Pola Pendelegasian

POLA PENDELEGASIAN
(Bil. 11:10-17; Tit. 1:5)

Delegasi ialah proses penyerahan tanggung jawab dan wewenang kepada seseorang (Lay, Agus. 1985. "Managemen -- Explo. '85". Jakarta: LPMI Jakarta. Hlm. 25.).

Pola pendelegasian itu dapat kita lihat dengan jelas pada contoh kisah Musa di Bilangan 11:10-15. Seni pendelegasian itu menyangkut suatu tugas yang didelegasikan pada orang lain, yaitu seseorang yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.

Seorang pemimpin yang baik menyadari kesanggupan dan keterbatasannya serta menyadari pula akan kesanggupan orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, ia harus belajar melepaskan tugas-tugas tertentu kepada orang-orang yang ia pimpin agar ia tidak mengerjakan segala sesuatu sendiri, karena memang tak mungkin ia dapat melakukannya. Kegagalan kepemimpinan Musa dalam Bilangan 11 merupakan suatu kenyataan. Musa mengalami kesulitan dalam kepemimpinannya dan ia mengakui itu dengan kata-kata sebagai berikut, "Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini" (ayat 14 a). Jelas Musa tidak dapat memikul seluruh beban bangsa itu sendiri. Kedua, "terlalu berat bagiku" (14 b), kalimat itu pula yang dikemukakan sebelumnya oleh mertuanya. Ketiga, "sebaiknya Engkau membunuh aku saja" (15 a). Memang benar bahwa Musa adalah seorang pemimpin yang penuh dedikasi yang tak diragukan. Kendati demikian, kepemimpinannya lemah. Sesudah ia dikritik oleh Yitro, mertuanya, barulah Musa melangkah di dalam pendelegasiannya. Pendelegasian itu sekaligus membuktikan kematangan pribadinya. Pendelegasian itu memungkinkan seorang pemimpin dapat berbuat banyak hal untuk, kepada, dan melalui banyak orang.

Biasanya ada tiga motivasi dibalik orang yang tidak atau enggan mendelegasikan tugas-tugasnya kepada orang lain, yaitu sebagai berikut.

  1. Karena pemimpin itu terlalu percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik.
  2. Pemimpin itu tak percaya orang lain.
  3. Pemimpin takut orang lain yang lebih cakap daripada dirinya akan mengubah segala sesuatu yang telah ia bangun dengan susah payah.

Sebaliknya, sikap pendelegasian yang positif bertujuan untuk hal-hal di bawah ini.

  1. Untuk mendapatkan orang-orang lain yang cakap untuk melakukan tugas-tugas itu, baik dalam masa darurat atau di waktu-waktu yang akan datang.
  2. Dengan pendelegasian itu, banyak orang dilibatkan dalam tugas kepemimpinan sehingga mencegah kegagalan yang mungkin timbul.
  3. Dengan pendelegasian yang tepat, pekerjaan itu dapat dilaksanakan lebih banyak dan lebih baik. Tentu saja setiap pemimpin harus membuat perhitungan yang tepat tentang orang yang mendapat tugas pendelegasian itu.

Apa yang sungguh-sungguh harus diperhitungkan ialah kepribadian orang tersebut. Mutu dan karunia rohani, bakat, dan kesanggupannya. Lihat Keluaran 18:21, Kisah Rasul 6:3 dan 1Timotius 3:1-13. Pendelegasian itu harus dilakukan setahap demi setahap dan harus disertai pula dengan pengawasan dan laporan kembali.

Dalam contoh Musa, sesuai Bilangan 11, kita melihat bahwa ada pemimpin untuk seribu orang, ada pemimpin untuk seratus orang, ada pemimpin untuk lima puluh orang, dan ada pemimpin untuk sepuluh orang. Dalam contoh pendelegasian itu, kita bertemu dengan enam tingkat jalur tanggung jawab.

  1. Setiap pribadi dalam kelompok sepuluh orang, wajib bertanggung jawab pada pemimpin sepuluh orang.
  2. Pemimpin sepuluh orang wajib bertanggung jawab pada pemimpin lima puluh orang.
  3. Pemimpin lima puluh orang wajib bertanggung jawab pada pemimpin seratus orang.
  4. Pemimpin seratus orang wajib bertanggung jawab pada pemimpin seribu orang. Dan pemimpin seribu orang bertanggung jawab kepada Musa dan Musa bertanggung jawab langsung kepada Allah.

Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pendelegasian itu?

  1. Definisikanlah tugas-tugas yang harus didelegasikan.
  2. Definisikanlah dengan jelas batas-batas wewenang yang dilimpahkan kepada seseorang.
  3. Tentukanlah dengan jelas batas-batas wewenang yang dilimpahkan kepada seseorang.
  4. Jelaskan bagaimana, kapan, dan kepada siapa suatu tugas diserahi dan harus melaporkan kembali.
  5. Tentukanlah cara pengawasan.
  6. Pikirkanlah bagaimana orang itu harus disiapkan untuk tugas yang didelegasikan.
  7. Pendelegasian harus diikuti dengan kepercayaan bahwa saudara yang mendapat tugas itu dapat menyelesaikan tugasnya.
  8. Berikanlah penghargaan kepada mereka yang menyelesaikan tugas dengan baik karena penghargaan memberikan juga kesukaan, dan sekaligus adalah kunci keberhasilan dalam hal pendelegasian.

Sumber diambil dan diedit dari:

Judul buku : Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah
Judul bab : Faktor Penentu Maju-Mundurnya Kepemimpinan Rohani
Penerbit : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang; Gandum Mas, Malang 1986
Penulis : DR.P. Octavianus
Halaman : 19 - 23
Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
pola_pendelegasian.htm5.7 KB

Komentar