Hukum Kepercayaan

HUKUM KEPERCAYAAN

Orang Percaya Dulu Kepada Sang Pemimpin, Baru Visinya


Pada musim gugur 1997, saya dengan beberapa staf saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke India dan mengajar di konferensi kepemimpinan. India adalah negara yang menakjubkan, penuh kontradiksi. Negara ini indah dengan rakyat yang penuh kehangatan serta kemurahan hati, namun di saat yang sama jutaan warganya hidup dalam kemiskinan yang paling buruk. Disanalah saya teringat akan Hukum Kepercayaan.

Saya takkan pernah melupakan ketika pesawat kami mendarat di Delhi. Ketika ke luar dari bandara, saya merasa seolah-olah baru memasuki planet lain. Ada kerumunan orang banyak di mana-mana. Orang bersepeda, mengendarai mobil, menunggang unta, serta gajah. Orang di jalanan, ada yang tidur di tepi jalan. Hewan berkeliaran bebas, dimana pun mereka berada. Dan segalanya bergerak. Sementara kami menuju hotel kami, saya juga memperhatikan sesuatu yang lain. Spanduk. Ke mana-mana kami memandang, ada spanduk yang merayakan lima puluh tahun kemerdekaan India, dengan gambar seorang pria: Mahatma Gandhi.

Hari ini, orang menerima begitu saja jika dikatakan bahwa Gandhi itu pemimpun besar. Namun kisah kepemimpinannya dalam Hukum Kepercayaan. Mohandas K. Gandhi, yang disebut Mahatma (yang artinya "jiwa besar"), sekolah di London. Setelah menyelesaikan pendidikannya dalam hukum, ia pulang ke India lalu ke Afrika Selatan. Disana ia bekerja selama dua puluh tahun sebagai pengacara serata aktivitas politik. Dan dimasa itu ia berkembang menjadi seorang pemimpin, memperjuangkan hak-hak azasi warga India dan kaum minoritas lainnya yang ditindas serta didiskrimansikan oleh pemerintahan aparteid Afrika Selatan.

Ketika ia kembali ke India pada tahun 1914, Gandhi sudah sangat dikenal dan dihormati diantara orang-orang sebangsanya. Selama beberapa tahun kemudian, sementara ia memimpin protes dan pemogokan di seluruh penjuru negaranya, orang semakin menggantungkan diri kepada kepemimpinannya. Pada tahun 1920 - hanya enam tahun sejak ia kembali ke India - ia terpilih menjadi presiden dari All India Home Rule League.

Hal yang paling luar biasa tentang Gandhi bukanlah bahwa ia menjadi pemimpin mereka, melainkan bahwa ia mampu mengubah visi rakyatnya untuk mengadakan kemerdekaan. Sebelum ia memimpin mereka, rakyatnya menggunakan kekerasan untuk mencapai sasaran-sasaran mereka. Selama bertahun-tahun, kerusuhan menentang pemerintahan Inggris sudah biasa. Namun visi Gandhi untuk perubahan di India didasarkan pada ketidaktaatan sipil yang tanpa kekerasan. Ia pernah berkata, "Tanpa kekerasan merupakan kuasa terbesar yang dapat dipergunakan oleh umat manusia. Ini lebih besar dari pada senjata yang paling hebat yang dapat diciptakan manusia".

Gandhi menantang rakyatnya untuk menghadapi penindasan dengan ketidaktaatan serta sikap tidak kooperatif yang tanpa kekerasan. Bahkan ketika militer Inggris membantai lebih dari seribu orang di Amritsar pada tahun 1919 pun, Gandhi menghimbau rakyatnya untuk bertahan tanpa membalas. Menghimbau semua orang untuk mengikuti cara berpkirnya itu tidaklah mudah. Namun karena rakyatnya telah percaya kepadanya sebagai pemimpin mereka pun merangkul visinya. Dan kemudian mereka mengikutinya dengan setia. Ia minta mereka jangan melawan, dan akhirnya, mereka pun tidak melawan lagi. Ketika ia menghimbau semua orang untuk membakar pakaian-pakaian buatan luar negeri dan mulai mengenakan hanya pakaian buatan luar negeri, jutaan orang mulai melakukannya. Ketika ia memutuskan bahwa Barisan ke Laut untuk memprotes Undang-undang Garam akan dijadikan sebagai puncak ketidaktaatan sipil terhadap pemerintahan Inggris, para pemimpin bangsa tersebut mengikutinya menempuh jarak dua ratus mil menuju kota Dandi, di mana mereka ditahan oleh aparat pemerintahan.

Perjuangan mereka menuntut kemerdekaan berlangsung lamban dan menyakitkan, namun kepemimpinan Gandhi cukup kuat untuk memenuhi janji dari visinya, mereka dapat melaksanakannya. Begitulah cara kerja Hukum Kepercayaan. Sang pemimpin menemukan impiannya baru pengikutnya. Pengikut menemukan pemimpinnya baru impiannya.

JANGAN LETAKKAN KERETANYA DI DEPAN

Jika saya mengajar seminar kepemimpinan, saya menampung banyak pertanyaan tentang visi. Pasti ada saja seseorang yang menghampiri saya ketika rehat, menjelaskan visinya secara singkat, lalu bertanya kepada saya,"Apakah menurut Anda, orang-orang saya akan percaya kepada visi saya?" jawaban saya selalu sama: "sebelumnya, coba jawab dulu. Apakah orang-orang Anda percaya kepada Anda?"

Banyak orang yang terbalik pendekatannya dalam bidang visi dalam kepemimpinan. Mereka percaya bahwa jika tujuannya cukup baik, orang otomatis akan percaya dan mengikutinya. Namun bukan begitulah cara kerja kepemimpinan yang sesungguhnya. Orang takkan mengikuti tujuannya terlebih dulu. Mereka mengikuti pemimpin yang dapat dipercaya, yang melontarkan tujuan-tujuan yang layak. Orang akan percaya kepada sang pemimpinnya dulu, baru visi sang pemimpin. Dengan memahami hal ini, pendekatan Anda dalam memimpin akan berubah total.

Bagi orang yang mengikuti salah satu konferensi saya dan menanyakan apakah orang-orangnya akan mengikutinya, pertanyaannya menjadi, "Sudahkah saya berikan alasan-alasan kepada orang-orang saya untuk percaya kepada saya?" jika jawabannya ya, maka dengan senang hati mereka akan percaya kepada visinya. Namun jika ia belum membangun kredibilitas di antara orang-orangnya, percuma saja seberapa hebat pun visinya.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel dalam majalah Business Week yang memuat profil usahawan yang bermitra dengan investor dalam duania komputer. Silicon Valley di Californlia jelas-jelas penuh dengan orang yang bekerja di industri komputer selama beberapa lama lalu mulai mencoba mendirikan perusahaannya sendiri. Setiap harinya ratusan dari mereka dapat membuat gagasannya menjadi kenyataan. Banyak yang tidak sukses. Namun jika seorang usahawan sukses sekali saja, maka akan lumayan mudah baginya untuk mencari investor baru. Sering kali, para investor itu bahkan tidak peduli, apa visi sang usahawan. Jika mereka percaya kepada orangnya, maka otomatis mereka akan menerima semua gagasannya.

Umpamanya, usahawan perangkat lunak, Judy Estrim serta mitranya telah mendirikan dua perusahaan selama bertahun-tahun. Katanya, untuk perusahaannya yang pertama ia membutuhkan waktu enam bulan dan harus mengadakan presentasi yang tak terhitung banyaknya, walaupun gagasannya sangat baik dan ia percaya 100 persen. Namun pendirian perusahaannya yang kedua terjadi hampir dalam semalam. Ia hanya membutuhkan dua telepon yang berlangsung selama tiga menitan untuk mendapatkan dukungan dana sebesar $ 5 juta. Ketika kabar tersiar bahwa ia sedang memulai perusahaan yang kedua, orang malah mengejarnya untuk menyuntikkan modal. Katanya, "Banyak investor yang menelepon kami dan memohon agar kami menggunakan uang mereka". Mengapakah segalanya telah berubah sedemikian drastis baginya? Karena Hukum Kepercayaan. Orang telah percaya kepadanya, maka mereka siap mempercayai visi apa pun yang dilontarkannya, tanpa harus melihatnya.

ANDALAH PESANNYA

Setiap pesan yang orang terima disaring oleh pembawa pesannya. Jika Anda menganggap seorang pembawa pesan dapat dipercaya, maka Anda percaya bahwa pesannya ada nilainya. Itulah salah satu alasan mengapa para aktor dan atlet digunakan sebagai promotor produk-produk. Orang membeli sepatu Nike karena kualitas sepatunya. Demikianlah pulalah halnya dengan aktor yang mempromosikan suatu tujuan tertentu. Apakah para aktor yang digunakan itu tiba-tiba menjadi ahli dalam bidang yang mereka promosikan? Biasanya tidak. Namun itu tidak menjadi soal. Orang ingin mendengar Charlton Heston ketika ia berbicara bagi NRA, bukannya karena mereka percaya bahwa ia adalah ahli di bidang berburu atau senapan berburu, melainkan karena mereka percaya kepadanya sebagai individu dan karena ia punya kredibilitas sebagai aktor. Begitu orang percaya kepada seseorang, mereka akan bersedia memberikan kesempatan kepadanya untuk membuktikan visinya. Orang ingin mengikuti orang-orang dengan siapa mereka akur.

MASALAHNYA BUKANLAH INI ATAU ITU

Anda tak mungkin memisahkan pemimpin dari tujuan yang dipromosikannya. Masalahnya bukanlah ini atau itu. Keduanya selalu berjalan seiring. Pelajarilah tabel berikut ini, yang memperlihatkan bagaimana reaksi orang terhadap seorang pemimpin serta visinya dalam berbagai keadaan yang berbeda:

Pemimpin
+ Visi = Hasil
Jangan percaya
Jangan percaya
Percayalah
Percayalah
jangan percaya
percayalah
jangan percaya
percayalah
cari pemimpin lain
cari pemimpin lain
carilah visi lain
carilah visi yang lain

JIKA PARA PENGIKUT TIDAK SUKA PEMIMPINNYA ATAU VISINYA, MEREKA AKAN MENCARI PEMIMPIN LAIN

Mudahlah kita pahami reaksi orang jika suka kepada pemimpinnya atau visinya. Mereka takkan mengikutinya. Namun mereka juga akan melakukan sesuatu yang lain: mereka akan mulai mencari pemimpin lain. Dalam situasi ini tak ada yang menang.

JIKA PARA PENGIKUT TIDAK SUKA PEMIMPINNYA NAMUN SUKA VISINYA, MEREKA TETAP AKAN MENCARI PEMIMPIN LAIN

Anda mungkin heran dalam hal ini. Sekalipun orang menganggap suatu tujuan itu baik, namun jika mereka tidak suka pemimpinnya, mereka akan mencari pemimpin lain. Itulah alasannya mengapa para pelatih sering mengganti pemainnya tidak selalu percaya kepada pemimpin mereka. Dan jika mereka tidak percaya kepada pemimpin mereka, bagaimana? Para pemilik tim takkan memecat seluruh pemainnya. Mereka akan mengganti pemimpinnya dengan pemimpin baru yang mereka harap akan dipercaya para pemain.

JIKA PARA PENGIKUT SUKA KEPADA PEMIMPINNYA NAMUN TIDAK SUKA VISINYA, MEREKA UBAH VISINYA

Sekalipun orang tidak suka visi seorang pemimpin, jika mereka sudah percaya kepada sang pemimpin, mereka akan terus mengikutinya. Anda sering melihat respons ini dalam politik. Umpamanya, di masa lalu, National Organization of Women (NOW) telah berbicara lantang menentang pelecehan seksual. Namun baru-baru ini Paula Jones menuduh Presiden Clinton melecehnya secara seksual, NOW malah terus mendukung Clinton. Mengapa? Bukan karena para anggotanya tiba-tiba berpikir bahwa pelecehan seksual itu bisa diterima. Mereka telah memilih untuk menunda agenda mereka untuk dapat terus mendukung pemimpin yang terlanjur mereka pilih.

Jika para pengikut tidak sependapat dengan visi pemimpin mereka, mereka bereaksi dengan banyak cara. Terkadang mereka berupaya meyakinkan pemimpin mereka untuk mengubah visinya. Terkadang mereka merelakan pandangan pemimpin dan menganut pandangan pemimpin mereka. Terkadang mereka cari komprominya. Namun selama mereka masih percaya kepada pemimpinnya, mereka takkan menolaknya mentah-mentah. Mereka akan terus mengikutinya.

JIKA PARA PENGIKUT SUKA KEPADA PEMIMPINNYA DAN VISINYA, MEREKA AKAN MENDUKUNG KEDUANYA

Mereka akan mengikuti pemimpin mereka seberapa buruk pun kondisinya. Itulah sebabnya mengapa rakyat India di zaman Gandhi menolak untuk melawan serdadu yang menindas mereka. Itulah yang menginspirasikan program luar angkasa Amerika Serikat untuk memenuhi visi John F. Kennedy dan mengirimkan orang ke bulan. Itulah alasan mengapa orang terus punya pengharapan serta menghidupkan impian Martin Luther King Jr., bahkan setelah ia ditembak mati pun. Itulah yang terus menginspirasikan para pengikut untuk terus mengikuti perlombaannya, sekalipun mereka merasa telah menabrak dinding dan mengerahkan segala kemampuan mereka.

Sebagai pemimpin, visi yang hebat atau tujuan yang layak tidaklah cukup untuk membuat orang mengikuti Anda. Terlebih dulu Anda harus menjadi pemimpin yang lebih baik; Anda harus dipercaya oleh orang-orang Anda. Itulah harga yang harus Anda bayar jika ingin mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan visi Anda.

MENGULUR WAKTU HINGGA ORANG PERCAYA

Jika di masa lalu Anda berusaha membuat orang-orang Anda melaksanakan visi Anda namun tidak berhasil, mungkin Anda melanggar Hukum Kepercayaan, bahkan mungkin tanpa menyadarinya. Saya pertama kali menyadari pentingnya Hukum Kepercayaan ini pada tahun 1972 ketika saya memegang posisi kepemimpinan saya yang kedua. Dalam Bab tentang Hukum Navigasi, telah saya singgung bahwa setelah beberapa tahun memimpin gereja tersebut, saya bahwa mereka melalui program pembangunan bernilai multijutaan dolar, dimana kami membangun auditorium baru. Namun ketika saya baru bergabung, itu bukanlah arah yang ingin dituju jemaat.

Seminggu sebelum saya tiba di gereja saya yang baru itu, lebih dari 65 persen anggotanya telah memilih membangun sebuah pusat kegiatan yang baru. Nah, saya kerjakan PR saya di gereja tersebut, dan sedari awal saya tahu bahwa pertumbuhan serta suksesnya di masa depan tergantung bukan pada pusat kegiatan yang baru melainkan pada auditorium yang baru. Visi saya untuk tahun-tahun berikutnya sungguh jelas. Namun saya tidak mungkin masuk begitu saja dan mengatakan, "Lupakan keputusan yang baru kalian ambil secara susah payah. Ikutilah saya". Saya perlu mengulur waktu untuk membangun kredibilitas saya di antara mereka.

Saya atur agar sebuah komite mengadakan studi mendalam tentang semua hal yang berkaitan dengan proyek pusat kegiatan itu. Saya katakan kepada mereka, "Kalau kita mau menginvestasikan waktu dan uang sebanyak ini, kita harus benar-benar yakin. Saya harus memiliki informasi tentang segala hal yang berkaitan dengannya". Itu cukup adil bagi semua orang, dan komite tersebut pun bekerja. Selama tahun berikutnya, kelompok tersebut melaporkan informasi yang terkumpul setiap bulannya. Dan setiap kali saya memuji pekerjaan mereka dan mengajukan berbagai pertanyaan yang akan mendorong mereka untuk melakukan riset lebih lanjut.

Sementara itu, saya bekerja keras untuk membangun kredibilitas saya dengan orang-orang saya. Saya bina hubungan dengan para pemimpin di gereja ini. Saya jawab pertanyaan semua orang agar mereka dapat memahami saya serat cara berpikir saya sebagai pemimpin. Saya sampaikan semua gagasan saya, harapan saya, dan impian saya, untuk pekerjaan yang sedang kami lakukan. Dan saya mulai menghasilkan pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Itu, lebih dari apa pun juga, memberikan keyakinan pada diri orang-orang saya akan kemampuan saya.

Setelah kira-kira enam bulan, orang-orang saya mulai melihat bahwa gereja ini mulai berubah dan mulai bergerak ke arah yang baru. Dalam waktu satu tahun, komite pembangunan memutuskan bahwa pusat kegiatan itu tidaklah terlalu menunjang kepentingan gereja, dan mereka merekomendasikan agar kami tidak usah membangunnya. Di tahun berikutnya, orang-orang saya telah mencapai suatu konsensus: Kunci bagi masa depan adalah membangun auditorium baru. Dan ketika saatnya tiba, 98 persen dari orang-orang saya setuju, dan proyek tersebut pun dilaksanakan.

Ketika saya tiba di gereja tersebut, saya bisa saja mencoba memaksakan visi serta agenda saya pada orang-orang saya. Ketika itu, yaitu tahun 1972, maupun dua tahun berikutnya, ketika akhirnya kami melaksanakan proyek tersebut, saya sama yakinnya akan keharusan membangun auditorium itu. Namun seandainya saya menggunakan pendekatan yang lain, saya takkan berhasil membantu mereka menuju ke tempat yang perlu mereka tuju. Dan dalam prosesnya saya bisa saja malah merendahkan kemampuan saya untuk memimpin mereka.

Sebagai seorang pemimpin, Anda takkan mendapatkan nilai apa pun jika gagal dalam suatu tujuan yang mulia. Anda takan mendapatkan kepercayaan karena "benar". Sukses Anda diukur oleh kemampuan Anda untuk benar-benar membawa orang-orang Anda ke tempat yang perlu mereka tuju. Namun Anda dapat melakukannya hanya jika orang-orang Anda terlebih dulu percaya kepada Anda sebagai pemimpin. Itulah realita dari Hukum Kepercayaan.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
hukum_kepercayaan.doc10 KB
hukum_kepercayaan.htm16 KB

Komentar