Komitmen yang Sepenuh Hati

KOMITMEN YANG SEPENUH HATI

Dirangkum oleh: Lanny Kusumawati

Michaelangelo dianggap sebagai seniman terbesar dan paling berpengaruh dalam peradaban Barat. Ia terlahir sebagai pemahat, bahkan sejak masih bayi, ia sudah mencintai alat-alat pahat. Mahakaryanya yang pertama, dihasilkan pada saat dia berusia 21 tahun. Dan sebelum berusia tiga puluh tahun, mahakaryanya, "Pieta" dan "David", hadir di tengah masyarakat.

Pada awal tahun 1930-an, Paus Julius II mengundangnya ke Roma untuk memahat makam Paus. Namun kemudian, Michaelangelo malah diminta untuk membuat lukisan selusin tokoh di atap kapel kecil di Vatikan. Semula permintaan Paus itu ditolaknya, tapi sang Paus terus memaksanya. Akhirnya, diterimanya juga tugas tersebut.

Meskipun enggan, Michaelangelo menindaklanjuti tugasnya dengan penuh komitmen. Ia memperluas proyek tersebut -- pelukisan sederhana dua belas murid Yesus menjadi pelukisan empat ratus tokoh dan sembilan adegan dari kitab Kejadian.

Harga yang harus dibayar Michaelangelo sungguh mahal. Setelah empat tahun penuh terbaring melukis atap dari Sistine Chapel, matanya menjadi rusak permanen dan tubuhnya menjadi renta. Namun, karyanya itu menjadi barometer yang memberi dampak luas -- mengubah sejarah seni lukis di Eropa dan memberi landasan bagi seni peran dan arsitektur.

Michaelangelo adalah orang yang berbakat dalam menciptakan potensi kebesaran, tapi pengaruhnya takkan sebesar ini tanpa komitmen. Komitmen terlihat jelas dari detil-detil mahakarya dan visinya yang luar biasa. Ia bersedia bekerja dengan sangat rajin di Sistine Chapel yang tak terlihat orang karena ia berprinsip: "Yang penting Allah akan melihatnya."

Belum pernah ada seorang pemimpin besar yang tidak memiliki komitmen. Ed McElroy dari USAir mengutarakan pentingnya komitmen, "Komitmen memberi kami kekuatan baru. Apa pun yang kami alami -- penyakit, kemiskinan, atau bencana -- kami tidak pernah mengalihkan pandangan dari apa yang menjadi sasaran kami.

Komitmen memiliki arti berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Bagi seorang tentara, komitmen bisa berarti melintasi bukit tanpa mengetahui ada apa di baliknya. Komitmen seorang petinju berarti bangkit kembali meski sudah dipukul roboh berulang kali. Dan bagi seorang pemimpin, komitmen berarti berbuat lebih karena semua orang tergantung kepadanya.

Komitmen itu wajib hukumnya bagi seorang pemimpin karena komitmen itu menarik dan menginspirasi orang lain. Ada beberapa hal tentang komitmen yang harus diketahui oleh seorang pemimpin.

  1. Komitmen biasanya ditemukan di tengah tantangan.

    Ketika tantangan dan masalah melanda, seseorang bisa mengetahui apakah ia berkomitmen atau tidak. Orang yang berkomitmen tidak akan mudah menyerah dalam keadaan sulit. Kesusahan mendorong komitmen dan komitmen mendorong kerja keras. Seperti yang dikatakan Vince Lombardi -- pelatih NFL yang namanya dicatat di Hall of Fame, "Semakin keras Anda bekerja, semakin sulit Anda menyerah." Semakin teguh komitmen yang Anda miliki, semakin kecil kemungkinan untuk Anda menyerah.

  2. Komitmen diuji oleh perbuatan.

    Tidak ada hal yang lebih mudah selain berkata-kata. Lidah kita bisa dengan mudahnya mengucapkan berbagai kata dan kalimat. Namun, tak ada hal yang lebih sulit selain mempraktikkan apa yang kita katakan setiap hari. Mengucapkan komitmen adalah suatu hal. Menjalankan komitmen adalah hal yang lain lagi. Perbuatan adalah ukuran sejati dari komitmen.

  3. Komitmen bersifat kekal jika didasarkan pada nilai.

    Terkadang, orang membuat komitmen hanya untuk sesaat. Mereka tidak lagi setia dalam menjalankan komitmen tersebut. Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setia dengan komitmen yang telah Anda tetapkan? Jawabannya terletak pada apa yang menjadi dasar komitmen itu. Bila komitmen didasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang mantap, Anda akan lebih mudah untuk mempertahankannya karena Anda tak perlu bertanya-tanya apakah komitmen yang Anda ambil itu penting atau tidak. Komitmen terhadap sesuatu yang kita percayai tentunya lebih mudah untuk kita jaga.

  4. Komitmen tidak tergantung pada bakat atau kemampuan.

    Saat melihat orang-orang sukses yang berbakat, kita mungkin berpikir bahwa mereka lebih mudah dalam menjalankan komitmennya -- karena ada bakat dalam diri mereka. Namun, pernahkah Anda menemukan orang-orang yang memiliki bakat besar, namun tak mau berbuat apa-apa dan menyia-nyiakan talenta yang telah Tuhan karuniakan? Pernah jugakah Anda melihat orang-orang yang tidak lebih berbakat dari Anda, namun lebih sukses daripada Anda karena memiliki komitmen kuat? Ini membuktikan bahwa komitmen tidak berkaitan dengan bakat. Kitalah yang sering kali menghubungkannya. Penulis Basil Walsh mengatakan, "Kita tidak membutuhkan kekuatan atau kemampuan lebih besar. Yang perlu kita gunakan adalah apa yang kita miliki." Jika kita mau berkomitmen untuk menggunakan talenta yang kita miliki, kita akan menemukan bahwa kita lebih berbakat.

  5. Komitmen timbul karena pilihan bukan kondisi.

    Komitmen adalah soal pilihan. Kita selalu mempunyai pilihan untuk mengambil komitmen atau tidak. Pilihanlah yang menentukan kondisi. Namun, terlalu banyak orang yang berpikir sebaliknya, kondisilah yang menentukan pilihan. Satu hal yang perlu kita catat, pilihan yang kita ambil itu akan memengaruhi sisa kehidupan kita. Pilihan yang tepat, akan membawa kondisi yang baik dan terkendali. Namun, pilihan yang salah bisa mengacaukan semuanya. Karena itu, pikirkanlah baik-baik sebelum Anda mengambil suatu komitmen.

  6. Komitmen membuka pintu menuju prestasi.

    Bagi seorang pemimpin, sudah menjadi hal yang wajar bila ia menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Dalam kondisi yang naik turun, seorang pemimpin harus mampu bertahan sampai akhir. Di sinilah komitmen memainkan perannya. Komitmen akan menjadi satu-satunya hal yang mendorong pemimpin itu untuk tetap maju. David McNally mengatakan, "Komitmen adalah musuh dari penolakan karena komitmen adalah janji yang serius untuk terus maju, untuk bangkit sesudah berapa kalipun Anda dipukul roboh." Untuk bisa mencapai sesuatu yang layak, Anda harus memiliki komitmen.

Berkaitan dengan komitmen, ada empat jenis manusia yang perlu kita ketahui.

  1. Pengecut, yaitu mereka yang tidak memiliki sasaran dan tidak berkomitmen.

  2. Peragu, yaitu orang yang tidak tahu apakah mereka mampu untuk mencapai sasaran, dan karena itu mereka takut untuk membuat komitmen.

  3. Penyerah, yaitu orang yang ingin mencapai sasaran, namun segera berhenti di tengah jalan ketika tantangan mulai menghadang.

  4. Pejuang yang mati-matian, yaitu mereka yang menetapkan sasaran yang ingin dicapai, berjuang, dan berusaha untuk mencapainya, dan juga rela membayar harga demi mencapainya.

Ingatlah bahwa tidak ada yang bisa menjadi juara bila sesuatu hanya dilakukan dengan setengah hati. Dengan memiliki komitmen, kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan di masa-masa sulit sampai akhir dan tidak mudah menyerah sehingga pada saatnya nanti, kita akan mencapai keberhasilan.

Dirangkum dari:

Maxwell, John C. 2001. "The 21 Indispensable Qualities of A Leader". Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin Saputra.
Maxwell, John C. 2003. "The 17 Essential Qualities of A Team Player". Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin Saputra.

File: 

Komentar