Ambillah Handuk Itu

Yesus melaksanakan dua simbol kegiatan bagi para pengikut-Nya pada malam Ia dikhianati. Ini merupakan kesempatan terakhir untuk meyakinkan kelompok para pimpinan-Nya untuk mengerti misi-Nya. Ini kesempatan terakhir untuk melihat dapatkah mereka menyelesaikan misi-Nya setelah Dia tinggalkan. Pada malam Ia dikhianati, Yesus mengambil roti dan anggur dari makanan Paskah dan memperlihatkan diri-Nya sebagai pengorbanan terakhir untuk membasuh dosa-dosa dunia. Ia juga mengambil handuk dari seorang murid-Nya, baskom cucian, kemudian membasuh kaki murid-murid-Nya. Banyak orang Kristen mengenal kekuatan dan arti dari perbuatan pertama Yesus, tetapi apakah pesan yang terkandung dalam perbuatan-Nya yang kedua?

Lukas mengatakan pada kita bahwa setelah perjamuan Paskah, para pengikut Yesus mulai mendiskusikan siapakah yang terbesar di antara mereka (Luk. 22:24). Ini merupakan sebuah topik umum di antara para pengikut-Nya. Tetapi saya pikir kita harus mencermati kelengahan mereka. Bagaimanapun, mereka itu adalah manusia biasa! Manusia tampaknya selalu berdiskusi mengenai siapa yang menangkap ikan terbesar atau siapa yang mendapat transaksi terbesar. Pendeta dikatakan memiliki nama buruk dengan mengatakan pelayanan persekutuan mereka dihadiri sedikitnya 10 persen lebih banyak dari yang benar-benar hadir pada sebuah acara. Kita menghargai kelakuan ini, ketika kita memberi pekerjaan terpenting kepada mereka yang memiliki cerita-cerita terbesar.

Saya berpendapat bahwa para murid itu sekadar saling membagi cerita dengan cara yang sederhana mengenai bagaimana Tuhan telah bekerja melalui mereka. Meskipun demikian, mereka lupa bahwa Tuhanlah dan bukan mereka yang melakukan pekerjaan itu! Minggu terakhir di Yerusalem dilalui dengan kesulitan, tetapi mereka telah melihat bagaimana Yesus menyerang para pemimpin agama. Yesus juga membuat langkah besar dalam memenangkan manusia. Para pencari kerajaan berpikir bahwa lambang kemenangan adalah kebaikan. Sehingga mereka mulai mendiskusikan siapa yang akan duduk di sisi Yesus, ketika Dia masuk dalam Kerajaan-Nya. Yesus mengejutkan para pengikut-Nya ketika Ia meninggalkan meja-Nya (sementara mereka berdebat siapa yang akan duduk di sebelah-Nya) dan pindah ke tempat di mana para hamba sedang bekerja. Ia mengikat handuk di sekitar pinggang-Nya, mengisi air pada baskom dan mulai mencuci debu kaki para teman-Nya.

Prinsip kelima kita dari pelayanan kepemimpinan adalah berdasarkan pada pembasuhan kaki para murid yang dilakukan oleh Jesus: [Para pemimpin-pelayan mengambil handuk kehambaan Yesus untuk memenuhi kebutuhan orang lain.]

Dari kejadian ini, kita mengetahui bahwa handuk Yesus adalah simbol fisik dari pemimpin-pelayan. Perbuatan-Nya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rohani para pengikut-Nya memperlihatkan kepada kita apa yang dilakukan para pemimpin kepelayanan.

Membasuh kaki bukanlah pekerjaan Yesus, Dia adalah seorang guru dan pemimpin agama yang dikagumi. Tidak akan ada seorang pun mengkritik seorang pemimpin yang mendelegasikan pekerjaan kasar kepada anggota kelompok. Kita pikir, para pemimpin melaksanakan tugas besar. Anda membayar orang lain untuk melakukan tugas kecil. Sekali lagi kita menghadapi paradoks dari pelayanan kepemimpinan. Jika Anda diberikan tugas melayani visi dan misi kelompok itu, dan Anda bertanggung jawab untuk menyelesaikan misi itu, mengapa Anda "meninggalkan tugas itu" untuk melakukan hal yang tidak penting yaitu membasuh kaki? Yesus sebagai pemimpin membingungkan cara berpikir kita ketika Ia menjadi hamba. Mengapa Raja dari segala raja mau mengenakan handuk untuk membasuh kaki orang lain?

Meskipun demikian, ketika kita mempelajari bagaimana Yesus mengambil handuk kepelayanan, kita mencatat dua hal, pertama: Ia mendemonstrasikan bahwa para pemimpin kepelayanan memenuhi kepentingan kelompok dalam rangka melaksanakan misi itu. Para pengikut Yesus berkaki kotor dan tidak ada seorang pun yang mau membasuh kaki mereka. Kelompok itu mempunyai kebutuhan dan tidak ada seorang pun mau meninggalkan tempatnya untuk melakukan hal tersebut. Mereka terlalu sibuk saling membandingkan diri mereka sendiri dengan yang lainnya.

Cara berpikir seperti ini berdampak kepada bagaimana keluarga dan organisasi berfungsi. "Itu bukan tugas saya", adalah sikap yang mencegah terjadinya tolong menolong dan kerja sama kelompok. Dalam suatu keluarga, sikap seperti ini biasanya memperbudak seorang dari anggota keluarga itu untuk mencuci baju dan membersihkan rumah atau mengarah kepada perawatan semua anak. Dalam dunia usaha, sikap seperti itu akan membunuh rasa kerjasama. Pernahkah Anda mempunyai seorang staf yang membuat pernyataan sangat jelas tentang apa yang menjadi tugas dia dan apa yang bukan tugas dia? Apakah orang ini menolak untuk melakukan sesuatu pekerjaan lain selain daripada apa yang ada dalam deskripsi kerjanya? Ketika kata "ini bukan pekerjaan saya" ada di dalam benak seorang staf maka kerja sama tim pun menjadi goyah. Batas-batas tugas pekerjaan ditandai dan dipertahankan. Pertempuran terjadi atas siapa yang mengerjakan apa dan siapa yang mengerjakan lebih dari yang lain. Tetapi Yesus memperlihatkan kepada kita bahwa pemimpin dengan handuk bersedia untuk memenuhi kebutuhan apa saja tanpa memikirkan pekerjaan siapa itu.

Pelajaran kedua yang diberikan Yesus ketika Ia membasuh kaki murid- murid-Nya adalah bahwa kaki kotor bukanlah kebutuhan yang sebenarnya. Diskusi para murid-Nya mengenai keagungan mengungkapkan kebutuhan mereka yang sebenarnya -- untuk mengetahui siapa Yesus dan mengapa Ia telah datang. Perilaku mereka yang terus menerus memperlihatkan mentalitas untuk posisi di meja utama menunjukkan bahwa mereka belum benar-benar mengerti mengapa Yesus telah datang. Ia telah datang untuk melayani. Setiap pengikut-Nya pun akan menjadi hamba. Pada malam terakhir dengan para murid-Nya, Yesus sekali lagi menegaskan kembali kerajaan macam apa yang mereka ikuti -- dan apa yang perlu mereka lakukan untuk mengikuti jejak-Nya.

PARA PEMIMPIN menghidupkan visi dengan membuat semua tindakan dan perilaku mereka konsisten dengannya dan dengan menciptakan rasa penting dan mendesak, serta gairah untuk pencapaiannya. BURT NANUS, Visionary Leadership

DALAM MEMBASUH kaki para murid-Nya, Kristus memberikan contoh tentang cinta kasih, karena inilah ciri alami cinta kasih -- untuk melayani dan saling membantu satu sama lain. MARTIN LUTHER, Book of Jesus

KETIKA Yesus mengikat handuk pada pinggang-Nya, menuangkan air ke dalam sebuah baskom tembaga, dan membasuh kaki para murid-Nya, maka Revolusi Kamis Putih dimulai, dan ide baru tentang keagungan dalam Kerajaan Tuhan pun muncul. BRENNAN MANNING, Signature of Jesus

KARENA SALIB adalah tanda berserah, maka handuk adalah tanda pelayanan RICHARD J. FOSTER, Celebration of Discipline

Bahan ini diedit dari sumber: Judul Buku : Jesus on Leadership Judul Artikel: Ambillah Handuk itu Penulis : C. Gene Wilkes Penerbit : PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2005 Halaman : 180 - 183

File: 

Komentar