghabiskan waktu berjam-jam bicara di telepon dengannya, menolongnya memahami komitmen pribadi kepada Yesus Kristus.

Akhirnya, setelah suatu diskusi maraton, Christie bertanya pada Bob, "Apakah semua ini masuk akal bagimu?" "Ya," jawabnya. "Apakah kau mau menerima Kristus sekarang?" tanya Christie. "Ya, mau," jawab Bob. Dan Christie membimbingnya berdoa menyerahkan hidup kepada Kristus. Doanya selama bertahun-tahun dijawab! Tuhan telah melakukan pekerjaan terbesar dalam hidup Bob. Kami sulit memercayainya, tapi Tuhan telah melakukannya.

Rasul Paulus menjalani hidup yang penuh antusiasme akan apa yang dapat Tuhan lakukan dalam hidup orang lain. Dia berkata pada jemaat di Kolose bahwa dia ingin melihat mereka utuh dalam Kristus (Kol. 1:28), dan dia menguatkan orang-orang Filipi bahwa Tuhan akan menyelesaikan pekerjaan baik yang telah Dia mulai dalam mereka (Fil. 1:6). Murid Paulus, Timotius, menerima banyak semangat darinya, yang dengan antusias melihat bagaimana Timotius bisa menjadi utusan Tuhan (lihat 1 Tim. 6:11-21). Paulus menunjukkan semangat yang besar akan apa yang dapat Tuhan lakukan dalam hidup orang-orang.

Apa yang Bukan Antusiasme

Antusiasme, menurut definisi "penuh akan Tuhan", tidak hanya untuk pemimpin muda saja, tapi energi muda memampukan kita mendapatkan antusiasme yang paling puncak.

Bagaimanapun juga, kita harus menyadari beberapa penggunaan semangat yang salah dalam kepemimpinan.

Antusiasme Bukan Obsesi

Orang-orang Amerika yang gila kerja dapat menggunakan antusiasme sebagai alasan untuk tidak pernah beristirahat. Dalam kebudayaan kita yang berorientasi pada pencapaian, dorongan yang obsesif-kompulsif dapat benar-benar menjauhkan kita dari Tuhan.

Dalam bukunya, "The Tyrrany of Time", Robert Banks menelusuri beberapa obsesi budaya sehubungan dengan produktivitas sampai ke akar budaya Anglo-Saxon. Sebagai contoh, dia mengutarakan bahwa gerakan jam dalam bahasa Spanyol berarti "berjalan", sementara dalam bahasa Inggris berarti "berlari". Dia menunjukkan bagaimana perbedaan sederhana ini telah memengaruhi seluruh kebudayaan sehingga menjadi terobsesi pada iblis kesibukan. Banks menulis tentang aktivitas obsesif dalam budaya kita:

"Kegiatan itu sendiri, gerakan untuk kepentingan sendiri, telah mengambil alih pertanyaan yang lebih mendasar tentang siapa mereka dan tujuan mereka. Mereka yang terjebak dalam kesibukan hidup tidak memiliki waktu dan keheningan untuk memahami diri mereka sendiri maupun tujuan-tujuan mereka."

Pemimpin Kristen yang memiliki terlalu banyak tanggung jawab atau komitmen, tidak sedang menunjukkan antusiasme pada Tuhan dan kerajaan-Nya. Mereka hanya menunjukkan bahwa mereka terperangkap dalam arus hidup modern yang kompulsif, yang berujung pada apa yang oleh Paul Tournier disebut "kelelahan universal".

Antusiasme Bukan Kendali

Beberapa pemimpin mengklaim punya semangat besar untuk Tuhan dan menunjukkannya dengan mencoba mengendalikan hidup orang lain. Dalam kerinduannya yang salah untuk memimpin, para pemimpin ini memintal semangat dengan kecenderungan memanipulasi orang lain.

Suatu saat dalam perjalanan hidupnya, semangat Pendeta Frank terhadap Tuhan tercemari. Perjalanannya dengan Tuhan sebenarnya memberinya semangat dan kepercayaan diri yang menarik banyak orang. Pelayanannya berkembang, dan banyak orang datang padanya untuk mencari jawaban atas masalah mereka. Sayangnya, semangat Pendeta Frank pelan-pelan berubah menjadi keinginan untuk mengendalikan hidup orang-orang yang datang kepadanya. Dia marah kalau ada yang mempertanyakan perkataannya. Dia mengucilkan orang-orang yang tidak menerimanya sebagai utusan Tuhan. Semangatnya menjadi salah arah. Dia sekarang menjadi pendeta di suatu gereja kecil yang dia dirikan sendiri. Dan dia mencoba mengendalikan hidup 35 orang yang bersumpah setia kepadanya.

Antusiasme dan Komitmen

Soren Kierkegaard menulis bahwa "kemurnian hati adalah untuk menginginkan satu hal saja". Dari situlah antusiasme berakar -- untuk menghendaki satu hal saja, untuk menjadi seorang yang menunjukkan komitmen untuk mengenal Tuhan melebihi apa pun.

Antusiasme tidak dapat dipisahkan dari disiplin-disiplin lain, seperti belajar, doa, atau kepatuhan. Kita harus punya baik "panasnya" semangat dan "cahaya" Injil.

D. Martyn Lloyd-Jones mengisahkan sebuah kisah lucu tentang kombinasi komitmen tersebut dalam "Preaching and Preachers":

Ada seorang pengkhotbah tua yang saya kenal baik di Wales. Dia adalah orang yang pandai dan seorang teolog yang baik. Tapi sayangnya, dia cenderung sinis. Namun, dia adalah kritikus yang andal. Suatu ketika, dia menghadiri sinode pada sesi terakhir saat ada 2 orang sedang berkhotbah. Keduanya adalah profesor teologi. Setelah profesor pertama berkhotbah, penghotbah tua yang suka mengkritik itu menoleh ke orang di sebelahnya dan berkata, "Cahaya tanpa panas." Kemudian profesor kedua berkhotbah -- dia adalah seorang profesor yang sedikit lebih tua dan emosional. Ketika dia selesai, si pengkhotbah tua berkata lagi kepada orang di sebelahnya, "Panas tanpa cahaya." Dua kalimatnya benar.

Menemukan keseimbangan antara antusiasme dan komitmen kepada "cahaya" menunjukkan pentingnya berkomitmen untuk meluangkan waktu guna berpikir. Kita tidak boleh terlalu terbawa oleh antusiasme sehingga kita berjalan maju membabi buta dan tanpa pemikiran. "Semakin kurang kesempatan untuk berpikir," tulis Banks dalam bukunya, "The Tyrrany of Time", "semakin tidak mungkin kita membuat penilaian yang baik. Semakin kita tidak menilai dengan baik, semakin tidak baik keputusan kita."

Antusiasme untuk Tuhan juga berarti bahwa kita bersedia "mati setiap hari" untuk alasan Kerajaan Surga -- baik itu dalam pelayanan kepada orang miskin atau menemukan Yesus dalam hal-hal sederhana dalam hidup ini. Antusiasme bukan hanya emosi: ini adalah daya tahan yang keras kepala yang diperlukan untuk bertahan menghadapi rintangan, untuk bangkit saat jatuh, untuk bekerja keras mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Energi masa muda kita harus dipersembahkan kepada Yesus Kristus sehingga kita dipenuhi oleh kuasa-Nya. Energi kita bisa lenyap, tapi Dia dapat terus menguatkan kita. Sumber utama kita sebagai pemimpin muda adalah antusiasme yang kita dapatkan dengan dipenuhi oleh Roh Kudus. Jendral Dwight D. Eisenhower mengilustrasikan kepemimpinan yang antusias dengan meletakkan tali sepanjang 30 cm di atas meja di depannya. "Jika saya mendorong tali ini," katanya, "arahnya tidak jelas, karena ia bengkok sana bengkok sini. Tapi jika saya menariknya, tali ini pasti mengikuti saya ke mana pun saya pergi." Dia kemudian menyimpulkan pelajaran ini dengan menantang rekan-rekannya untuk menjadi pemimpin yang bersemangat yang akan menarik orang lain untuk mengikuti mereka.

Antusiasme -- gunakan dengan bijaksana, dan praktikkanlah. Banyak orang menunggu untuk mengikuti pria dan wanita muda yang antusias untuk Tuhan dan tujuan-tujuan-Nya. (t/Yenny)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar